PS - LIMA

16.2K 2.1K 73
                                        

"Sudah aku bilang kita bakal satu penerbangan," kata Adrian tiba-tiba saat memasuki first class suites dan menemukan Radell sedang memperbaiki duduknya.


Radell memperhatikan Adrian sedang merapikan barang bawaannya secara mandiri. Damn! Kenapa lo ganteng banget sih—suami?

Wanita itu benar-benar terpaku melihat Adrian yang begitu tampan dengan setelannya. Terlalu formal untuk night flight. Tetapi, Adrian adalah Adrian. Ia akan berpakaian sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Fokus, Ra. Not this time. He's just friend to you. Sudah bukan suami lo lagi. Lo harus pahami itu.

Radell pun menarik nafas panjang, coba menegakkan duduknya dan sengaja mengalihkan perhatiannya dengan membaca buku yang dibelinya di Periplus sebelum berangkat tadi.

Sementara Adrian sudah selesai dengan dirinya, ia berdehem dan kembali berkata, "Aku berharap selama penerbangan ini kamu tidak keberatan untuk membiarkan pintu pembatas ini terbuka. Karena yang aku tahu, hanya ada kita berdua di kelas ini."

Radell menjawab Adrian, "Kalau mood aku bagus, mungkin. Dan aku pikir aku akan membaca buku dan menikmati makanan yang di sediakan selama penerbangan ini."

"I wish we could talk..." balas Adrian. Pria itu hanya tersenyum membayangkan wajah Radell. Where have you been, Adrian, your wife is so beautiful. Don't you miss to kiss her lips? Or touch her waist?

Radell mengabaikan setiap ucapan Adrian yang berusaha untuk mengalihkan fokusnya. Damn! Adrian bisa nggak sih diam dan fokus dengan apa yang dia harus lakukan?

Radell terganggu.

Ya. Suami—yang mungkin lebih tepat dianggap mantan suami itu mengganggu konsentrasinya.

"Adrian... can you stop bothering me? I mean, stop talking much."

Adrian memiringkan tubuhnya dan tersenyum. "Aku nggak tahu kalau kamu terlihat begitu seksi dengan kacamata itu, Ra."

Lo baru notice sekarang? Selama ini kemana aja? 

"Oh, thank you... I take it as a compliment," jawab Radell dengan datar.

Adrian lagi-lagi tersenyum. "Can you stop reading, Ra? Let's talk," ajaknya. Namun ucapannya sama sekali tidak dipedulikan oleh Radell. Perempuan itu masih saja fokus dengan buku yang dibacanya. Adrian yang merasa sebal dengan tingkah Radell kemudian melakukan hal tak terduga yaitu mengambil buku yang sedang dibaca oleh wanita itu.

Radell yang merasa terganggu pun tak kuasa untuk tidak membentak Adrian, "Adrian! Kamu apa-apaan sih? Kita bahkan belum take off dan kamu sudah melakukan hal impulsif seperti ini."

Adrian mengindahkan ucapan Radell. Ia malah senyum tanpa dosa dan meletakkan buku yang sedari tadi Radell pegang di atas meja kecil yang berada di kabinnya. "If you want this book back, talk to me throughout this trip."

Pemaksaan! Nggak begini caranya.

Radell melepas kacamata yang sedari tadi bertengger ditelinganya. Ia memindahkannya—meletakkan di atas kepalanya sambil berkata, "Oke, aku temani kamu ngobrol."

"Bisa kamu lihat aku saat aku sedang bicara, Ra," pinta Adrian pada Radell ketika ia tahu kalau wanita itu sama sekali tidak memfokuskan pandangan padanya.

Wanita itu mendengus. Namun tak lama ia menegakkan badan dan menatap wajah Adrian yang sedang tersenyum padanya. Please Radellia, jangan salting apalagi baper. Radell menguatkan dirinya. "Kamu mau ngobrol apa?" tanyanya dengan serius.

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang