Tidak Terduga

368 49 6
                                    

Berciuman dengan El. Kejadian itu terpampang berulang-ulang di kepala Alana. Setelah sebelumnya Alana mengisolasi dirinya dari El gara-gara tidak bisa fokus setelah melihat El setengah bertelanjang dada, ia memutuskan untuk menemui El yang menawarkan cream soup dengan daging kepiting. Bagi Alana, itu adalah salah satu hal di dunia yang tak mampu dia tolak. Lalu hanya diawali satu usapan jemari El di ujung bibirnya, Alana langsung menyerah ketika El menciumnya. Dan ia terkejut bahwa ia pun membalas ciuman itu. Mereka mengakhirinya ketika kehabisan nafas. Dan Alana pamit masuk kamar lagi untuk meluruskan pikirannya. 

El masuk kamar setelah membereskan meja makan. Sekalian ia cuci piring-piring kotor untuk meletakkan kembali otaknya di tempatnya. Dia mencium Alana. Itu sudah terjadi. Dan itu tindakan paling bodoh yang pernah ia lakukan. Ia sempat berpikir, tapi tetap saja bibir Alana sudah di depan bibirnya dan baginya itu sudah melewati the point of no return. Dia tidak bisa kembali. El menciumnya. Dan Alana menyambutnya. 

El yakin, Alana sempat ragu, tapi kemudian bibirnya sedikit membuka dan El merasakan kesempatan itu. Ketika El melaju, Alana membalasnya. Di titik itu, El melayang. Kepalanya kosong, yang ada hanya bagaimana menggoda bibir Alana lebih dan lebih lagi. Dan sekarang ketika semua sudah terlanjur, El merasa seperti remaja ingusan yang bodoh. Dia tidak menyangka mencium Alana akan jadi semenarik ini. 

Malam itu Alana tidak keluar makan malam. Ia bilang pada Poppy kalau ingin tidur lebih awal, tapi dia merasa sehat. Poppy sekalian berpamitan untuk keluar rumah esok pagi bersama Mischa ke pasar. Meskipun Alana enggan tapi ia tak mungkin melarang mereka. Buah dan sayur untuk minggu depan harus dibeli karena persediaan sudah habis. Risiko harus berdua bersama El terpaksa ia ambil. "Aku akan bicara dengannya besok pagi," batin Alana. Dia mengumpulkan keberanian untuk bisa bicara dengan El. Tampaknya ia harus melakukannya. 

Pagi itu Alana bangun lebih pagi, mandi lebih pagi, bahkan sarapan lebih pagi dengan menu seadanya. El turun tak lama kemudian, juga tampak segar dan ceria. Alana berusaha bersikap biasa, seolah tak pernah ada hal tak biasa yang terjadi sebelumnya. Mereka duduk bersisihan di sofa depan tivi dan membawa mangkok sarapan masing-masing. Keduanya terdiam, matanya melihat ke arah tivi tapi entah benak mereka berisi apa.

"Al..." panggil El akhirnya. Dia merasa perlu menjelaskan sesuatu. 

"Hmm.." jawab Alana. 

"Soal kemarin...," El berhenti sejenak mengumpulkan keberanian. "... aku sengaja." Alana tetap menatap televisi, tapi tangannya berhenti bergerak dan giginya berhenti mengunyah. 

"Hmmm.." cuma itu respon Alana. El terus terang terkejut. Seolah itu bukan apa-apa untuk Alana. 

"Al.." panggil El lagi. Memastikan apakah Alana benar-benar mendengarkannya. 

"El, aku tahu kamu sengaja," kata Alana, kali ini Alana menatap El dengan lebih berani. "Aku tahu kamu sengaja, dan aku membalasnya. Aku sadar semalam. Jadi jangan khawatir," lalu Alana kembali ke sarapannya dan acara tivinya. El keki tak keruan. Ini seperti Alana menganggapnya bukan apa-apa. 

"Al, kamu tuh..." protes El dengan sikap Alana. Tapi ia justru tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba saja, cup.. satu kecupan mendarat di bibirnya. Dan itu berhasil membuatnya diam, tidak hanya bibirnya, tapi seluruh tubuhnya mematung. Alana?! Apa maksudnya???

El tampaknya lupa kalau bagaimana pun juga Alana beberapa tahun lebih tua darinya. Age gap itu mungkin yang membuatnya lebih berani dan terus terang meskipun bukan dengan kata-kata. 

"Al, kamu ngomong dong, aku bingung kalau kamu kaya gini..." kata El lelah dengan kebingungannya. 

"Tapi suka kaann... " goda Alana lebih berani. Dia bahkan tersenyum, membuat El semakin bingung mau berbuat apa. 

The Boss Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang