—Selamat Datang dan Selamat Membaca—
✨✨✨
"Maaf, Pa, aku baru sempat mengabari Papa sekarang, tapi Papa tenang saja, semuanya baik di sini. Aku dan Lian Hua sudah sampai dengan selamat di Calgary, langsung meluncur menuju mansion Kakek begitu sampai di bandara,"
"Syukurlah, Papa lega mendengarnya,"
"Bagaimana keadaan di sana, Pa? Masih aman?"
"Sangat-sangat aman, jangan khawatir,"
"Lalu Yishan? Apakah ia rewel, Pa?"
"Tidak, ia tidak rewel sama sekali, hanya saja sepanjang perjalanan pulang dari bandara menuju rumah ia tampak sedih. Yishan juga sempat menangis, mungkin karena belum terbiasa berada jauh darimu dan Lian Hua, tapi tidak apa, ia sudah berhenti menangis setelah Papa buatkan susu cokelat. Sekarang, ia sedang tidur,"
"Terima kasih atas bantuannya, Pa, aku sangat-sangat berterimakasih karena Papa bersedia kurepotkan seperti ini," kekehnya, yang langsung dibalas decakan oleh ayahnya. Iya, Sehun tahu Yizhou tak mungkin merasa direpotkan, karena menjaga Yishan, menemaninya, sama saja seperti ajang menghibur diri untuk Yizhou. "Aku akan sering-sering mengabari Papa mengenai perkembangan di sini, jika perlu aku akan mengabari Papa tiap saat agar Papa tak ketinggalan informasi terbaru. Hari ini aku dan Lian Hua akan tinggal semalam di mansion Kakek, besok pagi baru kami akan ke rumah sakit,"
"Ok, kabari Papa bila terjadi sesuatu, ya? Selamat malam,"
"Malam, Pa," sambungan telepon pun terputus, selama beberapa saat setelahnya Sehun menatap layar ponselnya, menatap ratusan percakapan antara ia dan ayahnya dua bulan terakhir. Tak banyak hal penting yang mereka bahas, kebanyakan percakapan tersebut berisi hal-hal tak penting yang kini membuat Sehun bertanya-tanya, kenapa bisa aku mengirimkan pesan macam ini? Menggelikan sekali.
"Tuan Muda!"
Sehun berbalik, memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. "Ada apa?"
"Istri Anda,"
"Iya, kenapa dengan istriku?"
"Itu... Tuan Muda,"
"Hei, apa yang terjadi?"
"Itu... Istri Anda mengalami kontraksi!"
"Apa?!"
—♥—
Chanyeol salah perhitungan, ia pikir setelah rapat bersama petinggi perusahaan lalu mendatangi gedung yang akan digunakan sebagai tempat perayaan takkan memakan waktu begitu lama, ia kira semua itu bisa selesai dan beres sebelum sore hari, tapi nyatanya sampai malam pun ia terpaksa harus tetap berada di kantor.
Hei, ia bahkan tidak ikut mengantar adiknya ke bandara, tak ikut melepas kepergian mereka ke Calgary dan hanya bisa mengucapkan perpisahan dan kalimat basa-basi lainnya lewat sambungan telepon. Namun untungnya, ya, untungnya, di tengah padatnya jadwal seharian ini, ia masih sempat meminta Catherine untuk datang. Sehari sebelumnya ia memang sudah menghubungi wanita itu, dan begitu Catherine tiba sore tadi, ia yang menyambutnya di kantor justru mendapat semprotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE : "Between Flowers, Hearts and Us"
RomansAntara bunga, hati dan kita, siapakah sebenarnya yang paling mengerti satu sama lain? Antara bunga yang berguguran dan bersemi, antara hati yang tercerai-berai dan bersatu-padu, antara kita yang saling terluka dan melukai, manakah yang lebih dulu ak...