The Villains(11)

11.8K 464 3
                                    

Pagi yang terik membangunkan gadis cantik itu, terlihat ia sedang meregangkan otot-ototnya, ia mengusap wajahnya, lalu matanya beralih pada jam dinding di belakang. Ia memejamkan mata sebentar lalu bangkit menuju kamar mandi.

Di dalam guyuran shower , ia merasakan ketenangan yang lama tidak dirasakan, kembali mengingat masa- masa hidup yang indah. Matanya terbuka, kini hidup tersebut sudah sirna, diganti dengan kehidupan buruk yang sama sekali tidak terbayangkan oleh Jessie.

Jessie memegang bibir nya, terlintas kembali bagaimana cara Mark menciumnya dengan kasar, ia membenci dirinya yang tidak bisa menghalangi Mark.

"Akhhh" teriak Jessie kesal.

Selesai mandi, Jessie segera memoles wajahnya, memar dipipinya sedikit memulih jadi ia tidak perlu terlalu memakai banyak riasan lagi.

Tok tok tok,

Ketukan pintu mengalihkan perhatian Jessie, ia bangkit dari duduknya masih dengan handuk yang melilit tubuhnya.

Jessie melotot kaget, bagaimana bisa Mark lewat pintu kamarnya. Bagaimana ia bisa masuk kerumahnya? Bagaimana bisa?
Jessie ingin kembali menutup pintu, tapi kalah cepat, ia mundur beberapa langkah ketika Mark mengunci kamarnya.

"Good morning sweetie"
Jessie masih mematung kaku, mulutnya tidak bisa berkata apa-apa.

Mark menatap Jessie seakan menelanjangi gadis itu, Jessie yang sadar segera menyilang kan tangan di tubuhnya.

"Ada kepentingan apa?"Tanya Jessie berani."Bagaimana kau bisa masuk? kemana orang tua ku?" lanjut Jessie heran.

Menurut Mark itu pertanyaan tidak penting, ia kesini hanya ingin mencium bibir gadis itu sebelum berangkat kerja. Mark berjalan mendekat dan Jessie sebaliknya.

"Stop, jawab pertanyaan ku dulu"
terlihat tangan Jessie yang bergetar, Mark terkekeh melihat itu. Namun kekehan tersebut tidaklah indah, namun menyeramkan.

"Aku tidak tau sweetie dimana kedua orang tuamu, aku hanya masuk dan menuju ke arah kamarmu"

Jessie berlari ke arah jendela, melihat penjaga yang sudah tidak ada disana, kemana Pak Saptono? pikir Jessie, ia berbalik hendak bertanya tapi Mark ternyata sudah ada di belakangnya.
Jessie tersentak, reflek mendorong tubuh Mark yang besar.

"Sweetie"panggil Mark dalam, birahinya semakin menjadi-jadi, semakin dekat tubuh nya dengan gadis ini, semakin ia ingin memangsanya.

Jessie tetap diam, ia takut jika Mark kembali menampar pipinya.

"Kumohon, maafkan aku" akhirnya Jessie bersuara, ia sudah lelah. Baru beberapa hari menghadapi Mark, pria gila sialan ini, Jessie merasa hidupnya berantakan.

Mark tidak perduli apa yang dikatakan Jessie, tangan kekarnya menyentuh pelan rahang Jessie sensual. Lalu beralih pada bibir Jessie. Gadis itu semakin takut, bagaimana cara mendorong Mark sampai jatuh? sedangkan tubuhnya lebih kecil dari Mark.

Mark semakin mendekatkan wajahnya, siap mencium bibir gadis itu, namun kepala Jessie menghindar membuat Mark tersenyum miring.

Tubuh Jessie terangkat, seakan ia hanya boneka kecil, reflek kedua tangannya memegang erat leher Mark, ia begitu terkejut.

"Plis kumohon, turunkan aku tuan" ujar Jessie, tubuhnya menggeliat liat, agar diturunkan oleh Mark.
"Sayang, jangan banyak bergerak kau bisa membangunkan dia" Jessie melotot, ia berhenti menggeliat lalu menatap Mark penuh permohonan.

Mark menurunkan Jessie diatas tempat tidurnya, bukan bukan ini yang diinginkan Jessie.

"Jangan macam-macam tuan, aku bisa menendang masa depanmu" ancam Jessie yang berada dalam kukungan Mark.

Mark tertawa sumbang, ia melepas ikat pinggangnya, lalu menali kaki Jessie. Gadis itu kaget, ketika kakinya sudah ditali kencang.

"Sekarang bagaimana sweetie, masih bisa menendang masa depanku hmm?"ucap Mark menindih Jessie, tangan Jessie berusaha keras mendorong namun tetap sia-sia.
Mark menciumi seluruh wajah Jessie, aroma gadis itu semakin kuat membuat ia ingin memasukkan adiknya kedalam milik Jessie.

"Ahhh shitt" gumam Mark.
Jessie tidak bisa apa-apa, ia menanggis.

______

Sekarang gadis itu berada di dalam mobil Alfred. Ia melamun menatap lurus kedepan. Alfred ikut bingung, ia sedari tadi memanggil Jessie, tapi si empu tidak menoleh juga.

"Jess" kini tangan Alfred menyentuh paha Jessie yang terbalut celana jeans, ia tersentak kaget membuat Alfred tidak enak hati.

"Sorry" ucap Alfred menepikan mobilnya.Jessie tersenyum lembut ia mengangguk.

"Apa ada ma...."ucapan Alfred terpotong suara Jessie."Aku ingin pindah Universitas"

Alfred mengerutkan kening"Mungkin aku juga akan pindah ke Australia" sambung Jessie membuat Alfred semakin bingung.

"Ya besok aku pindah"

"Maksudmu?"

"Al, mungkin dengan cara itu aku bisa terhindar dari Mark" Alfred menggeleng kepala tidak setuju.

"Aku tidak setuju Jes, lebih baik kau tetap disini"mohon Alfred.
"Jika kau disana, aku tidak lagi bisa melindungimu" lanjut Alfred dengan tatapan gusar.

Kini mata mereka bertemu, Jessie menahan tangisnya, ia tersenyum"Al aku tidak mau melibatkan siapapun dalam masalahku ini, aku yang memulai semua, jadi aku sendiri yang akan mengatasinya, percaya denganku Al"

Alfred tetap menggeleng tidak setuju"Aku tahu betul Mark seperti apa, dia tidak akan melepaskan mu begitu saja ketika kau pindah Jess. Dia punya banyak orang suruhan, mungkin sekarang kita sedang di awasi mereka"

Jessie menghela nafas pelan, tetap kekeuh pada pendiriannya. Tangannya terulur memegang tangan Alfred, Lalu ia tersenyum"Aku sudah merencanakan sesuatu Al"

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang