Hari-hari berlalu seperti biasa, hanya lebih berwarna. El tetap sibuk dengan workshop-nya, hampir setiap hari berangkat bersama Poppy yang menjadi salah satu pesertanya. El pulang teratur sekitar pukul 5 sore dan selalu membawa kudapan. Dia bilang selalu ada orang yang mengiriminya makanan seolah sudah terjadwal. Poppy, Mischa, dan Alana bisa menebak kalau makanan-makanan itu adalah pemberian perempuan, tapi El menyangkalnya. Ketiga perempuan itu senang-senang saja karena setiap sore ada makanan gratis. El juga sering memasak, apalagi kalau dia bisa pulang lebih awal. Sampai dua minggu ini, sudah 5 kali El menyempatkan diri memasak makan malam a la pesta. Teman-teman serumahnya sangat senang. Karena bisa menabung dan berhemat (untuk Poppy dan Mischa) dan karena bisa menikmati masakan El yang selalu enak (untuk Alana).
"Kak, Kak El memang jago masak ya?" tanya Mischa berbisik sementara El masih sibuk di dapur. Alana yang sedang sibuk membalas pesan hanya mengangguk. "Kakak sering makan masakannya?" Alana menggeleng. "Kenapa?"
"Kami lebih sering makan siang bareng, jadi nggak pakai masak. Tapi bisa pindah-pindah tempat makan."
"Kalian bener nggak pacaran?" sekarang Poppy yang bertanya, juga sambil berbisik. Alana sekali lagi hanya menggeleng. "Kenapa?" Lalu Alana meletakkan ponselnya. Alana seperti berpikir.
"El, kenapa sih kita nggak pacaran?" teriak Alana ke arah dapur, seolah itu pertanyaan yang sangat penting. El membeku di depan kompor gas yang menyala. Dia heran dengan pertanyaan Alana. Lalu ia menghampiri Alana. Dan melihat situasinya. Ini pasti pertanyaan anak-anak itu.
"Kan kamu bilang kalau kamu cemburuan, nggak tahan sama laki-laki yang dikelilingi perempuan seperti aku," kata El tampak serius. Poppy dan Mischa tercengang dengan pembicaraan dua orang dewasa di depan mereka. Mereka benar-benar seperti pasangan. Atau mereka benar-benar pasangan tapi belum menyadarinya?!
"Tuh, dengar sendiri kan? Aku nggak tahan sama laki-laki yang disukai banyak perempuan. Apalagi dia mantan idola remaja," Alana menggeleng-geleng. "Nggak lah," pungkasnya, lalu kembali menekuri ponselnya, menunggu masakan El yang aromanya sudah menggelitik perutnya.
"Woo.. pantas aku kaya pernah tahu wajahnya," kata Mischa tiba-tiba, lalu mengutak-atik ponselnya. "Ini ya???" tanya Mischa sambil menunjukkan layar ponselnya tepat di depan muka Alana. Sontak Alana tertawa keras. Ia langsung merebut ponsel itu dan berlari ke dapur yang hanya berjarak beberapa langkah.
"El, ini kamu ya??? Culun bangeeeetttt ...." El hanya diam. Dia tahu betul reaksi Alana bakal begini kalau melihat foto-foto masa lalunya. Itulah kenapa ia jarang sekali membicarakan masa lalu, apalagi masa dia terkenal sebagai idola remaja.
"Kakak ni aneh deh, cakep gitu dibilang culun," protes Mischa yang merasa tawa Alana berlebihan. "Buat gadis berusia akhir belasan dan dua puluhan, dia ini ganteng banget lho. Mana bikin penasaran gitu ekspresinya," Mischa masih membela El. Sementara El sendiri hanya tersenyum tanpa minat.
"Buat Alana, yang ganteng itu ya cuma Pak Kristof," kata El tanpa ekspresi. Well, sepertinya El sendiri tidak sadar kalau kata-katanya itu begitu jujur dari dalam lubuk hatinya, tapi ia mengungkapkannya seolah itu bukan hal yang penting. Dan kini dia seperti menciut di bawah tatapan garang Alana.
"Adduuuuuhhh... kok kamu sebut nama itu sih???" teriak Alana tiba-tiba. El kebingungan dengan ekspresi sahabatnya. Bukannya kemarin Alana bilang hubungannya baik-baik saja? Kok sekarang jadi begini??? "Mereka kan nggak tahu nama mantan calon suamiku, El," dan ternyata Alana hanya merahasiakan dari dua perempuan muda ini. El begitu lega. Dia pikir Alana belum bisa move on dari Kristof.
"Ngapain juga disembunyikan dari mereka? Mereka kan ga bakal ketemu Pak Kristof," ujar El beralasan.
"El, Mischa ini adalah salah satu peneliti di lembaga kita, dia akan mulai bekerja segera setelah lulus. Lalu Poppy, dia analis dari kantor pusat yang mungkin akan langsung melapor pada Mas Kristof segera setelah dia lulus. Jadi tahu kan kenapa aku nggak ingin menyebut dia di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss Next Door
RomanceCerita seorang gadis yang ternyata tinggal berdekatan dengan atasannya, seorang duda tampan. Kehidupan si gadis menjadi berbeda, begitu pula si duda muda ini. Akankah kisah mereka menjadi lebih berwarna?