—Selamat Datang dan Selamat Membaca—
✨✨✨
Suasana pagi buta Seoul kembali menyambut, menyambutnya dengan angin yang bertiup dingin sedingin hatinya saat ini. Mungkin benar, seharusnya pertemuan pertama mereka setelah empat tahun lamanya tidak pernah bertemu diwarnai oleh tangis bahagia, namun kenyataannya yang terjadi adalah pertengkaran. Ditemani suasana sepi dengan udara pagi yang khas, Chanyeol mencoba untuk menenangkan diri, mengusir perasaan jenuh, penat, lelah, khawatir, rindu yang melebur menjadi satu.
Ketahuilah, terkadang ia benci harus berpura-pura baik-baik saja seperti sekarang.
"Kau sendirian, Chan?"
Chanyeol menoleh, memandang ke arah orang yang baru saja memanggilnya. Lian Hua, wanita itulah yang memanggilnya sekaligus menegurnya.
"Kita bertemu lagi, Chan, dengan keadaan yang berbeda tentunya." Lian Hua tersenyum. "Boleh aku duduk di sini?"
Chanyeol balas mengangguk singkat. Tenang saja, hubungan mereka tak pernah ada kata canggung sama sekali meskipun dulu ia pernah menyukai Lian Hua. Ingat, mereka tetap sahabat apa pun yang terjadi.
"Aku sudah mendengar semuanya, apa yang terjadi, dan kenapa kau bisa sampai semarah itu, aku tahu. Karenanya, saat kau mengirimkan pesan tadi malam, aku tanpa banyak berpikir langsung membalasnya. Akhir-akhir ini, Mirae sering datang ke rumah, ialah yang menjadi sumber informasi walau tentu aku tahu bahwa ia mendapat semua informasi itu darimu, ia jugalah yang memberitahu Sehun jika kau pernah memilih pergi ke Korea setelah bertengkar dengan ayahmu. Mirae selalu berusaha meyakinkan apa yang dikatakan olehnya adalah benar, tapi Sehun, ia bukannya tak mau peduli, ia hanya takut,"
"Takut? Setelah aku menghubunginya berulang kali dan dia justru mengabaikannya?" Chanyeol bertanya sinis, ia masih tidak terima dengan sikap adiknya itu, dan menurutnya Lian Hua hanya mencari alasan untuk membelanya.
"Empat tahun aku hidup bersamanya, tinggal satu atap dengannya dan menjadi istrinya, aku menjadi lebih mengenalnya, Chan. Ia tahu kau menghubunginya, ia juga tahu kau selalu mengirimkan pesan padanya. Dia bukannya tak peduli, bukan pula dia bermaksud mengabaikannya, tapi seperti yang tadi kukatakan, dia hanya takut, Chan. Dia takut jika kau menghubunginya yang dia dengar hanyalah kabar buruk, dia takut jika harus mendengar suaramu lagi, dia takut bertemu denganmu setelah apa yang terjadi. Hampir satu bulan terakhir, semenjak Mirae rutin datang, Sehun tak pernah bisa tidur dengan tenang. Ia terlalu takut memikirkan apa yang akan terjadi semisal informasi dari Mirae benar adanya. Aku sering mendapatinya menangis diam-diam tiap malam, aku tahu ia merindukanmu dan keluarganya, tapi ia sengaja tak pernah menunjukkannya di hadapanku."
"Dan aku juga melakukan hal yang sama dengannya," Chanyeol tertawa hambar. "Kau pikir aku tak merindukannya? Biar bagaimanapun, ia tetap adikku, Hua. Tiap kali aku menghubunginya, aku selalu menunggu jawaban darinya. Aku khawatir, tapi hari ini, entah kenapa dia membuatku sangat amat marah. Kadang, aku benci harus mengakui hal ini, tapi memang benar, bukan aku saja yang merasakannya, bahkan sebenarnya Papa juga merindukan kehadirannya di rumah."
"Lalu, kenapa waktu itu kau pergi?"
"Itu,"
Chanyeol mendadak diam, pertanyaan Lian Hua yang tiba-tiba keluar dari topik pembicaraan membuatnya bingung. Bagaimana ia harus menjawab? Ia tak mungkin menjawab jujur jika alasan utama yang membuatnya kembali ke Korea adalah Lian Hua, kan? Tidak mungkin.
"Aku bertengkar hebat dengan Papa sebelum meninggalkan Shanghai waktu itu, persis seperti apa yang Mirae katakan. Aku marah sekali saat aku melihat di depan mataku sendiri Papa berusaha membunuh Yishan, aku marah setelah tahu Papa benar-benar bersungguh-sungguh menyingkirkan Yishan yang kemudian tanpa sengaja justru melukai Mama. Sebenarnya, awal masalah itu, perjodohan itu, semuanya hanyalah masalah internal perusahaan. Namun, aku juga tak mengerti angin apa yang tiba-tiba datang dan membuat Papa berpikiran begitu. Hubungan Papa dan kakaknya tidak pernah baik, dan itu pula yang menjadi salah satu pemicu karena ayahmu berada di pihak kakaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"
RomanceAntara bunga, hati dan kita, siapakah sebenarnya yang paling mengerti satu sama lain? Antara bunga yang berguguran dan bersemi, antara hati yang tercerai-berai dan bersatu-padu, antara kita yang saling terluka dan melukai, manakah yang lebih dulu ak...