Chapter 34

10 0 0
                                    

"Hahhh, yahhh mau gimana lagi?"

Mithriel menyeberangi sungai dengan jembatan, yang sepertinya tidak kelihatan saat malam hingga ia harus basah kuyup beberapa hari yang lalu.

Mithriel menutupi kepalanya dengan jubah juga kedua matanya. Ia merobek kain jubahnya dan berpura-pura menjadi orang buta sekarang.

"Ah!" Mithriel menabrak seseorang didepannya.

"Maaf!" Mithriel masih berusaha berjalan perlahan agar tidak terjebur ke sungai. "Nona, biar saya bantu." ucap seorang pria paruh baya memegang tangan Mithriel memandunya hingga menyeberangi sungai.

"Terima kasih," ucapnya. Pria paruh baya itu kemudian berpamitan dan meninggalkan Mithriel.

"Nah sekarang kita apakan nona kecil ini?" ucap seseorang.

"Apakah kita harus mengeceknya dulu bos?" ucap seseorang yang lain lagi.

"Hahh, merepotkan saja kalian."

"1, 2, 3, 4, 5, 6. Lumayan banyak, mudah dihabisi kalau mereka lambat, tapi situasinya sulit. Aku dikepung!"

Mereka membuka penutup jubah Mithriel. "Ha! Elf ya, elf berambut kelabu." kemudian mereka melanjutkan membuka penutup mata Mithriel.

"Halo!" sapanya sambil tersenyum. "Tidak memungkinkan jika memakai panah."

"Tapi, aku bawa belati." Mithriel menyembunyikan sebelah tangannya dibelakang jubah yang tersembunyi sepasang belati.

Pria pria ini menyeringai melihat Mithriel. "Mata hijau." Dia mencoba menyentuh rambut Mithriel.

Plakk

"Ah! Apa yang kau lakukan?!" teriak pria itu marah.

"Jika tidak ingin mati kalian pergilah, aku sedang tidak ingin bermain-main sekarang." ucap Mithriel. Barusan dia menghempaskan tangan pria itu dan membuatnya menampar dirinya sendiri.

Dua pria maju, menangkap kedua tangan Mithriel membuat ia sulit menggerakkan tangannya. Memang tubuh mereka tidak kekar, tapi dengan jumlah sebanyak ini, akan sulit mengatasinya.

Mithriel memberontak, "aah! Kalian menguji kesabaranku!" Mithriel menendang perut seorang pria yang memegang tangan kanannya, dia langsung mengeluarkan belatinya. Lompatan dan penguasaan senjata yang dia miliki sangat lincah, membuat mereka kesusahan bahkan untuk menangkap sehelai rambutnya.

Zrasshh!
Zrasshh!
Zrasshh!

Mithriel menyayat tangan pria pria itu, membuat darah keluar dengan deras. Hanya sayatan, tidak menikamnya. "Si-siapa kau!" ucap seorang pria yang belum terkena senjata Mithriel.

"Ah... Bagaimana kalau, calon Putri Mahkota?" Matanya bersinar-sinar, membuat pria pria itu langsung lari ketakutan.

"Nah sekarang, aku langsung kembali. Tapi, haruskah aku membuat kejutan? Atau bertindak seperti biasa?" Mithriel berpikir, dia pergi dengan keadaan marah. Apa sekalian dia harus mengungkapkan rasa maafnya?

Dia menghembuskan nafas perlahan sambil membersihkan bekas darah dibelatinya. "Aku harus memberi sedikit kejutan."

Mithriel memasuki perkebunan warga, yang ditumbuhi tanaman jagung yang tinggi melebihi tingginya. Kemudian dia sampai di kota yang hiruk-pikuk ia rindukan.

Hutan Elf memang tenang dan membuat santai, tapi kehebohan ini yang ia rindukan. Para pedagang yang sahut sahutan, orang mabuk-mabukan padahal ini sudah pagi, dan aroma makanan yang membuatnya lapar.

Si Petualang dengan Busur || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang