PS - 17

10.7K 969 11
                                    


____

"Gimana kerjaan lo di KL?" Vio bertanya pada Radell yang sedang menyesap kopinya.

"Baik..." jawab Radell singkat, "Jakarta tambah panas aja, ya," ujarnya.

Vio menimpali, "Nggak usah ngeluh. Nggak usah sok nggak tau kalau kota ini panas dan macet mentang-mentang lo tinggal di KL."

Radell cengir dan membalas, "Maaf ya, Bu. Gue ngerasa di luar itu panas banget. Gue bukannya ngeluh ya, cuma mengutarakan pendapat aja."

"Halah... bisa aja kalau bikin alibi. Anyway, gue denger dari Sara kalau lo kedatangan tamu spesial dua Minggu yang lalu. Kok lo nggak cerita? Emang siapa tamu yang dimaksud Sara?"

"Hah? Tamu? Tamu siapa?" tanya Radell dengan bingung. Ia sama sekali tidak paham dengan pertanyaan Vio.

"Tamu lo. Sara bilang lo nyamperin laki which is itu tamu lo dong."

"What?! Sara cerita? Kok bisa dia cerita sama lo?"

"Sara mah nggak penting, yang penting itu adalah lo jawab pertanyaan gue. Gue pengen tau siapa laki-laki yang lo samperin? Jangan main rahasia-rahasiaan ya sama gue. I have lots of spies, FYI."

"Hadeh. Lo kebiasaan ya kepo sama asisten gue," Radell mendesah sementara  Vio hanya bisa cengir, "gue ketemu Adrian," terangnya, "puas?"

"Oke... Sara bener. Berarti saat kita chatting, lo lagi sama mantan suami lo—yang mana semakin hot di umur yang menginjak kepala 3. Hmm... ngapain dia di KL?"

"Business trip. Biasalah, kayak lo nggak kenal Adrian aja."

"Tapi, kenapa dia tiba-tiba minta ketemuan sama lo. Been two years nggak sih? Kenapa selama rentang waktu itu dia nggak minta ketemu? Kenapa baru sekarang. Aneh."

Radell membatin, Ya kan dia nggak punya nomer gue. Lagipula kalau nggak diawali kejadian ketemu di nikahnya Raya, nggak begini kejadiannya.

"Dia tiba-tiba nelpon gue, aneh nggak aneh sih. Tapi, mau nggak mau harus gue samperin. Lagian hotelnya nggak jauh dari apartemen gue kok."

"Alasan si Berengsek emang banyak, ya. Bilang aja dia kangen sama lo."

Gue juga kangen sih, Vi. Gimana dong? I ain't lie, oke, di sini gue kangen dalam artian "long time no see" ya.

"Udah terlanjur Vi. Kasihan juga di KL sendirian."

"Laki mah kemana-mana sendiri nggak masalah. Yang bahaya itu perempuan."

"Iya gue paham," balas Radell sambil menggeser gelas kopinya. Ia kemudian membuka tabletnya dan mengecek jadwal kegiatannya selama di Indonesia. "Ngomong-ngomong, gue besok ke Jogja hadiri grand launching Katon Tama. Baliknya paling lusa. Lo mau ikut? Gue ada tiga undangan nih."

"Boleh. Entar gue kerja remot."

"Nggak apa-apa?"

"Santai. Kalau penulis kayak gue ini mah bisa kerja di manapun," Vio cengir sambil memamerkan gigi putihnya.

"Thanks ya. Akhirnya gue ada temen."

Vio berdehem. "Harusnya lo ajak Alaf nih," godanya, "kan undangan lo nganggur satu. Doi pasti seneng lah lo ajak ke acara kayak gitu. Itung-itung liburan."

Radell meringis, "Apaan sih, Vi. Kenapa bawa-bawa Alaf?"

"Kan semesta tau kalau Alaf ngincer lo—"

"Vio... harus berapa kali juga gue jelasin ke lo kalau gue dan Alaf itu pure temen, nggak lebih. Lo juga tau kan kepentingan gue sama dia sebatas apa?"

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang