Nimriel melihat kakaknya yang lesu. Seperti memikirkan sesuatu. Dia ingin bertanya tapi mengirungkan niatnya saat Mithriel bertanya pada Ravi.
"Ravi, jam berapa biasanya ayah selesai bekerja?" tanya Mithriel.
"Sepertinya sekitar jam 3 sore, ada apa Tuan Putri?"
"Aku ingin mengunjungi ayah," ucap Mithriel. Mithriel bangkit, kemudian melihat jam, sudah hampir jam 3 sore. Dia akan pergi ke ruangan ayahnya.
Mithriel keluar dari ruangannya bersama Ravi. Lira menunggu dikamarnya membersihkan ruangan Mithriel bersama pelayan yang lain.
Tok.....
Tok....."Masuk," ucap Mithren dari dalam.
Mithriel membuka pintunya. Ravi dia menunggu di luar.
Mithriel menutup pintunya sambil menundukkan pandangannya tak berani menatap Mithren yang melihat mithriel dengan tatapan bertanya.
Tiba-tiba setetes air mata jatuh. Mithren terkejut. Dia mendekat ke arah Mithriel yang hanya berdiam diri di depan pintu.
"Ada apa?" tanya Mithren. Dia berlutut, menyibakkan rambut yang menutupi wajah Mithriel yang menunduk.
Terlihat Mithriel yang menunduk sambil menutup mata dan air mata yang mengalir. Mithriel membuka matanya, dan dia melihat wajah khawatir Mithren yang menatapnya dengan khawatir.
"Ayah....." Mithriel memeluk ayahnya erat. Mithren membalas pelukan Mithriel yang membuat tangisnya makin menjadi.
"Ada apa, kenapa kau menangis?" tanya Mithren. Mithriel menggeleng, dia masih sesegukan.
Mithren mencoba menenangkan Mithriel sejauh yang ia bisa. Seperti mengusap kepalanya, memukul pelan punggungnya. Mithren masih berlutut cukup lama. Kalau orang biasa pasti sudah kram di bagian kakinya.
Tidak lama tangis Mithriel berhenti. Kemudian ia menatap mata hijau Mithren, "aku tidak apa apa," jawab Mithriel.
Mithren tidak ingin bertanya lagi, karena anaknya sudah bilang tidak apa apa. "Kenapa kau kesini?" tanya Mithren.
"Tidak ada, Aku hanya merindukan ayah. Mana tau besok aku tidak bisa melihat ayah," ucap Mithriel.
Mithren menghela nafas, "kau bisa setiap hari kesini. Kenapa memikirkan hari esok?"
"Kan aku bilang mana tau," ucap Mithriel.
Kemudian Mithren melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali memperhatikan Mithriel yang melihat buku buku yang ada di lemari Mithren. "Ayah memiliki banyak buku ya."
"Itu bukan buku ku, itu buku ibu kalian." ucap Mithren.
"Ibu juga suka mengkoleksi buku.... Mmm, baiklah aku akan keluar. Selamat tinggal, ayah." Kemudian dia pergi dari ruangan Mithren.
Mithren masih bingung apa yang akan dilakukan Mithriel, kenapa dia menangis, dan apa yang tersimpan didalam hatinya selama ini.
Cukup untuk Mithren terus bersembunyi dari anak perempuannya. Selalu memandanginya dari kejauhan, melihat tawa anaknya yang ingin ia lihat secara langsung.
Hal yang selalu ia takutkan ada kehilangan Mithriel, seperti ia kehilangan Eriel, istrinya.
Sejak kecil dari kejauhan Mithren selalu mencoba melindungi Mithriel. Tapi sihir sihir yang ingin melindungi Mithriel selalu tertepis kembali, tidak bisa mendekat. Seperti ada tembok baja penghalang yang mengelilingi putrinya dari sihir miliknya.
....
"Ravi? Apa yang kau lakukan? Aku kira kau sudah kembali. Kau sudah terlalu lama menunggukan? Maafkan aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/263736825-288-k615546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...