—Selamat Datang dan Selamat Membaca—
✨✨✨
"Menjadi orangtua memang bukan pekerjaan yang mudah, tetapi sama sepertimu, Mama dan Papa juga bahagia memilikimu dan Chanyeol, bahkan sangat bahagia karena Mama dan Papa sudah menantikannya begitu lama. Memang melelahkan, tetapi seiring berjalannya waktu kalian pasti bisa menjadi versi terbaik dari Mama dan Papa untuk anak-anak kalian, ambil baiknya dan buang buruknya. Jangan khawatir, apa pun yang terjadi Mama dan Papa akan selalu menyayangi Yishan dan Yinxue, begitu pun dengan anak-anak kalian nanti, Chan, Catherine,"
"Ma,"
"Apa, Hun?" sambil membantu Yishan memotong-motong daging untuk dimakannya, Jiyeon tak lupa untuk menanggapi. "Lagipula Mama suka mendengar suara anak-anak di sekitar Mama,"
"Meski sangat berisik?"
"Apakah kau hendak berpikir bahwa ketika kau kecil kau adalah anak yang pendiam?" tanya Jiyeon balik. Pertanyaannya sukses membuat Sehun bersungut-sungut. "Setelah bertengkar dengan Chanyeol, kau pasti akan mengadu kemudian menangis, pun sebaliknya juga begitu. Tetapi, satu-satunya saat di mana kalian tak berani menangis adalah saat Papa memarahi kalian,"
"Kita bukannya tak berani menangis, Ma, tetapi kita hanya berusaha mencari aman agar Papa tak semakin marah,"
"Apakah kalian berdua memang sering dimarahi oleh Papa?" tanya Catherine penasaran.
"Sangat sering, Cath, mulai dari yang hanya sekadar marah sampai benar-benar marah," saking seringnya, jika diminta menghitung pun Chanyeol takkan bisa mengingatnya. "Jika suasana hati Papa sedang tak baik, hal sekecil apa pun itu bisa memancing amarahnya, hal sekecil dan sesederhana aku lupa menaruh gelas ke wastafel saja Papa bisa marah. Iya kan, Hun?"
Sehun mengangguk setuju.
"Mama marah hanya sekadar mengomel, hanya sekadar memberitahu kami baik-baik apa kesalahan kami dan meminta kami jangan mengulanginya lagi di kemudian hari, tetapi lain halnya dengan Papa. Kalau Papa marah, aku dan Sehun bukan hanya terkena omelan, tetapi juga tamparan yang luar biasa sakit,"
"Bahkan sakitnya tak kunjung hilang setelah berhari-hari lamanya," timpal Sehun. "Percaya padaku, dulu Papa jauh lebih galak daripada sekarang,"
"Oh iya?"
"Iya, Noona, hanya setelah memiliki cucu saja Papa tidak begitu galak,"
"Hun," Yizhou menatap tajam.
"Yishan belum pernah dimarahi Ji'er,"
"Kalau bisa jangan pernah,"
"Kenapa?"
"Ji'er menakutkan kalau sedang marah,"
"Zhou Shixun,"
"Lagipula Ji'er takkan mungkin bisa marah pada Yishan. Tenang saja, sayang," toh, sekalipun bisa Sehun yakin ayahnya akan menyesal setengah mati setelahnya. "Hati Papa terlalu lembut sekarang,"
"Kau ingin hatiku selamanya tetap keraskah?"
"Bukan begitu maksudku, Pa,"
"Pernah ada masanya hatiku sangatlah keras seperti batu, pernah ada masanya hatiku sangatlah dingin bagaikan es, tetapi kejadian lima tahun lalu telah mengubah semuanya. Kejadian itu akan selalu menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku. Keluarga yang sudah kubangun susah payah nyaris hancur berantakan dalam sekejap, bahkan aku juga nyaris kehilangan cucuku akibat perbuatanku sendiri. Aku sangat menyesalinya, tapi aku bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku bersyukur karena masih diizinkan untuk melihat cucuku sekali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"
RomansaAntara bunga, hati dan kita, siapakah sebenarnya yang paling mengerti satu sama lain? Antara bunga yang berguguran dan bersemi, antara hati yang tercerai-berai dan bersatu-padu, antara kita yang saling terluka dan melukai, manakah yang lebih dulu ak...