36 - Don't Cry (别哭了)

17 2 0
                                    

—Selamat Datang dan Selamat Membaca—

✨✨✨






"Ayahmu tadi datang ke apartemenku. Seorang diri tanpa siapa pun. Awalnya aku sangat takut, Chan, jika kau tadi ada di sana kau mungkin akan menyadari betapa tegangnya aku saat harus mengobrol dengan ayahmu. Aku gugup sekali, rasanya seperti aku lupa bagaimana caranya bernapas,"

"Apa yang Papa lakukan di apartemenmu? Papa tak melakukan apa pun seperti memintamu menjauhiku, kan? Ia tak melakukannya, kan?"

"Tidak, tidak, tapi justru sebaliknya. Memang tak mudah baginya untuk memaafkan apalagi melupakan perbuatan Calvin, tapi Papa takkan lagi mempermasalahkan hubungan kita. Papa akan mencoba menghargai keberadaan Calvin sebagai adikku, tapi hanya sebatas itu. Papa tadi memelukku, Chan, bahkan ia juga memberiku sebuah kalung yang mirip dengan yang dikenakan Lian Hua. Papa bilang, kalung itu memang sepasang, dan sepasangnya lagi kini sudah berada padaku,"

"Cath,"

"Ya?"

"Sejak kapan kau memanggil ayahku dengan panggilan Papa?"

"Sejak... Hari ini. Ayahmu yang  memintaku memanggilnya begitu. Jujur, aku belum terbiasa, tapi menurutnya aku harus mulai membiasakan diri. Sebelum Papa pulang tadi, ia sempat bercerita bahwa sebenarnya ia merasa bersalah padamu, ia juga merasa agak sedih saat kau perlahan menjauhinya. Minta maaflah pada Papa, Chan, katakan padanya bahwa kau tak bermaksud menjauhinya apalagi berniat untuk meninggalkannya dan menghilang tanpa kabar. Chan? Kau masih mendengarku, kan? Chan? Jawab aku!"

Diakhirinya sepihak panggilan tersebut, dimasukkannya kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Ia tahu, Catherine pasti akan mengomel panjang lebar setelah ini, ia pasti akan dimarahi karena telah berani mengakhiri pembicaraan di saat Catherine belum selesai berbicara.

Ruang kerja ayahnya berada di lantai yang sama dengannya, hanya saja terletak di paling ujung lorong. Lantai ini cenderung sepi dibanding lantai-lantai lain, selain memang penghuninya kebanyakan adalah petinggi-petinggi perusahaan, Yizhou tidak suka dengan suasana yang ramai. Ruang kerja Yizhou di kantor ini cukup besar, sangat cukup untuk memasukkan tiga puluh orang lebih sekaligus ke dalamnya. Meski besar dan nyaman, tetapi tempat ini adalah kantor, bagian dari kantor dan bukan rumah yang bisa digunakan sebagai tempat beristirahat.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?"

"Tuan Tanaka? Aku kira tak ada orang di ruangan Papa,"

"Saya tadi sedang merapikan berkas-berkas di lemari Presdir, Tuan Muda, lemari di belakang meja kerja Presdir,"

Oh iya, Chanyeol baru ingat lemari itu memiliki dua sisi, sisi depan dan sisi belakang. Pantas saja ia tidak melihat keberadaan Tanaka saat masuk. "Apa kau melihat Papa, Tuan Tanaka? Aku sempat bertanya pada yang lain tapi mereka bilang Papa sedang pergi keluar,"

"Presdir memang sedang pergi keluar, Tuan Muda, tapi saya juga tidak tahu ke mana Presdir pergi. Presdir bilang ada urusan yang harus diselesaikannya dan ia akan kembali sebelum sore,"

"Apa kau sungguh tak tahu ke mana Papa pergi?"

Tanaka mengangguk. "Ada masalah apa, Tuan Muda?"

"Tidak, tidak, aku hanya ingin menemuinya saja, juga ingin memin—"

MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang