Step 5 : Pantai.

160 22 0
                                    

Suami Mbak Sekar bekerja di sebuah perusahaan pertambangan minyak, namanya Mas Aryo. Saat tahun kedua kuliahku dia dipindahkan, pergi ke Qatar dan membawa serta Mbak Sekar kesana.

Sementara Mbak Sekar berat sekali meninggalkanku tinggal sendiri, aku dengan senang hati memulai hidup lebih mandiri di sebuah rumah apartemen tipe studio pilihan Bapak. Kali ini aku memahami bahwa dia hanya ingin aku nyaman.

Aku tak punya banyak teman disini, kepribadianku yang seperti ini tak mudah untuk bisa diterima. Satu-satunya temanku adalah Nara, sesama perawat di rumah sakit. Kami berteman sejak di tingkat satu dan kini berkerja di rumah sakit yang sama. Selain Nara adalah Alden.

Bersama pria itu aku banyak menghabiskan waktu selain Nara dan kamarku.

Sore hari di pantai Marina Ancol. Satu tahun sejak kami mulai mengenal.

Aku menatap deburan ombak, di ujung sana matahari mulai menenggelamkan diri. Bertahun-tahun aku hidup kali pertamaku melihat pantai adalah di usia 22 tahun.

"Ini pertama kali saya datang ke pantai, melihat laut." Ungkapku memecah hening di antara kami yang sengaja dia ciptakan untukku.

"Pertama kali kamu datang kesini?" Tanyanya.

Kurasa dia merasa salah dengan apa yang kuucapkan.

Aku menengok ke arahnya. "Ini pertama kali saya datang ke pantai, seumur hidup saya."

Dia menatapku dalam, matanya memberitahuku bahwa dia akan mendengarkanku.

Mula aku menyadari bahwa dia selalu ada untukku.

"Hidup saya selalu Ibu atur, segala hal tentang saya. Waktu dan pilihan sudah Ibu atur, 18 tahun akhirnya saya bisa lepas setelah menuruti keinginan Ibu yang terakhir." Bibirku sedikit terangkat, nyatanya tak demikian aku ingin tersenyum.

Cerita-cerita singkatku, yang mengantarkan kami semakin dekat.

"Selalu ada hal pertama dalam hidup." Ujarnya

Aku mengangguk. Seperti halnya dia adalah laki-laki pertama yang aku harapkan selalu ada di hidupku.

Kumandang azan tak lama terdengar, aku berdiri dari dudukku di tepian beton pantai. Tanpa isyarat seharusnya dia mengerti untuk ikut bangun dan menuju tempat ibadah terdekat.

"Ayo..." ajakku. Menunggu dia ikut berdiri.

Namun urung dia ikut berdiri, membuatku menatapnya tak mengerti.

"Ada satu hal yang ingin saya katakan sejak lama, tapi tolong jangan menjauh."

Aku tahu, aku tahu jelas apa maksudnya. Menjawab semua pertanyaan. Saat seringkali langkah kami teriring ke masjid mengapa dia seakan bukan dirinya. Detik itu aku merasa aku adalah setan sesungguhnya.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Dipublish di Brebes (Jatibarang) Rabu, 28 Juli 2021.

A Step With You (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang