PS - SEMBILAN

13.1K 1.1K 22
                                        


_____

"Adrian, terima kasih atas tumpangannya," kata Radell setibanya di The Sentral Residence.

"Sama-sama," balas Adrian. "Jangan lupa istirahat yang cukup, Ra," Adrian mengingatkan Radell. Wanita itu menanggapi perkataan Adrian dengan senyum di wajahnya.

"Boleh aku keluar," Radell meminta izin untuk keluar dari mobil, namun Adrian menahan tangannya. "Temenin aku makan Roti John, Ra. Bisa? Aku di KL sampai lusa. Aku cuma free malam ini dan aku pengen banget nyobain Roti John yang paling populer di KL. Please?" Memohon pada Radell.

Radell menghela nafas panjang kemudian menjawab, "Aku harap aku nggak sedang sibuk-"

"Semoga," sahut Adrian bersemangat, "aku available jam berapa pun, Ra. I'll patiently wait."

Radell tidak menimpali Adrian lagi. Ia hanya berkata, "Boleh aku keluar sekarang?"

Mendengar pertanyaan Radell yang diulang, Adrian segera keluar dari mobil dan membuka pintu untuknya. "Silakan Ra," katanya sambil menahan gagang pintu mobil tersebut.

"Terima kasih," balas Radell.

"Koper kamu, Ra..." Adrian mengingatkan. "Biar Pak Cik yang ambilkan, kamu tunggu di sini." Adrian menggeser tubuh Radell hingga menabrak dadanya. "Sorry," kata Adrian cepat.

Belum sempat Radell memperbaiki posisi berdirinya, telepon selulernya berdering. Radell kemudian merogoh tasnya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo..." Radell menyapa seseorang di balik teleponnya. Adrian yang berada di dekatnya setia mendengarkan selagi Radell berbicara dengan seseorang dibalik teleponnya.

"... yes of course ... "

"... just arrived. Don't worry me... " Siapa yang khawatir?

"... Give me five minutes, I'll be there soon... " Berarti ada yang nungguin Radell?

"... Come on! You're not going to be rude and possessive... " Sial! Siapa yang posesif?!

"... ya, lunch at 1, bye..." What? Lunch?

Radell menutup panggilannya lalu kembali fokus pada Adrian. "Aku masuk sekarang ya, Dri," izinnya. "Kebetulan temanku sudah menunggu. Maaf karena aku nggak bisa ajak kamu masuk dan tawarkan minum. Aku sedang terburu-buru," jelas Radell.

Adrian tidak menjawab Radell. Ia bahkan tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Ia bengong dan merutuki dirinya sendiri. Damn, Dri! Lo cemburu karena Radell seakrab itu dengan lawan bicaranya di telepon? Are you curious? Adrian, wake up! Is not you, right?

Adrian terus menatap Radell hingga perempuan itu merasa jengah dengan sikapnya. "Dri? Are you alright?" tanyanya, namun tidak dijawab oleh Adrian. Pria itu memilih menjawab pertanyaan Radell dengan pertanyaan, "Yang tadi nelpon kamu siapa, Ra?"

Radell mengerutkan dahi seolah-olah bingung dengan pertanyaan yang diberikan Adrian, "Hah?"

"Aku tanya kamu. Siapa yang nelpon kamu, Ra? Is that someone special? Is that Naka?"

Radell menautkan kedua alisnya dan menjawab, "Kamu dari tadi mikirin siapa yang nelpon aku?" Adrian mengangkat bahunya tanda tidak tahu mau menjawab apa.

Radell melanjutkan kata-katanya, "Dengar, Adrian. Aku pikir bukan lagi urusan kamu untuk tahu siapa yang tadi menghubungi aku. Lagipula apakah semua itu penting untuk kamu ketahui?" Penting!

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang