PS - 20

12.3K 878 14
                                    

Ting! Suara lift berbunyi dan Adrian terpaksa melepaskan rangkulannya pada Radell.

"Kamu aneh!" Radell berkata dengan sinis pada Adrian yang hanya bisa senyum tanpa dosa padanya.

Pria itu merapikan pakaiannya dan membiarkan Radell keluar dari lift lebih dulu, "Lady's first..." silanya.

"Thanks, but you can leave now, Dri," perintah Radell.

"See you tonight!" kata Adrian dengan seringai tajam—yang menjengkelkan.

Radell tidak membalas Adrian—tidak mengindahkan ucapan pria itu dan segera menghampiri Devan yang tengah duduk di salah satu sudut ruangan. Devan sedang serius memainkan ponselnya hingga ia tidak memperhatikan Radell datang.

"Van, sorry lama," kata Radell pada Devan dan mengalihkan fokus pria itu, "kita bisa pergi sekarang," ajaknya.

"Oh, hey, Ya. Maaf nggak noticed, aku lagi bales email," terang Devan, "urusan kamu sudah kelar, kan?" tanyanya.

Radell mengangguk, "Iya sudah selesai. Yuk jalan!"

"Buru-buru? Apa kamu ada acara hari ini?" Devan bertanya karena bingung.

"Yes! Radellia punya acara malam ini, Devanka Chakrii (pen: dibaca Jack-gree) Arkatama," sahut Adrian. Pria itu tiba-tiba muncul dan menjawab pertanyaan Devan pada Radell.

"Adrian? Hey, bro" Devan menimpali, "I just—" berdiri dari duduknya—dengan ekspresi bingung.

"It's okay. Aku tadi ada perlu dengan Radellia. If you guys wanna do something, just do it," kata Adrian.

Radell menghela nafas panjang, "Thanks, tapi kita harus pergi, Adrian," melirik Devan, "Ya, kan Van?"

Devan menerima isyarat mata Radell dan langsung menjawab, "Iii-iya. Kita langsung pergi..."

"Oh, good! Lo parkir di basement, kan?" Adrian bertanya.

"Iya," jawab Devan canggung.

"Kalau gitu kita ke basement-nya bareng aja," ajak Adrian.

"Boleh," jawab Devan, "Kamu ikut atau tunggu di sini, Ra?" tawarnya pada Radell.

"Aku ikut kamu aja, Van," Radell memutuskan. Kemudian ketiganya berjalan bersama.

Di sepanjang perjalanan, Radell tidak bersuara sama sekali. Ia seperti tidak berminat untuk gabung dalam obrolan kedua pria itu. Alhasil ia hanya menjadi pendengar yang baik—mendengar obrolan tentang bisnis di antara keduanya.

Kok bisa kenal? Mereka bahkan nggak satu sekolah. Batin Radell. Gue nggak pernah berpikir kalau mereka seakrab ini. Shit!

"Ra, nanti malem aku jemput jam 7, ya," pesan Adrian pada Radell ketika ia sampai di tempat parkir. Ucapannya tersebut jelas terdengar oleh Devan. Pria itu sampai merasa aneh.

Do they reunite? tanya Devan dalam hati. Sepertinya iya kalau dilihat dari gelagat Adrian.

Radell menaikkan kedua alisnya sebelum akhirnya menimpali, "I don't think that you wanna pick me up, Dri. You didn't even say that—"

"I just changed my plan. So, I wish you guys had fun. Seven sharp, Ra. Aku balik kantor dulu!" Adrian mengusap-usap tangan Radell dan melirik Devan, "Bro, take care of her, ya," pesannya, "gue harus balik ke kantor. Ada dokumen yang perlu ditanda tangani."

"Oooh... ya bro. You can count on me! Radellia is in a safe hand. Don't worry much."

"Thanks..." kata Adrian dan pria itu segera masuk ke dalam mobil.

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang