32 : KABAR BAHAGIA

1.2K 118 24
                                    

Happy reading
Enjoy guys ✨
___

Khawatir dan sedih bercampur aduk dalam benak Sarwendah, mami Fari, dan fahsya melihat keadaan Frislly saat ini.

Apalagi jika mengingat masalah dengan suaminya, sampai Frislly pun rasanya tak kuat.

"Mi, Adek keluar bentar ya? Kalo ada apa-apa sama kakak kasih tau Adek" ucap Fahsya sebelum pergi.

"Iya"

"Ci, Adek keluar bentar ya?".

"Iya dek".

Fahsya pun keluar sebentar mencari angin, menenangkan diri. Sebagai adik ia tak tega melihat kondisi sang kakak seperti sekarang.

Rasa kecewa dan marah tentu ia miliki untuk kakak iparnya, Jordi. Tapi ia tak mau menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan atau apapun itu.

Benar apa yang di katakan Ci Wenda, belum tentu juga Jordi mempunyai wanita lain selain Frislly. Yang Fahsya kenal pun Jordi tidak seperti itu. Ia yakin Jordi akan setia dengan kakaknya.

Saat Fahsya sedang duduk di bangku taman rumah sakit, ia tak sengaja melihat kehadiran Jordi dan juga Ruben di rumah sakit.

Terlihat oleh fahsya bagaimana wajah khawatir Jordi. Fahsya memutuskan untuk menghampiri mereka.

"Ka, Ko".

"Dek. Cicis dimana?" tanya Jordi langsung.

"Kakak masih ditangani dokter. Ci Wen sama mami juga masih nunggu di luar".

Ruben menatap Fahsya sedih, begitupun tatapannya ke Jordi.

"Ka, sebenarnya kenapa sih? Kenapa bisa kayak gini?".

Jordi memejamkan matanya sejenak, dan mulai menjelaskan. "Bentar dek. Kamu jangan salah paham dulu. Cicis itu salah paham sama kakak, dia liat kakak sama perempuan di ruang meeting cuma berdua. Tapi kakak gak ada apa-apa sama dia..."

"... namanya ibu Anita, dia itu istri dari klien yang mau Kakak sama ko Ben ajak kerja sama dek".

Penjelasan Jordi cukup membuatnya mengerti sekarang, kakaknya salah paham. Frislly mengira suaminya telah berselingkuh.

"Jadi gini Fahsya, Koko tambahin ya. Koko waktu itu keluar sama pak Surya ini, jadilah Jordi sama istrinya disana. Tapi gak bener-bener berdua, Anita bawa anak perempuannya".

Fahsya menunduk, tersenyum lega. Lega karena benar Jordi tidak mengkhianati cinta kakaknya.

"Maafin adek, ka. Udah sempet berfikir yang enggak-enggak".

"Udah, gak papa. Sekarang kita ke tempat Cicis ya" ucap Jordi.

*
Sampai nya Jordi, Ruben, Fahsya di kamar inap Frislly. Terlihat Frislly terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Dalam diamnya itu terlihat oleh Jordi, air mata nya mengalir deras.

Sebagai suami tentu Jordi ingin sekali memeluk dan menciumnya. Tapi untuk sekarang belum saatnya, pasti Frislly nya tidak akan mau.

"Mi.." panggil Jordi lirih pada mertuanya.

Pandangan mami Fari tak bisa Jordi artikan, tapi terlihat jelas kekecewaan disana.

S A T U   C I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang