Mithriel terbangun tengah malam, dia melihat teman temannya masih tertidur. "Hmm bagaimana aku disini?" tanya Mithriel dalam hati.
"Sean, kau bisa pindah ke tempat tidurku." ucapnya berbisik kepada Sean dan menuntunnya untuk pergi ke tempat tidur Mithriel.
Mithriel keluar dari kamarnya, udara dingin malam membuatnya lebih merapatkan kain yang ia gunakan untuk menutup tubuh atasnya dari udara dingin.
Hanya ada suara langkah kakinya yang menghiasi lorong lorong istana.
Dia melihat ke arah jendela, langit masih gelap, bintang bintang bertaburan indah. Di jam ini, beberapa hari yang lalu dia melihat lautan darah di lorong yang ia lewati, mayat yang bergelimpangan, dan barang pecah dimana mana.
Sesak di dada Mithriel rasakan, nafasnya menderu kencang, dan berakhir Mithriel memutuskan pergi ke taman.
Sunyi, gelap, dan menenangkan.
Taman tempat dia bertemu dengan Athall pertama kali. Cahaya hijau dari matanya bersinar lebih terang seperti bintang, rambut abunya bersinar di timpa sinar bulan.
Mithriel merindukan ayahnya, ibunya, Nimriel, dan kakaknya. Setiap hari, setiap saat, setiap jengkal, setiap lorong, setiap sudut tergambarkan oleh Mithriel kebahagiaan keluarganya dulu.
Bagaimana dia memiliki saudara perempuan yang ceria, kakaknya yang jahil, dan Ibu Helen yang selalu menjaga mereka bertiga. Ditambah bulan bulan baru yang memiliki kisah baru, dia yang bertemu dengan ayahnya dan menjadi sempurna kebahagiaannya yang dulu.
Bagaimana jika malam itu Mithriel tidak memutuskan pergi? Apakah dia tetap akan bersama keluarganya di surga? Atau akankah dia dapat menyelamatkan keluarganya?
Duka kembali menyelimutinya, ingatan semacam itu membuat cahaya di matanya meredup. Dia tidak menangis, hanya merasa sesak di dada.
Tiba-tiba satu cahaya muncul. Elf, lagi. Pangeran itu muncul entah dari mana. Dengan tatapan lesu dia berlutut memegang tangan Mithriel. "Apa anda harus pergi?" tanya Tengil
"Iya, Pangeran. Saya tidak bisa berdiam diri disini." ucap Mithriel dia menarik tangannya dari genggaman Renfil.
Renfil kemudian duduk di sebelah Mithriel tanpa izin Mithriel. Dia menatap langit, kemudian berganti menatap Mithriel. "Bintang bintang itu tidak pernah berbohong. Anda memang yang paling cantik di seluruh tanah ini." Renfil mengatakan itu sambil melihat bintang.
Mithriel tersipu, dia tidak pernah dibilang terang-terangan seperti ini. Apalagi dari seorang lelaki.
Sentuhan hangat Mithriel rasakan, itu sihir dari Renfil, yang sebelum pergi memberinya sihir untuk menenangkan Mithriel yang terlihat cemas. Sihir itu menenangkan hatinya.
Beberapa jam lagi dia akan pergi, mencari petunjuk, bertualang ke luar tuneca. "Aku tidak yakin akan selesai dalam tiga hari?" gumamnya memikirkan sedikit beratnya masalah yang akan mereka lakukan.
Tiba tiba ia memikirkan suatu cara mencegah banyak terjadinya masalah di kerajaan saat mereka pergi.
Mithriel berlutut, dia meletakkan tangannya di atas rumput di taman, tubuhnya bersinar, gelombang gelombang cahaya tersebar di seluruh penjuru kerajaan. Itu sihir perisai, sihir paling kuat yang Mithriel miliki.
Sudah lama sekali dia tidak menggunakannya. Sihir itu akan melindungi kerajaan, mencegah peperangan, pemberontakan. Menetapkan perdamaian bagi setiap orang di kerajaan.
Cahaya matahari akan selalu bersinar pada siang hari dengan indah, Dan pada malam hari bulan akan bersinar terang yang membuat hati setiap orang lebih tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/263736825-288-k615546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...