Step 37 : Boston

86 19 0
                                    

Kukira Boston bisa sejenak membuatku lupa, nyatanya tak pernah. Sudah hampir dua tahun aku disini dan dia tak kunjung sirna.

Disinilah aku belajar untuk menjadi Masters in Forensic Nursing. Pilihan yang kuambil, tapi kukira pilihan ini tak salah. Aku menikmatinya dan semua terasa menyenangkan.

"Kupikir kalau dia jujur tidak akan seperti ini Da," Nara berusaha menyusut tangisnya. "Kami mungkin tidak akan menikah, dan mungkin tidak akan bercerai secepat ini."

"Kalian sudah coba bicara?"

"Apa yang harus dibicarakan?"

"Apa saja yang ingin kamu dengar dan butuhkan dari Bang Ade."

Dia terdiam disana.

"Kamu menghindar?" Tebakku, sangat hafal dengan tabiat Nara.

"Lewat telfon, aku ngga akan bisa menemukan kejujuran disana Alda, dia bisa berbohong lebih."

Terdengar suara bell dari sambungan telfon.

"Ada tamu, sebentar."

Aku disini menganggu tanpa Nara lihat.

Langkah kakinya terdengar hati-hati, suara tirai yang sedikit dibuka, lalu berubah menjadi kepanikan.

"Da aku tutup yah, Ibu mertuaku datang."

Menghela napas pelan, kuletakkan ponselku ke atas nakas setelah membalas panggilan Nara berakhir. Satu tahun aku di sini dia menikah dengan Bang Ade. Aku turut perihatin dengan hal yang baru saja dia ceritakan, tak cukup mengerti untuk memberikan solusi. Tapi aku tahu Nara hanya ingin didengarkan dan ditemani menangis.

Pernikahannya tak seperti yang dia harapakan. Sebenarnya ketika itu dia belum sepenuhnya yakin untuk menikah, tapi orang tuanya terburu ingin putri mereka yang sudah menginjak 27 tahun segera menikah. Indonesia masih begitu kolot dengan segala aturannya.

Berbica tentang pernikahan, muncul tanya dalam benakku. Aku tak punya tujuan akan menikah dengan pria dengan kriteria tertentu, dulu terlalu sibuk untuk belajar dan kini terlalu penuh dengan kenangan yang tak ingin kulupakan. Dulu kupikir satu-satunya pria yang bisa menikahiku adalah Alden, tapi kupikir sekarang dia tidak.

Tak akan ada Alden-Alda kecil, rumah impian dan semua rencana-rencana masa depan kami berdua tak akan terealisasi.

Kini hanya ada seorang Alda tanpa bayangan yang harus kurencanakan. Kini aku hanya berpikir untuk mengikuti segalannya sesuai arus.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Dipublish di Brebes (Jatibarang) Kamis, 29 Juli 2021

A Step With You (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang