Samar samar Mithriel mendengar suara orang bertengkar dan tangannya sedikit terasa kebas juga kepalanya yang pusing. Mithriel mengedipkan matanya, melihat apa yang terjadi.
"Kenapa dibawa kesini? Bukan lebih baik dibunuh saja di hutan?" tanya seseorang.
"Bagaimana bisa dibunuh? Rambutnya kelabu dengan kuping Elf," jawabnya.
Mithriel sudah sadar. Dia diikat, dan mulutnya ditutup. Orang yang ada di depannya langsung mendekat. Dengan pencahayaan seadanya, tidak begitu jelas wajahnya. Tetapi rambut indah itu bersinar seperti terkena cahaya.
"Matanya bersinar!!" pekik orang didepan Mithriel.
Mithriel berusaha melepaskan dirinya dari tiang yang mengikatnya. Tubuhnya memberontak bergoyang mencoba melepaskan ikatannya. Tapi tentu sia-sia, itu tidak terbuka.
"Hei! Tenanglah, kau bisa meruntuhkan bangunan ini! Dan kita terkubur bersama dibawah sini," ucapnya. Sekali lagi Mithriel mencoba untuk melihat wajahnya dengan jelas. Dengan sinar hijau dari matanya dia melihat kearah nya. Telinga Elf dan rambut kelabu.
Tatapan tajam Mithriel menatap kedua netra Elf didepannya. Tidak bergeming atau memberontak. Elf yang ditatap hanya membuang pandangannya. Dari luar, samar samar dia mendengar banyak yang mendekat.
"Dia sudah sadar?" tanya salah satu dari rombongan itu.
2 Elf yang tadi mengawasinya mengangguk. Kemudian pintu selnya dibuka, Mithriel memberontak lagi melihat kearah orang yang sekarang sudah didepannya. Keringat terus mengalir dari wajah Mithriel. Rambut kelabunya sudah berantakan tak menentu.
"Bawa dia ke aula," ucapnya. Segera dua orang berseragam dengan badan yang lebih besar membuka ikatan pada tubuhnya dan kakinya. Mereka memegang kedua tangan Mithriel agar tidak kabur.
Mereka berjalan menaiki anak tangga. Selnya berada dibawah tanah, perlahan cahaya cahaya mulai bisa dia lihat. Mithriel melihat ke sekelilingnya. Lampu lampu seperti bintang menghiasi setiap bangunan dan pohon. Langit yang tampak jelas bintang bintang bersinar terang.
Sudah jelas, ini pasti kerajaan Elf kegelapan.
Mereka membawanya ke aula yang dipenuhi para Elf tentu saja. Dia didorong ke tengah tengah aula. Sorak sorai yang terjadi membuat Mithriel tertegun. Dia dikelilingi Elf dengan ciri yang hampir semua sama, dan jangan lupakan pakaian serba hitam mereka.
Mithriel berlutut ditengah tengah aula, dari belakang dia mendengar pintu aula terbuka yang membuat para Elf disekelilingnya menjadi senyap. "Siapa? Siapa yang datang?" batinnya.
Siapapun itu aroma nya tercium sangat kuat. Mencekam dan membuat terintimidasi. Bulu kuduk Mithriel naik, entah apa yang akan dia lihat. Tapi, kesunyian ini sangat tidak nyaman.
Para Elf di aula menundukkan pandangannya, Mithriel melihat ke sekelilingnya. Langkah kaki terdengar mendekat, siapapun itu dia pasti menuju singgasana yang ada di depan Mithriel.
Jujur saja saat ini Mithriel tidak mau melihat kearah depan. Tubuhnya yang kecil itu menunduk dan bergetar. Sementara Elf yang duduk di singgasana itu menatapnya dengan tajam, jemarinya mengetuk sandaran tangan seperti menunggu kejelasan.
Dengan paksaan Elf yang membawanya dari sel tadi membuat dia berdiri, tapi Mithriel masih menutup matanya.
"Buka matamu." Kalimat perintah yang jelas, datar, dingin, dan mencekam.
Perlahan Mithriel membuka matanya. Sinar hijau itu membuat para Elf itu terkejut dan berbisik bisik. Mithriel kemudian melihat kearah mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian kedua netra mereka bertemu. Elf yang di singgasana dan Mithriel.
![](https://img.wattpad.com/cover/263736825-288-k615546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
ФэнтезиSeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...