PS - 16

11.2K 1K 30
                                    


___


Jam menunjukkan 7.31 pagi. Cahaya matahari menyilaukan Adrian dan membuat pria itu terpaksa membuka matanya. Ia menguap sambil meregangkan tubuhnya. Ia mendapati Radell sedang tidur membelakanginya dengan tubuh terbalut selimut. Tak terasa, senyum Adrian mengembang melihat Radell yang tidur dengan nyenyaknya.

Ia berkata dalam hati. I was skeptical at first, but then it faded away. I got drown into this—our little game.

Adrian bangun dari tidurnya; merapikan rambut; mengenakan baju yang berserakan di lantaisisa permainan mereka, lalu beranjak ke kamar mandi. Ia merasa sangat bersemangat pagi ini—tidak seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Ia tersenyum dan membayangkan wajah Radell—istrinya. "Did I say wife?" katanya di depan cermin kamar mandi sambil bercukur. "Harusnya gue noticed di awal kalau Radell hot as f*ck. Her body shaped like a wine bottle. Her lips like a candy. Damn! Pagi-pagi gue udah mesum aja! Adrian kontrol isi kepala lo! Jangan norak deh meskipun lo dan dia sama-sama baru pertama kali."

Adrian terus tersenyum dan berbicara sendiri, "Kayaknya worth it kalau gue buatin Radell sarapan. Itung-itung sebagai ucapan maaf dan terima kasih. Lagian semalem dia juga bikinin gue dinner, tapi gue tolak," mendesah, "Kalau dipikir-pikir gue sama sekali nggak pernah apresiasi perlakuan Radell ke gue. Kasian juga, ya. Berengsek banget gue!" mengembuskan nafas kasar. 

Adrian menatap wajahnya jauh ke dalam cermin dan berkata, "I wanna do something nice. Try to be a good companion and husband. I know it sounds crazy. I fall for her in one night. Damn! Where have I been? Radellia Sasongko is my wife. Everybody wants her in their beds. While me? Everyday I slept with her. I didn't feel anything til last night? Oh my God. I was literally stupid," mengacak-acak rambut, "stupid, call me stupid. She kept it. She let me do it."

"Gue yang pertama dan dia yang pertama buat gue. Harusnya gue bisa bikin hubungan kita benar-benar serius—as a husband and wife. I know, Radell jauh banget dari Kinan. Tapi dia baik; dia cantik—I ain't lie, I'm normal, yes she's probably not my type but I know she's damn hot. Kalau direnungkan, Radell nggak pernah bertingkah aneh; dia nggak pernah bikin skandal selama kita nikah; dia nurut sama omongan gue; dia cekatan—dalam artian becus melakukan pekerjaan rumah; dan masih banyak kelebihannya yang nggak bisa gue sebutin satu persatu..."

...

...

"...dan kalau gue bisa menjabarkan itu semua, lalu sebenarnya apa yang bikin gue nggak bisa nerima Radell? Cinta? That's totally bullshit. Kinan sudah nikah, dia udah mau punya anak dan gue masih mengharapkan dia? You're so unbelievable, Adrian. Gue harusnya bisa memulai hubungan yang baru sama Radell. Dia istri gue yang sah secara agama. Gue nggak mungkin terus-terusan jadi the jerkiest husband, kan?"

"Well, I want to start over. It's not too late. It's just a prefix."

*

Keluar dari kamar mandi, Adrian sudah siap dengan ide memasaknya. Kebetulan ini adalah weekend dan Ratih tidak bekerja saat weekend. Secara otomatis, ia akan masak sendiri atau delivery jika tidak sempat memasak.

"Mau kemana?" Radell bertanya tiba-tiba. Wanita itu menghentikan langkah Adrian yang akan membuka pintu kamar. Pria itu mungkin terkejut, tetapi ia segera memutar badan. Ia menjawab Radell dengan pertanyaan, "Kamu sudah bangun? Sejak kapan?" menautkan kedua alis.

"Pas kamu mandi," jawab Radell singkat. "Ratih nggak datang kan hari ini? Kamu mau sarapan?" tanyanya yang hanya dibalas anggukan oleh Adrian.

Radell tidak membalas ucapan Adrian lagi. Ia segera berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar sambil membawa gelas kosong. Ia membuka pintu tersebut dan tidak menunggu Adrian melakukannya. Adrian pun hanya bisa tertegun melihat tingkahnya yang biasa sajaseperti tidak terjadi apa-apa semalam.

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang