PS - 31

5.1K 580 88
                                    


_____

"Arrrggghhh... bodoh!" Adrian merutuki dirinya hingga ia tak sadar kalau Radell ada di sampingnya.

"Kamu kenapa?" Radell bertanya penasaran. "You okay?"

Adrian tak menoleh dan menjawab. Pria itu hanya diam dan berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Kalau kamu capek, bisa istirahat di sini dulu. Aku temenin," Radell melanjutkan ucapannya.

...

...

"Ng... nggak perlu. Aku baik-baik aja kok, Ra," timpalnya. Ia lalu mengarahkan pandangannya ke Radell. "Kita bisa ke bawah sekarang. Lagi pula nggak enak sama Naka."

Radell mengusap bahu Adrian dengan salah satu tangannya. "Yakin?"

"A hundred percent!" jawab Adrian yakin.

"Okay. Ya udah, yuk ke bawah!" ajaknya kemudian.

Namun, ketika Radell membalikkan badan, Adrian menahan tangganya. "Tunggu," cegatnya. "I have something for you!" Adrian teringat dengan parfum yang ia beli di Changi sebelum pergi ke Lombok.

"Ya, Dri?"

Adrian segera berlari ke meja kerjanya dan mengambil paper bag berisi parfum dari dalam laci. Ia menghampiri Radell. "For you. I hope you like it," katanya dengan penuh harap.

Radell mengambil paper bag berwarna putih itu dan melihat isinya. "Perfume?" tanyanya memastikan.

Radell agak terkejut karena Adrian tiba-tiba memberikannya sesuatu. Bisa dikatakan kalau Adrian jarang melakukan hal seperti ini. Bukan karena ia pelit atau tidak peka, tetapi takut seleranya tak sesuai dengan Radell. Alhasil, Adrian lebih suka mentraktir—mengajak—Radell berbelanja dan membiarkannya memilih barang yang ia sukai sendiri.

Namun, perlakuan manis Adrian ini tak bertahan lama karena sikap Radell sempat membuatnya kecewa. Adrian menjadi tak acuh dengan apapun yang dilakukan Radell.

Sementara itu, Radell menelan salivanya kuat-kuat mengingat kejadian tolol yang mengacaukan hubungannya dengan Adrian. Kalau bukan karena kecerobohannya, Adrian mungkin masih bersamanya sekarang.

Sudah bertahun-tahun yang lalu. Lo nggak perlu mengingat ketololan lo yang membuat Adrian hilang akal dan jadi singa kelaparan! What's past is past. Everything has changed, Radellia. Kalau dia emang dewasa dan head over heels in love sama lo, dia nggak mungkin libatin perempuan lain—Gyan dalam hubungan kalian. It's pretty clear, Radellia. He didn't love you.

"Ya. Aku belinya pas di Changi. Kebetulan parfum aku abis, jadi aku mampir ke salah satu store parfum. Aku pikir, sekalian aja beliin buat kamu. Kata pelayannya, ini parfum keluaran terbaru. Aku harap wanginya cocok sama kamu," Adrian menjelaskan.

Radell tersenyum kecil mendengar penjelasan Adrian, lalu berkata, "Thank you sudah mengingatku, Dri..."

Always... You're always in my mind, Ra. The more I hate you, the more I want you.

"Sama-sama, Ra," balas Adrian. Pria itu lalu tersenyum—menampakkan gigi putihnya yang rapi.

Aneh, tapi nyata. Rasa bersalah, kagum, bahkan cinta dapat membuat seseorang melakukan apa saja. Bahkan, hal-hal yang hampir tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang