Alden bodoh. Dia pikir kami akan baik-baik saja selalu.
Dia bodoh membiarkan 2 bulan berlalu secara cuma-cuma. Waktu itu hilang dan tak akan kembali. Pria itu tak menyadari bahwa waktau yang kami miliki untuk bersama tak lagi banyak.
Kami tetap bertemu. Dia datang ke apartemenku untuk menginap, meminta dimasakan. Memelukku hangat, juga mengecup kening dan bibirku. Menjemputku dari rumah sakit jika dia bisa. Masih menggegam erat tanganku saat kami menikmati kopi di kedai langganan. Tapi dia diam.
Semua masih sama yang berbeda hanya dia kini diam, sementara aku tak cukup lihai dalam berkata-kata. Kami hanya berakhir dengan saling diam dalam keheningan.
Aku tak tahu apa yang ada di pikirannya. Ini pertama kali kami bertengkar selama 4 tahun hampir lima tahun saling mengenal.
Apa aku salah mencoba realistis. Jika aku salah, satu-satunya alasan adalah menyudahi apa yang sudah selama ini aku dan dia jalani dan bangun bersama.
Tuhan... saat ini aku bahkan tak kuasa menggunakan kata 'kami' saat mengeluh meski di dalam hati.
Aku benar-benar harus melepaskannya. Sudah sempat kupikirkan, tapi rasanya begitu sulit.
Aku harus melepaskannya, meski dalam angan pun tak bisa walau sekadar membayangkan bagaimana hariku esok tanpa dia hadir di sana. Aku tak bisa membayangkan melewati usia 26, 27, 28, 29, 30 tahun tanpa dia di sisiku.
Tak ada dalam bayanganku, tak ada sosoknya yang akan kutatap lekat. Sulit kubayangkan tak ada tangan hangatnya yang akan menggenggam jemariku erat. Aku akan bingung bagaimana cara terlelap nyenyak saat peluknya tak lagi melindungiku dari dingin.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Dipublish di Brebes (Jatibarang) Rabu, 28 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Step With You (SELESAI)
Любовные романыTulisanku ini mengisahkan sebuah tahapan hidup yang pernah terlewati. Bagaimana kenangan terbentuk di dalamnya. Bagaimana hari-hari indah yang pernah ada. Bagaimana bisa hubungan berjalan pada kenyataanya. Bagaimana aku mencintai pria itu, dan bagai...