Alana sudah mengantri di warung bubur ayam sejak matahari belum menyembul dan kini ia berhasil membawa tiga porsi pulang. Jika saja ia menunggu sampai langit terang pastilah ia harus mencari warung bubur ayam yang letaknya lebih jauh. Itu pun ia harus pulang dulu, mengambil mobil, mencari tempat parkir, lalu mengantri. Mungkin ia bahkan belum mendapatkan bubur ketika matahari sudah sepenggalah.
Lampu malam rumah Kristof masih menyala, mungkin pemiliknya masih tertidur. Alana maklum kalau memang itu terjadi, bisa saja semalam Kristof tidak tidur karena mengganti kompres dan memantau suhu tubuh putranya. Meski begitu, Alana beranikan diri mengetuk pintu. Tak seberapa lama Kristof muncul di ambang pintu dengan mata merah kurang tidur, kaos tipis yang longgar dan celana panjang longgar. Kristof juga tampak bercambang, berantakan tapi seksi. Setidaknya itulah yang dipikirkan Alana, yang segera ia hapus sebelum ketahuan.
"Grady masih tidur di kamar, masuk aja," kata Kristof santai sambil melangkah ke dapur, memanaskan air, dan mengambil beberapa mangkuk untuk bubur ayam. Kristof tertegun dengan Alana yang terdiam lalu menyadari kesalahannya. "Masuk saja nggak papa, Grady di dalam."
"Mmm, saya titip bubur ini saja kalau begitu," kata Alana enggan. Jujur saja ia agak malu. Ia tahu kalau itu kamar Kristof, dan sangat tidak sopan baginya untuk masuk meskipun pemiliknya mengijinkan.
"Grady pasti kecewa kalau kamu nggak ada saat dia buka mata," kata Kristof dengan wajah memohon yang kuyu. "Semalam sebelum tidur dia sudah menanyakan apakah kau akan benar-benar kemari pagi ini. Dia bahkan sudah berencana akan mengajakmu main pagi ini, itu yang membuatnya mau tidur. Harapannya pagi ini dia sembuh dan bisa mengajakmu main," kata Kristof. Alana juga ingin bertemu Grady, tapi menunggu Grady bangun dan berduaan dengan Kristof terasa salah. Dan udara di sekeliling mereka semakin membuat pekat keheningan yang terjadi.
"Tante Al, Grady sudah sembuh lho..." dan saved by Grady's voice! Alana terkejut sekaligus bahagia. Kecanggungan itu tidak berlangsung lama. Ia langsung menghampiri Grady dan memeriksa apakah anak itu masih demam.
"Wah, Grady sudah sembuh. Pasti Grady kemarin kurang minum yaa... " ujar Alana sambil mengusap kening Grady. Anak tampan itu mengangguk pelan. "Ayo kita makan bubur ayam," ajak Alana disambut anggukan Grady yang penuh semangat.
Kristof sangat bahagia anaknya sudah pulih. Grady sudah kembali ceria seperti biasanya. Dan pagi ini satu bonus untuk Kristof, bisa melihat Alana di hari libur. Terus terang saja Kristof terhibur dengan senyum Alana. Meskipun tubuhnya lelah dan mengantuk setelah terjaga menemani Grady semalam, pagi ini terasa lebih menyenangkan dari apa yang sempat ia pikirkan.
"Grady, bagaimana kalau kita membaca buku di rumah Tante Al? Biar Ayah bisa tidur sebentar," Kristof terkejut mendengar tawaran Alana pada putranya. "Grady lihat kan mata Ayah merah? Biar Ayah tidak sakit, kita beri waktu Ayah istirahat ya."
Dan Grady pun mengangguk pasti. Segera ia berlari ke kamarnya sendiri, tampaknya memasukkan beberapa buku ke ransel kecilnya dan kembali dalam sekejap. Untung saja Kristof masih sempat mengucapkan terima kasih sebelum Grady kembali. Alana berjanji Grady akan pulang sebelum jam makan siang, jadi Grady bisa beristirahat di rumah.
Dalam perjalanan ke rumah Alana yang begitu singkat, Alana sempat membayangkan lagi senyum Kristof yang penuh rasa terima kasih. Ia juga ingat bagaimana bibir Kristof bergerak mengisyaratkan kata terima kasih yang tulus padanya. Dan ia tak sadar sedang tersenyum sendiri kalau Grady tidak mengatakan padanya.
Beberapa minggu berikutnya begitu sibuk untuk Alana. Ia tenggelam dalam aktivitas sehari-hari seperti sebelum ditugaskan sebagai sekretaris pengganti. Ia begitu bersemangat datang ke kantor, menata kembali aktivitasnya menjadi sebuah proses yang simultan. Alana menghidupkan komputer dan memeriksa email begitu sampai di mejanya. Lalu ia luangkan setengah jam untuk membalas email, menulis email, atau membaca berita. Setelah itu ia tulis target yang ia harus capai hari ini, merencanakan langkah-langkah dan mulai melakukannya. Siang ia berhenti untuk istirahat dan makan, lalu setengah jam sebelum pulang ia kembali mengecek email, menulis atau membalas email, serta melakukan refleksi. Apa saja yang ia capai, apa saja yang meleset, dan apa saja yang perlu ia persiapkan untuk besok pagi. Alana menikmati rangkaian rutinitas itu.
Pagi ini Alana mendapati Kristof sudah ada di ruangan sebelum dia datang. Ini bukan hal yang biasa, mengingat Kristof tidak pernah datang sebelum Alana. Dan pagi ini Alana datang seperti biasa.
Kristof sedang berbincang dengan seorang pria yang rapi dan menarik. Wajahnya yang bernuansa oriental membuat suasana jadi berbeda, mengingat wajah Kristof yang separuh bule. Pria oriental itu mengenakan setelan resmi yang sangat jarang dikenakan Kristof kecuali di acara-acara formal kantor. Wajah yang bersih dan kulit yang terang membuat pria itu sangat berbeda dari Kristof. Pria itu tampak serius dengan tatapan matanya yang tajam dan kata-katanya yang terdengar jelas seolah itu ia dapatkan dari kursus vokal. Sepertinya ia membicarakan hal yang sangat penting dengan Kristof. Sekilas Alana mendengar kata-kata "pemindahan hak", "pribadi", "para pihak", dan "anak". Kombinasi kata-kata itu merupakan hal yang jarang Alana dengar, dan dia tidak menebak-nebak apa sebenarnya yang mereka bicarakan. Tak seberapa lama, pria itu keluar dengan senyum sekilas untuk Alana, sekedar sebuah penghormatan.
"Pak Erlangga dari bagian Hukum, aku menitipkan beberapa draf HKI untuk di-review dan diajukan jika memungkinkan," jawab Kristof bahkan sebelum Alana sempat bertanya.
"Besok pagi dia mau ke Kantor pusat, pesawat pagi, jadi aku titipkan saja sekalian pengajuan paten kita. Tapi sebelumnya ia perlu review dulu," lanjut Kristof tanpa ditanya. Selanjutnya Kristof melontarkan jadwal acaranya hari ini yang sebagian besar dilakukan di sekolah Grady. Sangat mungkin kalau ia takkan kembali ke kantor setelah jam makan siang, jadi Alana bisa menyesuaikan jadwalnya sendiri dan membuat rencana di luar urusan ilmiah. Mungkin saja ia mau mencoba datang ke salon kecantikan dan merawat rambutnya atau hanya sekedar bersantai. Tapi sepertinya itu hanya dalam angan-angan saja.
Belum seberapa lama setelah Kristof keluar, pria yang tadi pagi datang ke kantornya menelepon. Ia membutuhkan beberapa dokumen atau lebih tepatnya ia butuh Kristof mengisi beberapa formulir dan menyertakan dokumen untuk dia bawa besok pagi.
"Sayang sekali Pak Kristof sedang keluar dan mungkin baru kembali besok pagi," jawab Alana santai.
"Dokumen itu harus aku bawa esok pagi. Kalau Dr. Alana, apakah ia ada? Seluruh permohonan HKI yang diajukan memuat namanya, tentunya ia bisa membantu melengkapi dokumen-dokumen ini," kata pria di seberang.
"Sepertinya Dr. Alana malah tidak tahu kalau ada pengajuan paten yang melibatkan namanya," timpal Alana pelan. Sudah jelas kalau pria ini belum tahu ia bicara dengan siapa.
"Lalu, apa dia luang hari ini? Kertas-kertas ini harus segera diisi dan dilengkapi."
"Dia ada di ruangannya."
"Aku akan turun," katanya dan bergegas menutup telepon. Alana merasa kalau pria satu ini angkuh dari caranya menutup telepon tanpa memberikan salam. Alana jadi enggan akan bertemu dengan lelaki itu lagi. Ia berusaha menyibukkan diri.
Erlangga melangkah keluar dari ruangannya dan mendapati meja sekretarisnya masih kosong. Bagaimanapun juga ini sudah masuk jam kerja, tapi kantin kantor lembaga penelitian ini memang sangat representatif, mampu menahan sekretarisnya berlama di sana. Pagi ini bahkan Erlangga harus mengurus banyak hal sendiri. Menunggu sekretarisnya hanya akan menghambat pekerjaannya, padahal besok pagi ia harus ke kantor pusat dengan pesawat paling pagi. Itu berarti semua dokumen yang akan ia bawa harus siap sebelum jam makan siang. Dan kini ia sedang berjuang melengkapi dokumen milik Pak Kristof dan Dr. Alana. Dua orang yang sedang banyak dibicarakan di kalangan lantai atas.
Ya, kalangan lantai atas. Para pekerja administrasi, termasuk di biro hukum, bagian perlengkapan dan logistik, serta jajaran administrasi adalah orang-orang kalangan lantai atas. Sedangkan para peneliti dan pegawai fungsional adalah kalangan lantai bawah. Secara fungsi, kalangan lantai bawah lebih memiliki tempat karena mereka adalah penggerak pusat bisnis. Akan tetapi kalangan lantai atas memiliki peran dalam bergeraknya roda kehidupan di lembaga karena tanpa mereka sebagai pendukung, para peneliti sama sekali tidak bisa bekerja. Dan boleh jadi, semua berita terkini mulai yang penting sampai yang sangat tidak penting alias gosip beredar lebih cepat di kalangan lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss Next Door
RomanceCerita seorang gadis yang ternyata tinggal berdekatan dengan atasannya, seorang duda tampan. Kehidupan si gadis menjadi berbeda, begitu pula si duda muda ini. Akankah kisah mereka menjadi lebih berwarna?