21 : MALAIKAT KECIL KITA

1K 105 21
                                    

Happy reading
Enjoy guys ✨
___

Sesudahnya dari ruangan dokter tadi, Jordi tak sekalipun mau beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Frislly, sejengkal pun tidak mau.

Dielusnya tangan putih Frislly, sangat lembut. Tangan yang selalu akan ia genggam, tangan yang selalu memberikan perhatian dan kenyamanan untuknya.

Jordi menangis dalam diam, kenapa semua ini harus terjadi pada keluarganya. Dan bodohnya lagi, ia tidak mengetahui akan hadir nya malaikat kecil dalam hidupnya.

"Kenapa kamu gak kasih papi sama mami tanda kalau kamu sedang tumbuh di perut mami, sayang?".

"Maafin mami sama papi sayang, karena tidak tau adanya kamu".

Jika mengingat itu, hati Jordi sangat sakit. Ia merasa gagal menjadi suami dan calon orang tua untuk anak pertamanya.

"Maafkan aku sayang. Aku gagal menjaga kamu dan anak kita". Isak tangis Jordi semakin kuat.

Ruben yang melihat keterpurukan adiknya tak tega. Tapi ia pun memahami itu, kehilangan seseorang, dan itu anak yang bahkan belum sempat ia gendong. Bisa dirasakan bagaimana perasaan Jordi saat ini.

"Yank, bujuk Jordi untuk makan. Tadi kalian sampai sini belum sempet makan, ini udah jam setengah tujuh" ucap Sarwendah kepada Ruben yang menatap Jordi.

"Iya, tunggu sebentar. Pelan-pelan. Percuma juga bujuk Jordi sekarang, dia gak akan mau, yank".

Sarwendah menatap Jordi dan Frislly bergantian dengan nanar.

*
Setengah jam berlalu, Jordi masih setia berada di samping Frislly. Pandangan tak lepas sedetikpun dari Frislly.

Sampai tangan Frislly yang pegang Jordi bergerak, perlahan matanya terbuka. Silau karena sinar matahari, membuat mata itu tertutup kembali, mencoba menetralkan pandangan nya.

Jordi yang menyadari pergerakan dari Frislly pun tersenyum senang, akhirnya istri kecilnya sadar.

"Sayang.." lirih Jordi.

Jordi yang semula nya duduk kini berdiri karena senang melihat Frislly siuman, kondisi Frislly sudah membaik.

"Ji..oo" ucap Frislly masih terbata-bata.

"Iya sayang iya. Ini aku".

"Kamu udah pulang?" tangan Frislly terulur ingin menyentuh pipi Jordi.

Jordi langsung meraih tangan itu dan menaruhnya di pipi tapi sebelum itu dikecupnya terlebih dulu.

"Iya sayang, selesai kerja aku sama ko Ben langsung nyusul kamu sama yang lain ke Bali".

"Kamu kenapa? Kok nangis?".

Frislly mengedarkan pandangannya melihat tiga orang di samping Jordi ada Ruben, Sarwendah, dan Wendy.

Mereka pun terlihat murung, Sarwendah dan Wendy tak mampu membendung tangisnya tapi Ruben masih bisa. Bukan tidak sedih tapi ia tidak mau Frislly semakin sedih nantinya. Ia mau Frislly kuat.

"Ko Ben, Ci Wenda, Ci Wendy. Kalian kenapa?".

Bibir Jordi seakan kelu, sulit untuk mengeluarkan kata-kata.

S A T U   C I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang