—Selamat Datang dan Selamat Membaca—
✨✨✨
Zhou Chanlie : Selene
Zhou Chanlie : Apakah kau sudah pulang?
.....
Selene Zhou : Aku baru saja tiba di bandara, Chan, maaf aku baru sempat membuka pesan darimu
.....
Zhou Chanlie : Tak apa, Selene, santai saja
Selene Zhou : Ada apa, Chan?
Zhou Chanlie : Sebenarnya aku ingin minta tolong padamu, bisakah kau datang ke rumah agar kita semua bisa berkumpul dan membicarakan pernikahanku? Catherine secara khusus menginginkanmu menjadi bridesmaid di hari pernikahan kami nanti, bersama Lian Hua
Selene Zhou : Catherine ingin aku menjadi bridesmaid-nya?
Zhou Chanlie : Tepat sekali
Zhou Chanlie : Karenanya aku ingin membicarakannya denganmu, dengan Kakek, dengan Bibi Yeon, dan dengan yang lain agar semua bisa saling memberi masukan atau saran
Selene Zhou : Kapan kau ingin aku datang?
Zhou Chanlie : It's up to you, Selene, aku tak begitu terburu-buru. Jika kau sudah merasa lebih sehat dan lebih segar kabari aku saja
Zhou Chanlie : Istirahat saja dulu
Selene Zhou : Baiklah, nanti aku akan mengabarimu
Zhou Chanlie : Ay, ay, captain \(≧▽≦)/
Selene baru saja tiba di Vancouver setelah hampir seminggu lamanya ia pulang ke Shanghai. Ia pulang seorang diri setelah mendengar kabar jika bibi yang dulu merawatnya jatuh sakit. Meski akhirnya sang bibi harus pergi dan ia masih sangat berduka karenanya, namun satu hal yang ia syukuri adalah ia masih diberi kesempatan untuk menemaninya di saat-saat terakhirnya.
Menyedihkan, menyakitkan. Rasanya sungguh sangat campur aduk.
Sambil menyeret kopernya, tangan satunya ia pergunakan untuk menjawab pesan dari Soo-Yeon. Soo-Yeon bilang, ia sudah menunggu di tempat parkir bersama kakeknya, sudah menunggu kurang lebih hampir dua puluh menit lamanya. Membaca pesan sang ibu yang penuh perhatian seperti ini membuat hati kecilnya berdenyut sakit, kenapa ibu kandungnya tak sebaik Soo-Yeon dan justru membuangnya? Kenapa ibu kandungnya tega meninggalkannya demi seorang pria yang belum tentu bisa mencintainya kembali seperti dulu?
"Selene!"
Selene menoleh ke sumber suara. Ia yang sedari tadi menoleh ke kanan dan kiri mencari di mana mobil sang ibu terparkir akhirnya bisa tersenyum. Buru-buru ia berjalan mendekat dan membuka pintu mobil lalu duduk di bangku belakang. Tak lupa, ia juga menaruh kopernya di bangku yang sama dengannya.
"Aku merindukanmu, Ma,"
Sambil menciumi tangan Selene yang kini melingkar di lehernya meski terhalang oleh bangku, Soo-Yeon membalas, "Mama juga merindukanmu, sayang. Kenapa lama sekali kau pulang, hm? Kau bilang waktu itu hanya akan pergi empat hari saja, tapi kenapa sampai seminggu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"
RomanceAntara bunga, hati dan kita, siapakah sebenarnya yang paling mengerti satu sama lain? Antara bunga yang berguguran dan bersemi, antara hati yang tercerai-berai dan bersatu-padu, antara kita yang saling terluka dan melukai, manakah yang lebih dulu ak...