The Boss Next Door...

962 58 7
                                    

El menyesap kopinya pelan, ia akhiri dengan senyuman. Ternyata rasa kopi kesukaan Alana tidak buruk juga rasanya. Caramel latte dengan susu kedelai. Tidak terlalu manis, tidak terlalu pahit, cukup creamy. Seperti rasa musim gugur di Rotterdam yang hangat karena ia lalui bersama Alana. Lalu El mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. 

Kedai itu tidak ramai, tidak juga bisa dibilang sepi. Suasana kedai yang cukup tenang itu mampu meredam buncah kebahagiaan dalam hatinya. Tepat ketika telepon internet jarak jauh tersambung dengan rumah Alana, El meninggalkan Alana sendiri di apartemennya. Ia ingin memberikan kebebasan untuk Alana menghadapi lamaran orang tua El di rumahnya nun jauh di sana. El berkali-kali mengingatkan bahwa jawabannya adalah miliknya, milik Alana. Alana boleh menjawab apa saja. Bebas. El akan siap dengan apapun jawaban Alana. 

El tidak bisa berbohong bahwa dirinya cukup santai menghadapi apapun jawaban Alana, meskipun dihiasi denyut jantung yang sedikit lebih cepat. El duduk di kedai kopi itu sambil mengawasi layar ponselnya, mengamati perjalanan acara lamaran di rumah Alana dan melihat sendiri apa jawaban Alana. Dan sekali lagi El mendengar Alana mengatakan "ya". Sungguh tak terkira rasa bahagia El. Kini ia bisa melanjutkan persiapan pernikahannya. Ia tak ingin menundanya lebih lama lagi. Sepulang Alana dari Rotterdam, ia akan menikahinya.

El sampai di apartemen dan disambut dengan pelukan hangat Alana. Hari itu, sehari lagi ia tidak ingin pergi keluar. Ia ingin duduk di sofa bersama Alana. Mungkin membaca buku, mungkin mendengarkan podcast, mungkin menonton film di layar tivi. Apa saja. Asal bersama Alana. 

Alana menyandarkan punggungnya ke lengan El yang sedang menonton film, lalu melanjutkan membaca bukunya. El menikmati kehangatan itu. Ia tersenyum. Sepertinya ia akan jauh lebih betah di rumah dengan Alana yang seperti ini. Tapi tunggu, El sudah tidak punya rumah. Lalu akan tinggal di mana mereka setelah menikah?

"Al, aku baru ingat kalau ternyata apartemenku sudah kujual."

"Mmm.. memangnya kenapa?" tanya Alana masih sambil membaca bukunya. 

"Kita tinggal di mana dong, sehabis nikah?"

"Masih ada rumahku."

"Yang berhadapan sama Pak Kristof?" tanya El memastikan. Alana hanya mengangguk. Masih membaca bukunya. El saja yang tiba-tiba bimbang. "Kita beli rumah lagi saja ya.."

"Kenapa?"

"Mmm.. itu kan kontrakanmu. Ketika kontraknya sudah habis sekalian saja kita pindah ke rumah baru."

"Hmm.. tapi rumah itu sudah kubeli," kata Alana santai. "Dulu waktu aku pertama kerja di lembaga memang rencananya hanya tinggal sementara saja. Waktu itu kan rencanaku mau nikah sama Deano yang sekarang jadi sepupu iparmu. Eh, ternyata kami putus. Karena pekerjaanku bagus dan patenku banyak, kupikir akan sayang kalau aku resign waktu itu, ya sudah aku anggap pekerjaanku di lembaga akan jalan terus, jadi waktu pemiliknya menawarkan untuk kubeli ya langsung aku iyakan. Waktu itu aku pas punya uang yang semula mau kupakai untuk menikah."

El menarik nafas panjang. Kalau rumah itu sudah dibeli, ia perlu mencari alasan lain untuk mengajak Alana tinggal di tempat lain. Untuk saat ini El tidak melanjutkannya. 

"Al, kamu balik ke Rotterdam kapan? Lusa ya?" tanya El mengubah topik pembicaraan.

"Iya, kenapa?" lalu tiba-tiba Alana duduk tegak dan menghadap ke arah El. "Mau ikut?" tanya Alana bersemangat. El tersenyum. 

"Trus kamu mau balik lagi nggak? Atau mau resign dari lembaga dan menetap di Rotterdam. Sepertinya projek yang membayarmu juga jangka panjang kan?" Alana terdiam mendengarnya. Jujur saja, sempat terpikir oleh Alana untuk menetap di Rotterdam, menjadi salah satu peneliti dan pengajar di Erasmus. Kebetulan projek yang merekrutnya memang direncanakan jangka panjang. Melihat pengalaman dua-tiga tahun ini sepertinya ada masa depan yang bagus di sana. Evaluasi dari donor juga selalu baik. Uni Eropa juga sudah mengamankan sejumlah dana yang pasti akan turun ke projek ini. Tapi kemudian Alana bersama El. Tentu saja ini semua harus dibicarakan berdua. Karena mereka akan hidup berdua. 

The Boss Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang