Bangkok
Radell berjalan—setengah berlari—menuju Singha Complex.
Singha Complex adalah salah satu ikon kota Bangkok yang baru setelah Icon Siam. Kawasan ini mencakup perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kondominium mewah.
"Naka, terima kasih sudah menunggu. Pesawat aku delayed tiga jam," ujar Radell sembari mengatur nafasnya. Ia melihat sekeliling yang tampak lengang karena tamu Naka sudah banyak yang pulang. "Acaranya udah kelar?" katanya menyesal.
"Iya, udah selesai. But, it's okay, I am glad you're here," jawab Naka dengan senyum yang mengembang di wajahnya. "Kamu jadi datang aja suatu kehormatan buat aku."
"Thanks buat pengertiannya, Ka," balas Radell lega.
"Ya udah, duduk dulu, yuk!" ajaknya. Lalu, Naka mengarahkan Radell ke ruang kerjanya.
Radell berjalan mengikuti Naka dari belakang dan perlahan menjajarkan langkah mereka. "Aku pertama kali ke sini. Bangunan ini baru diresmikan, kan?" ujarnya sambil mengamati ruangan Naka yang luas dan mewah.
"Iya, baru dibuka, belum genap tiga tahun," jawab Naka.
"Mau minum apa?" tanya Naka sembari membuka lemari pendingin.
"Apa aja boleh," jawab Radell. "Ngomong-ngomong, kantor kamu interiornya bikin betah. Let's say... so fascinating?—" menggantung ucapannya.
Pria itu tersenyum, kemudiam menimpali, "Thank you for the compliment. Tapi kalau boleh jujur, interior kantor ini mirip dengan kantor kami yang ada di Jakarta atau Singapore. Sengaja aku samain biar suasananya tetap sama. Jadi dimanapun aku kerja, feel like home."
Radell menaikkan sebelah alisnya, "Wow, really? Awesome!" Naka mengangguk. "Seriously, this is so cool," puji Radell lagi. "Lokasi kantor kamu juga strategis, berada di jantung kota Bangkok. Cuma perlu semenit dari MRT Petchaburi. Tadi aku dari airport kebetulan naik airport link turun di Ratchatewi, terus naik MRT ke sini."
"Yaps! Aku merasa beruntung bisa bikin kantor di sini. Kebetulan lokasi ini direkomendasikan oleh salah seorang temen. Kamu kenal kok sama dia. Katanya, kalian pernah menghadiri acara yang sama," ujar Naka.
Radell mengerutkan kening, "Oh, ya, siapa?"
"Kanika Piyaponpanya alias Malee Kanika. Tau, kan?"
"Ah, I know. I met her twice, di NYFW dan acara amal," jelas Radell. "So, you guys are close friend or—"
"Teman biasa," jawab Naka cepat sebelum Radell salah paham akan hubungannya dengan Kanika, hi-so Thailand yang popularitasnya sedang melejit karena baru saja terpilih menjadi brand ambassador Celine.
Radell pun menganggukkan kepala tanda paham. Kemudian, duduk di sofa kosong setelah dipersilakan Naka.
"Sorry, untuk minuman yang tersedia hanya soda, belum sempat groceries dan refill," kata Naka menyesal, "aku berharap kamu nggak jadi musuh abadi soda, ya. Aku tahu kamu nggak minum soda," tambahnya.
Radell tertawa, "Soda is fine. Aku nggak apa-apa cheating hari ini," mengangkat kaleng soda dan mengajak Naka untuk merayakan keberhasilannya, "For your luck, cheers!" ujarnya.
Naka tersenyum lebar, "Cheers!" Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena Radell bersedia minum soda demi dirinya, padahal perempuan itu tidak minum soda.
"Anyway, mau jalan-jalan, nggak?" Naka bertanya untuk mencairkan suasana. "Aku tahu kamu butuh menyegarkan diri pasca flight."
"Ke mana?" Radell menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prefix-Suffix
عاطفيةFaradellia Puti Sasongko, seorang model, publik figur dan internet personality harus menerima pil pahit hubungannya kandas di tengah jalan. Radell, nama panggilan perempuan itu benar-benar tidak menyangka kalau pria yang sangat ia cintai, Adrian Jus...