Mithriel menghembuskan nafasnya lagi. "Apa yang kau khawatirkan?" tanya Mithriel melihat wajah cemas Athall.
Athall tidak langsung menjawab, dia memalingkan pandangannya, berusaha tidak menatap mata hijau di depannya itu. Mithriel juga tidak bergeming, dia masih menatapnya lurus dari balik meja kerjanya.
"Kita sudah mengetahui lokasinya, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Athall serius. Athall sering mendengar bahwa Mithriel akan membawa kepala mereka semua, dan ingat satu hal, bahwa Athall tidak ingin Mithriel melihat darah lagi.
"Apa ya? Aku sudah sering mengatakannya, bahwa aku akan membawakan kepala mereka ke depan seluruh keluargaku. Tapi, aku akan menunggu setelah penobatan."
"Relos, bisa keluar sebentar?" gumam Mithriel.
Selanjutnya, seberkas cahaya muncul Relos langsung berada disampingnya. "Kenapa kau tiba-tiba memanggilku?" tanya Relos.
"Kau ingat wanita yang mirip ibu? Saat di kota beberapa bulan yang lalu?" tanya Mithriel lagi. Relos mengangguk, dia mengingatnya.
Mithriel kemudian mengambil batu rekaman sihir. Dia memutar kembali dimana rekaman yang diambil Sean saat seorang wanita menyerang menggunakan senjata. "Ah! Wanita itu, Deriel!" seru Relos.
Athall melihat lagi rekaman yang diputar di batu perekam itu. "Aku melihatnya." ucap Athall.
Relos dan Mithriel langsung melihat kearahnya. "Aku melihatnya, di hutan yang dilalui dari Gua Kayu. Mata merah menyala milik mereka sangat banyak, mereka sudah berkembang pesat didalam hutan itu. Dan menyatu dengan alam," jelas Athall.
"Menyatu dengan alam?"
"Maksudnya, alam di wilayah mereka membantu mereka berkembang pesat, hutan yang dilalui gerbang Gua kayu memang berbahaya dan tidak suka makhluk hidup, tetapi aku tidak tahu kenapa mereka membantu manusia sekarang."
"Tapi Athall, bukankah hutan bagian itu dekat dengan menara hutan? Walau sudah terlalu lama tidak ada kabar dari penyihir yang menjaga menara itu pasti ada sesuatu kan?" Relos menimpali banyak pertanyaan dan berbagai penjelasan.
Athall tidak menjawab apapun. Mithriel melihat kearah Athall lagi kemudian menghembuskan nafas lagi. "Aku tidak takut darah Athall. Jika kau takut aku melihat pertumpahan darah, aku tidak akan terluka selagi kau bersamaku dan menjagaku, kan?" tanya Mithriel.
Benar, kecemasan Athall hanya ada pada Mithriel. Dia tidak takut mati, dia tidak takut peperangan. Hanya saja, jika sesuatu terjadi pada Mithriel dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
"Aku akan menjagamu, selalu Mithriel. Jadi jauhilah bahaya," ucapnya.
Relos melihat dengan mata malas. "Dasar anak muda," gumamnya.
"Hei penyihir gila. Kau sudah sama gilanya dengan penyihir didalam tubuh anak ini, ya beruntungnya kau tidak memiliki banyak saingan, tidak seperti penyihir dalam tubuhnya. Bahkan sampai bertaruh dengan nyawanya," ucap Relos lalu kembali masuk ke dalam tubuh Mithriel.
Mithriel hanya menghela nafasnya, yang dibicarakan Relos tadi adalah Value. Dan hubungan Value dan Athall tidak terlihat baik dan berjalan mulus, bisa dilihat dari ekspresi Athall yang mukanya terlipat seperti itu.
"Mau berjalan denganku, Athall?" tanya Mithriel bangkit dari kursi meja kerjanya. Athall tidak menjawab tetapi dia mengikuti langkah Mithriel.
Mithriel ingin rasanya tersenyum sekarang. Dia bisa merasakan aura marah yang ada di dalam hati Athall. Tapi dia tetap memasang muka datarnya dan berjalan dengan santai.
"Athall," Mithriel berbalik badan tiba-tiba, membuat mereka bertabrakan karena Athall tidak menyangka Mithriel akan berhenti.
"Ah! Hampir saja," Athall menangkap Mithriel yang hampir terjatuh, lengannya erat memegang pinggang Mithriel agar tidak terjatuh.
Sepersekian detik mereka membeku dengan posisi seperti kalian mengertilah, sebelum akhirnya menyadarinya.
"Hati hati," ucap Athall.Mereka sampai di taman, duduk di bangku taman. Hening beberapa saat sebelum akhirnya Mithriel buka suara.
"Jika aku pergi sendiri ke Recanter, bagaimana menurutmu?" tanya Mithriel yang langsung mendapatkan tatapan tidak senang dari Athall.
"Ka-"
"Entahlah Athall, aku merasa harus melakukannya sendiri, menghabisi mereka satu persatu. Bergerak secepat kilat, menggunakan berbagai macam senjataku. Dan menghabiskan kumpulannya dalam satu malam dengan tanganku sendiri, tanpa bantuan siapapun," ucap Mithriel. Dia mengatakannya sambil menunduk melihat kedua tangannya.
Athall melihat kearah Mithriel lalu menghembuskan nafasnya perlahan. "Mereka terlalu berbahaya, bahkan sangat berbahaya Mithriel. Mereka dapat menggunakan sihir kegelapan, sihir yang hampir mengancam nyawamu. Dan yang lebih buruknya, hutan itu berpihak pada mereka," Athall menjelaskan bagaimana situasi Recanter.
Plop!
Seseorang muncul, elf. "Tuan Putri! Pangeran..." Itu Leymdan, wajahnya tampak sangat khawatir dan tidak tenang.
Mithriel berdiri begitupun Athall. "Pangeran? Apa maksudmu?" tanya Mithriel.
"Pa... Pangeran Ernil, kembali..." ucapnya.
Mithriel membulatkan matanya begitu juga Athall. Athall tentu pernah melihat elf didepannya ini. Dia pernah memergokinya saat melihat Mithriel yang sedang tertidur.
Tara yang berada tidak jauh dari sana mendengarnya dan terkejut. "Apa maksudmu? Kakak sudah meninggal dunia."
Akhirnya Leymdan menjelaskan pada Mithriel apa yang terjadi dan bagaimana dia bisa tahu kalau Pangeran Ernil masih hidup. "Itu memang benar, sihir itu akan mati jika pemilik sihirnya mati." Athall tahu itu.
"Lalu dimana kakak sekarang?" tanya Mithriel.
"Kondisinya benar-benar buruk, dia sekarat. Luka tusuknya membusuk, cahaya di matanya tidak lagi bersinar, dan sihir sihirnya sedang berjuang untuk menyembuhkannya. Saat ini dia ada bersama para Elf Kegelapan," Leymdan kembali menjelaska, kondisi Ernil sangat buruk.
Penobatannya baru saja diumumkan, tapi kondisi kakaknya lebih penting. Apa yang harus dia lakukan. "Waktu penyembuhannya mungkin akan sangat lama, bisa berbulan-bulan. Sementara rakyat mengetahui bahwa Pangeran sudah meninggal, apa yang harus aku lakukan?" tanya Mithriel.
Informasi terlalu tumpang tindih untuk waktu yang sangat singkat ini. Penobatan, penyergapan, pengobatan. Itu harus dipikir dalam 3 hari kedepan. Haruskah ia melanjutkan penobatannya sebagai ratu, lalu menyerang Recanter? Atau menyembuhkan kakaknya terlebih dahulu, tetapi perlu waktu yang panjang?
"Baik."
Mithriel menatap kearah Leymdan.
"Tolong jaga kakakku. Pasti kan dia tetap hidup sampai aku selesai menuntaskan semua tugasku menjadi Ratu. Kau mengerti Leymdan?"
Leymdan mengangguk. "Dan akan aku kirimkan seorang ahli obat yang sangat handal, benar benar handal. Dia akan datang dalam 2 hari. Laporkan juga pada Yang Mulia Raja dan Putri Erleina," sambung Mithriel.
"Lalu setelah penobatanku, kau berhutang cerita padaku. Bagaimana kakak bisa sampai di hutan Elf Kegelapan." ucap Mithriel. "Baiklah, Tuan Putri."
Leymdan kembali membungkuk dan menghilang lagi.
Athall bisa melihat wajah kekhawatiran bercampur rasa senang pada Mithriel. Dia benar benar terkejut atas berita ini.
Mithriel jatuh terduduk, dia menelungkupkan wajahnya diantar kakinya. Dia menangis. Menangis senang karena mengetahui kakaknya masih hidup. "Mithriel." Athall mengelus pundak Mithriel.
"Kakak masih hidup Athall.... Kakak masih hidup." Mithriel mengatakannya sambil memeluk Athall bahagia.
"Iya, Pangeran masih hidup." Athall membalas pelukan Mithriel. Pelukan hangat dicampur aliran sihir menenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...