—Selamat Datang dan Selamat Membaca—
✨✨✨
"Kau habis dari mana? Tidak biasanya baru pulang semalam ini,"
Jiyeon diam selama beberapa saat. Sikap Yizhou mulai berubah menjadi dingin sekali, seolah ia tak pernah tersentuh oleh hangatnya sinar matahari, membuatnya merasa jika ia kembali ke masa lalu. Dulu, Yizhou juga sedingin ini, bahkan mungkin lebih parah.
"Ya... Tak perlu kau jawab, aku sudah tahu jawabannya. Kau memang benar-benar tak bisa mendengarkanku, ya? Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak bertemu dengannya lagi, tapi kenapa kau tetap saja pergi mencarinya? Kenapa kau tak bisa biarkan ia pergi tanpa perlu mengusiknya sama sekali? Biarkan saja ia hidup di luar sana. Dia pergi atas keinginannya sendiri, jadi lupakan saja di—"
"Kau tahu? Walau kau memintaku berhenti memikirkannya, aku takkan pernah melakukannya, dia putraku, dan aku yang melahirkannya! Kau boleh bersikap seperti ini, boleh saja, aku juga tidak melarangmu, tapi aku, apa pun ceritanya akan tetap peduli." Jiyeon marah. "Kenapa dengan dirimu? Kau itu ayahnya! Jika kau tahu dia salah, harusnya kau katakan baik-baik padanya, bukan mengusirnya pergi, Yi! Kenapa?!"
Pertanyaan ini, entah sudah berapa kali ia lontarkan, tapi ia selalu saja dibuat kesal dengan sikap Yizhou yang memilih berpura-pura menutup mata dan telinga.
"Kenapa? Kau bahkan sudah tahu jawabannya. Ini bukan kali pertama kau bertanya kenapa dan kenapa, Ji, sudah berulang kali dan aku sudah menjawabnya. Semuanya sama. Dia butuh waktu untuk paham akan segalanya, paham bahwa apa yang dilakukannya adalah kesalahan yang sudah menghancurkan nama baiknya sendiri. Apakah setelah kau menemuinya ia ingin kembali? Tidak, kan? Lalu buat apa kau repot-repot membujuknya? Sebelum kau pikirkan bagaimana hidupnya itu, pikirkanlah dirimu sendiri,"
"Kenapa kau sekeras ini padanya? Kenapa kau justru membiarkannya dan bukannya mencegahnya? Biar bagaimanapun, dia tetap anakmu, Yi," Jiyeon sebenarnya ingin sekali mengeluarkan semua kekesalannya, tapi ia masih mencoba menahannya.
"Dia laki-laki, dia harus tahu kerasnya hidup, dia tidak bisa mengatakan akan bertanggung jawab lalu semuanya selesai, tidak semudah itu setelah apa yang ia lakukan. Aku memang membiarkannya, terlepas dari dia anakku atau bukan. Dia memang harus belajar dari kesalahannya agar lebih berhati-hati. Anak itu sudah mengacaukan semuanya, nyaris saja menghancurkan perusahaanku,"
Jujur, Jiyeon benci sekali mendengar ini, bisa-bisanya pria itu jauh lebih mementingkan perusahaannya dibandingkan anaknya sendiri.
"Jangan samakan Sehun dengan dirimu, dia berbeda, dan kau tahu itu! Kau dan aku juga pernah melewati masa seperti itu, bahkan kau sendiri yang mengatakan bahwa dipaksa melakukan sesuatu yang kau tak sukai sama sekali tak menyenangkan, aku ingat dengan perkataanmu! Namun akhirnya, kita memang bisa melewati semuanya, tapi Sehun? Mungkinkah bisa? Aku pernah memperingatkanmu untuk tidak melakukan hal yang sama pada salah satu anak kita, tapi kau, dengan pendirianmu bersikeras bahwa semuanya akan baik-baik, dan Sehun pasti akan menerima sepenuh hati. Tapi sepertinya kau lupa jika dia bukan dirimu atau Chanyeol. Dan lihatlah sekarang! Kau justru membuatnya pergi meninggalkanku! Aku tahu dia salah dan aku tak mencoba mencari pembenaran atas kesalahannya, tapi bisakah kau buka hatimu sedikit saja? Kau bersikap seperti ini, kau justru menyakiti perasaanku, YIZHOU!"
Yizhou diam.
"Kau boleh marah padanya, aku mengizinkan itu, tapi kau harus tahu batasan, Yi! Mau sampai kapan kau terus seperti ini? Mau sampai kapan kau membuat hubunganmu dengannya semakin memburuk, hah? Sehun sudah mencoba untuk bertanggung jawab, dan hidupnya sudah cukup sulit saat ini, jangan kau tambah lagi penderitaannya! Dia sudah belajar dari kesalahannya. Pernahkah kau sekali saja pikirkan hal ini sebelumnya? Bagaimana jika anak yang dikandung perempuan itu memang benar adalah cucu kita? Anak itu, anak yang sedang diperjuangkan hidupnya oleh Sehun bukanlah anak yang berdosa, dia tidak salah apa pun, dan aku sangat-sangat bersedia menerima kehadirannya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"
RomanceAntara bunga, hati dan kita, siapakah sebenarnya yang paling mengerti satu sama lain? Antara bunga yang berguguran dan bersemi, antara hati yang tercerai-berai dan bersatu-padu, antara kita yang saling terluka dan melukai, manakah yang lebih dulu ak...