"hmph!!!" erangan dari Sean terdengar sangat menyakitkan. Tangan mereka dirantai dengan besi yang tahan sihir, jadi sihir tidak akan bisa mereka lepaskan.
Deriel tersenyum melihat ke arah Mithriel, mata merah menyala itu sangat menyeramkan. Tapi, mata Mithriel sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. "Hahaha, selamat datang Yang Mulia Ratu," ucapnya seperti mengejek panggilan itu.
Nafas Mithriel menderu kencang, tangan dan kakinya berusaha melepaskan ikatan yang kencang itu.
Kemudian Deriel mulai berdiri berjalan ke arah Sean secara perlahan. Menyentuh wajahnya dengan lembut. Sean terlihat sangat ketakutan. Perlahan air matanya jatuh, dan badannya meronta wajahnya berusaha menjauh dari tangan tangan Deriel.
"Kau yang membuat prajuritku tersiksa 'kan?" ucap Deriel lagi.
"Hmph!!" Sean benar benar tidak bisa melakukan apapun, Nincel dan Egoz tidak berhenti meronta. Mereka mengerang sangat kuat dan tatapan marah di kedua mata mereka saat Deriel mulai mencekik Sean.
"Yah, aku tidak punya kekuatan seperti itu untuk membuat kalian gila. Tapi, aku bisa menyiksa kalian lebih gila dari itu." Deriel mengambil belati Mithriel yang mereka ambil saat Mithriel jatuh pingsan tadi.
Sean melihat ke arah Mithriel dengan sangat ketakutan, dia sudah menangis sejadi-jadinya.
"Tidak! Jangan! Jangan!!!" Tapi yang bisa mereka dengar hanya erangan erangan tak jelas yang keluar dari mulut Mithriel.
Rambut biru Sean sudah berantakan, Darah yang ada disekujur tubuhnya, dan air mata yang mengalir deras membuat penampilannya sangat berantakan. Tapi Mithriel tidak sadar bahwa sejak tadi Athall hanya diam memandang kearah orang-orang yang berdiri diam dengan tudung hitam, dan siluet emas yang terlihat dibalik bayangan tudung itu.
Deriel dengan perlahan menancapkan belati itu ke paha Sean, yang membuat Sean berteriak tertahan. Darah segar keluar dari luka itu. Nincel dan Egoz semakin meronta dengan hebat.
Tapi Deriel tidak hanya berhenti di situ saja membiarkan belati itu tetap menancap, dia berpindah ke Nincel membuat dia yang sebelumnya meronta melihat apa yang dilakukan Deriel kepada Sean, langsung diam.
Nincel menatap lekat orang yang sangat mirip dengan Mithriel di depannya ini, dia mentap lekat mata merah itu. Tidak seperti apa yang dilakukannya dengan Sean, Deriel mengambil belati Mithriel yang lain. Dia mendekatkan ujung belati ke mata biru Nincel, dan dengan sekejap belati itu sudah menembus tengkorak Nincel menembus dari mata hingga ke belakang kepalanya.
"Mata memuakkan mu itu harus dilenyapkan sama seperti saat kau melihat seluruh rencana yang sudah tersusun rapi," ucap Deriel.
Mithriel langsung terdiam dengan apa yang dilihatnya, Nincel mati. Tubuhnya melemas, bahkan dia tidak dapat meronta lagi, seakan nyawanya ikut tercabut.
Sean menjerit-jerit, dia tidak peduli akan luka yang dia punya. Sahabatnya, kakaknya, orang yang dia sayang, di bunuh dengan seperti itu.
Egoz semakin marah, rambut kemerahannya bagai api yang berkobar. Urat urat menonjol dikepalanya, tangannya bergerak berusaha melepaskan rantai.
Ruangan itu berubah menjadi panas yang berasal dari Egoz, dia anak yang dilahirkan di kaki gunung berapi tidak heran jika dia memiliki sihir semacam itu, walau tidak pernah menggunakannya sekali pun. Dorongan yang ada setelah melihat sahabatnya mati di depannya, pasti itu penyebabnya.
Mithriel bisa melihat, rantai itu meleleh. Apakah ini kekuatan anak yang dilahirkan di gunung berapi?
Deriel menghentikan langkahnya saat dia melihat Egoz berdiri. Tubuhnya merah bagai lahar di gunung berapi, dan mengeluarkan asap yang mengepul hitam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Petualang dengan Busur || END
FantasySeorang Putri kerajaan yang tidak memiliki sihir dan hanya menggunakan senjata untuk perlindungan dirinya, yang bahkan senjata sudah tidak pernah lagi dipakai oleh manusia sejak 300 tahun yang lalu setelah sihir ditemukan. Dia adalah Mithriel, yang...