___
Tiga setengah tahun yang lalu...
"Baru pulang?" Radell mencegat Adrian dengan pertanyaan ketika pria itu baru saja membuka pintu kamar. Saat itu jam menunjukkan 10.40 malam.
"As you can see—" Adrian menjawab Radell dengan dingin -tanpa melihat wajah Radell sama sekali. Ia seperti tidak minat berbasa-basi dengan istrinya. Udah tahu, malah nanya. Lo kok nggak pintar sih Radellia. Pikirnya.
"Aku sudah siapin makan malam buat kamu," kata Radell dengan canggung. Ia sebenarnya sangsi Adrian akan mengiyakan tawaran makan malam darinya karena sudah terlalu larut untuk menyantap makanan tersebut.
"Already had dinner. Tadi aku dinner di luar sama Galih dan Anton."
Radell memainkan jarinya sambil menimpali, "Alright. Aku akan minta Ratih untuk membereskan makan malam kita."
"Aku mau istirahat sekarang," jelas Adrian dan memberikan jeda pada ucapannya. "Kamu nggak berniat ke kamar?" timbangnya.
Radell mengerutkan dahi, "Kamu minta aku ke kamar?"
Ya. Dan lo mesti banget menanyakan sesuatu yang gue sudah tanyain? Lo naif apa bagaimana sih Faradellia?
Adrian membalikkan badan dan melihat ekspresi keterkejutan Radell. "Ya. Aku nggak mau terganggu dengan suara pintu malam ini. Aku capek banget, aku hadiri tiga meeting hari ini," jelasnya.
"Okay, a minute," pinta Radell. "Aku minta Ratih untuk beresin makanan dulu. Ini mubazir kalau nggak diangetin sekarang,"
"Terserah kamu," kata Adrian acuh. Setelahnya, ia masuk kamar dan segera membersihkan diri.
Radell dan Adrian sudah menikah selama hampir setengah tahun, namun pernikahan mereka hambar—tidak seperti pernikahan pada umumnya. Bagaimana tidak, setelah menikahi Radell, Adrian bukannya bersikap lembut dan penyayang, ia malah bersikap dingin. Alasannya cukup klasik, ia tidak mencintai Radell karena ia masih mengharapkan Kinan—mantan kekasihnya—kembali padanya.
Bagi Adrian, pernikahannya adalah suatu keterpaksaan. Ia terpaksa menikahi Radell karena desakan keluarga—kedua orang tuanya—dimana Adrian tidak bisa membantahnya. Orang tua Adrian bersahabat baik dengan orangtua Radell Sasongko. Belum lagi, ibunda Adrian—Rosella Burhan terlampau sayang dengan Radell semenjak ia kenal dengan perempuan itu pertama kali. Menurutnya, Radell adalah definisi menantu idaman. Sampai-sampai Rosell tidak ingin jika Adrian menikah dengan perempuan selain Radell. Rosell pun sedikit memaksakan kehendaknya pada Adrian. Ia bersikeras meminta anak kesayangannya itu untuk menikahi Radell tanpa harus berlama-lama pacaran.
Sementara bagi Radell, pernikahan tidak seenak ucapan warganet. Semenjak menikah, drama dalam hidupnya bertambah. Ia harus bertopeng kemana pun ia pergi akibat perjanjian nikah yang dibuat Adrian. Perjanjian yang cukup memberatkan dan terkesan tidak adil untuknya. Tetapi bagaimana lagi, ia harus mengikuti permintaan Adrian karena tidak mau merusak hubungan baik kedua orang tuanya dan kepercayaan orang tua Adrian padanya.
Radell harus bersabar dengan suaminya itu. Tanpa mengenal kata "menyerah", ia terus berjuang meluluhkan hati Adrian yang keras. Ia tetap berusaha menjadi istri yang baik untuk Adrian, meskipun hal itu tidak mudah.
Alhasil, di penthouse milk Adrian ini, Radell mengubur seperangkat egonya demi bisa dekat dengan pria itu. Ia tidak pernah bosan meyakinkan Adrian kalau ia adalah istri yang baik dan cekatan di luar aktivitasnya menjadi seorang public figure. Di sela-sela kesibukannya, Radell selalu berusaha melakukan pekerjaannya sebagai istri untuk membuat Adrian terkesan, meskipun pria itu hampir tidak pernah mengapresiasinya. Sedih? Marah? Tentu saja. Wanita mana yang tidak marah jika suami yang ia sayangi tidak pernah peka dengan perasaannya karena pria itu masih mencintai perempuan lain—belum sepenuhnya move on dari pacar dan cinta pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prefix-Suffix
DragosteFaradellia Puti Sasongko, seorang model, publik figur dan internet personality harus menerima pil pahit hubungannya kandas di tengah jalan. Radell, nama panggilan perempuan itu benar-benar tidak menyangka kalau pria yang sangat ia cintai, Adrian Jus...