"Ren, kamu sudah kabari manager Radellia terkait meeting hari ini, kan?" Adrian bertanya pada Rendra—asisten pribadinya— melalui telepon."Sudah, Pak. Saya sudah menghubungi manager Ibu Radellia. Tadi kebetulan manager Ibu Radellia mengkonfirmasikan kalau mereka sedang dalam perjalanan," jawab Rendra.
Adrian tersenyum dari balik teleponnya, "Kalau begitu siapkan ruang meeting sekarang," perintahnya.
"Baik, Pak. Segera saya siapkan," balas Rendra. "Ada lagi yang Bapak butuhkan?" tanyanya.
"Tidak ada. Oh ya, jangan lupa kasih tahu Vandra untuk cancel segala jadwal saya hari ini. Ganti hari lain saja..."
"Siap, Pak."
*
Setengah jam berlalu. Radell dan Ranti tiba di kantor Adrian mengenakan pakaian semi formal; Radell mengenakan blazer abu, kaos v-neck putih, ripped skinny jeans warna biru dipadukan dengan heels abu."Selamat siang," sapa Adrian pada Radell dan Ranti.
"Selamat siang," balas Ranti.
"Siang," jawab Radell malas.
Akan ada drama apalagi sekarang? Let's see... batinnya.Adrian tersenyum ke arah Radell tanpa henti. Ia terpana dengan penampilan mantan istrinya yang terlihat tidak biasa -tanpa banyak aksesoris yang mengganggu. Shit, gitu doang bikin otak gue nggak fokus. Adrian, where have you been? Lo kayak baru pertama kali lihat Radell pakai pakaian seperti itu. Jangan salting, mau meeting. Profesional dong! Malu sama umur, malu sama dia juga. Lagian ya kok lo bisa-bisanya nggak noticed dia selama hampir dua tahun kalian tinggal bareng? Bodohnya luar biasa.
"Please take a seat," Adrian mempersilakan Radell dan Ranti duduk," menoleh ke arah Rendra, "Ren, tinggalkan kamu bertiga dan minta tolong OB bawakan minuman," pintanya.
"Baik, Pak Adrian," jawab Rendra. Pria itu kemudian meninggalkan ruangan.
Adrian memfokuskan pandangan pada Ranti dan Radellia. Ia kemudian membuka suara, "Sebelum mulai meeting hari ini, I just wanna say, 'Welcome back Radellia! Nice to meet you!'. Glad you're finally here. Aku senang karena akhirnya kamu mau menerima tawaran ambassador dari perusahaan ini."
Radell tersenyum dan membalas, "Thanks. Tapi jujur, aku agak kecewa karena Ranti tidak menjelaskan secara rinci siapa dibalik House of Spaghetti. And yes, you're so lucky karena ketidaktahuanku kamu dapat jawaban ya dari aku," melirik Ranti, "and poor me karena Ranti nggak jujur sama aku. Aku nggak tahu dengan siapa sesungguhnya Ranti bekerja, kamu atau aku?"
Ranti menyenggol tangan Radell dan berbicara dengan suara sangat kecil—hampir tidak terdengar, "Sorry... tawarannya menggiurkan, Del. HoS kontrak lo dengan harga yang fantastis. Lebih mahal dari kontrak lo sama BrightTV dan A+Plus. Gila aja kalau harus ditolak—"
Adrian tersenyum, "It's okay. Yang terpenting sekarang adalah kamu sudah tanda tangan kontrak itu. And you work for us. Simple."
"Simple?" Radell mendengus, "Simple apanya?"
Ranti kembali menegur Radell -berkata dengan suara sangat kecil, "Radell, yang sopan dong. Though he was your ex. Dia yang ngasih kita kerjaan. You need to calm down—"
Radell membalas! dengan putus asa, "Gue nggak bisa, Ran—"
Ranti tersenyum canggung pada Adrian. Ia merasa tidak enak dengan sikap Radell yang kekanak-kanakan—tidak profesional pada meeting mereka. "Faradellia Sasongko, please..." cicitnya dengan sabar dan hati-hati agar Radell tidak tersinggung, "kali ini aja lo bersikap baik sama dia..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Prefix-Suffix
RomanceFaradellia Puti Sasongko, seorang model, publik figur dan internet personality harus menerima pil pahit hubungannya kandas di tengah jalan. Radell, nama panggilan perempuan itu benar-benar tidak menyangka kalau pria yang sangat ia cintai, Adrian Jus...