PS - 27

5K 632 73
                                    


______

Pagi itu Radell terbangun dengan posisi kepala bersandar di dada Adrian. Ia tak sadar telah tidur dengan posisi seperti itu semalaman. Radell terkejut, tetapi ia tak berteriak apalagi bergerak.

Gila! Kok bisa gue berakhir seperti ini?! Radellia Sasongko, lo sadar apa yang sudah lo lakukan? Radell membatin membayangkan kehilafan yang dilakukannya. Tenang, Ra... tenang. Lo jangan gerak!

Namun, pergerakan Adrian yang tiba-tiba membuatnya kelabakan. Dengan spontan ia menutup matanya. Radell tak ingin Adrian mengetahui kalau ia bangun lebih dulu. Shit! umpatnya dalam hati.

Adrian membuka matanya perlahan sembari merasakan kenyamanan yang sudah lama absen dari hidupnya— pelukan bangun tidur dari seorang Radellia. Been a long time, Ra, batinnya.

Adrian tersenyum puas dengan kejadian pagi itu. Ia tak bisa menahan perasaan gembirannya, sampai-sampai ia berlaku impulsif dengan mengecup puncak kepala Radell.

Sorry, but I miss you, Ra...

Deg! Radell merasakan kecupan kecil yang Adrian berikan padanya. Jantung gue, please!

Tak bisa dipungkiri degup jantung Radell lebih kencang dari biasanya—beberapa menit sebelum Adrian terbangun dan mencium puncak kepalanya. What on earth are you doing, Adrian?! Bisa nggak sih lo berlaku normal dan nggak memorakporandakan hati gue?!

Radell ingin berteriak, tetapi lidahnya kelu, suaranya tersekat. Apakah ia terlalu nyaman dengan posisi tersebut? Sebab sudah lama tak ada sentuhan fisik di antara keduanya. Radell tidak munafik, ia menyukai sikap Adrian pagi itu. Boleh nggak gue teriak dan mengumpat depan lo karena bikin hati gue nggak stabil pagi ini, Dri?!

Beda Radell, beda Adrian. Pria itu seolah mendapat suntikan serotonin dengan dosis maksimum. Ia tak berhenti tersenyum sambil berusaha mengeratkan pelukan Radell di tubuhnya. Adrian membawa Radell ke dadanya dan menghirup aroma tubuh perempuan itu dalam-dalam. Wangi cendana menyeruak hidungnya. Wangi khas Radell ketika bangun tidur, pikirnya.

Perempuan itu selalu konsisten menggunakan wewangian sebelum tidur dan Adrian sangat menyukainya.

Adrian candu. Sangat candu. Ingin rasanya "melahap" Radell pagi itu. Namun, ia harus menahan diri dengan segenap tenaga. Act like a gentleman, Adrian! Please, with consent! Don't do stupid things! You have brain, reputation, and dignity. So does Radell! Ia memperingatkan dirinya dalam diam. Hold on, little Adrian. Hold on! Mamabee is still angry with Papa.

Hampir sama dengan Adrian. Radell juga sedang berusaha membangun pertahanan setinggi Burj Khalifa dan sedalam palung Mariana agar tak larut dalam suasana. Nggak, lo nggak boleh nyerah sama Adrian. Jangan, Ra! Not this time. Sabar, yuk bisa yuk!

Hening, tak ada suara yang keluar dari mulut mereka, hanya terdengar detak jantung yang kencang dan helaan nafas yang berat. Keduanya hanya bisa menikmati kecanggungan dan suasana yang ada. Mereka pun sadar dengan apa yang terjadi dan apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, mereka memilih diam dan tak melakukan apapun. Bagi mereka, hal itu lebih baik ketimbang menyerah di saat mereka masih bingung dengan perasaan masing-masing.

Radell menutup matanya dan tenggelam dalam pertanyaan. Pun Adrian yang larut dalam perasaan.

Rindu...

Prefix-SuffixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang