The Villains(14) +++

26.2K 570 3
                                    

"HAH, SUDAH GILA???" kaget Jessie. Permintaan macam apa itu? memuaskan hasratnya?

"Hei kau pikir aku pelacur hah?? tidak! tidak akan ku turuti!"geram Jessie. Kenapa semakin kesini pria gila itu meminta hal-hal yang aneh.

Mark meraih sehelai rambut Jessie, ia memainkannya. Hela nafas Jessie terdengar naik turun. Ah sangat seksi, walaupun hanya mendengar nafasnya. Batin Mark. Ia sendiri juga bingung, kenapa mudah sekali terpancing dengan gadis didepannya ini. Padahal hanya dengan suara nafas yang naik turun. Apakah dirinya sudah gila, atau obsesi?persetan dengan itu. Ia hanya ingin bersetubuh dengan gadis ini, Jessie.

"Lalu? jika aku melepaskanmu .. apa imbalannya?"

"Uang?" tanya Jessie ragu.

Mark terkekeh, ia semakin mendekat kan wajah dan tubuhnya. Deru nafas Mark menyapu pelan wajah Jessie. Membuat Jessie merinding seketika.

"Bahkan aku lebih kaya darimu! jadi uang tidak ada gunanya sama sekali"

"Aku hanya ingin kau memuaskanku! lalu aku akan melepasmu sweetie" lanjut Mark.

Jessie memalingkan wajahnya. Kenapa di saat seperti ini Mark terlihat begitu tampan dan menggoda. Ia tahu akal sehatnya sudah sedikit tidak terkendali. Jika diteruskan ini akan bahaya, bisa-bisa ia menyerahkan tubuhnya begitu saja pada Pria gila ini.

Tangan gadis itu terulur, mendorong keras tubuh Mark. Hanya mundur 3 langkah saja. Usaha yang sia-sia bukan?

Jessie berteriak kencang, sembari lari entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Ia berlari menuju pintu, namun pintu itu terkunci. HAH usahanya gagal lagi. Dan kini Mark sudah menatapnya jengkel. Tatapan elang itu kembali didapatnya.

Mark berjalan pelan tapi pasti, menghampiri Jessie yang ketakutan. Jika dia menghindar itu percuma.

Mark menarik kasar tangan Jessie, lalu melempar tubuh Jessie ke atas tempat tidurnya.

"Akh" rasanya sesak, setelah Mark menindih tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak lagi.

"Hiks hiks mau apa"hanya itu yang bisa dilakukan Jessie 'menangis ' . Walaupun ia tahu tidak ada gunanya sama sekali, tapi bagaimana lagi itu terjadi secara spontan. Kenapa dirinya jadi menye-menye ?

"Tch, kenapa kau jadi suka menangis sih?"

"Karna kau"jawab Jessie disela sela tangisnya.

Ia tidak perduli, dengan kasar langsung mencium bibir Jessie yang sedikit terbuka. Mengabsen satu persatu gigi rapi Jessie. Tangan satunya juga tidak tinggal diam. Mulai meremas kasar payudara gadis di bawah nya. Suara erangan dan tangisan menjadi satu, membuat Mark semakin liar.

"Ngh ahh hiks hiks sa kith hiks"

Bibir Mark masih sibuk membuat tanda di leher Jessie, sebanyak mungkin. Lalu kedua tangannya merobek baju gadis itu dengan mudah. Sekarang sudah terpampang kedua gundukan yang menyembul sempurna di balik bra merah tersebut. Kini bibir Mark beralih ke gundukan itu, menjilat dan menciuminya.

Dengan kasar melepas bra milik Jessie dan membuangnya ke sembarang tempat. Kini Jessie sudah bertelanjang dada. Tangisnya semakin kencang, tubuhnya sudah begitu lemas untuk melawan Mark.

"Stoph k ku mohon" lagi² Jessie memohon pada pria gila ini, tapi apakah Jessie berfikir jika aktivitas ini akan dihentikan? tentu saja tidak, karena Mark berada pada titik kegilaannya.

Mark benar-benar tidak mendengarkan apa yang diucapkan Jessie, ia masih pada aktivitasnya. Kini ia mulai menyesap kedua puting Jessie. Sampai si empu melengkungkan tubuhnya.

"Ahh sh nghh st ophh" desah Jessie.

"nghh ah ah sh"

"Desah namaku baby" ucap Mark dengan suara seraknya. Ia menyesap puting Jessie seperti bayi yang sedang kehausan.

Tangan nakalnya kembali berulah, kini mulai menjalar memasukki celana dalam gadis itu.

"ngh ja Ah nganh ahh shh"

Kini Mark sudah berada di bawah, membuka paksa kedua kaki Jessie. Melepas celana panjang dan celana dalam Jessie. Terlihat sangat jelas bahwa Jessie sudah begitu lemas.

Mark terpaku, menatap keindahan vagina milik gadis itu, ia menyentuh nya pelan.

"Nghhh shh "

"Punyamu sudah basah sweetie"

tidak ada jawaban sama sekali dari Jessie, tubuhnya benar-benar meremang. Begitu lihai Mark membuatnya terkulai lemas.

Kini Mark mendekat kan wajahnya, ia mulai menciumi vagina Jessie setelah itu lidahnya mulai beraksi. Membuat gadis itu mendesah berulang kali.

"Ahh Mark nghh ahhh ahh sh"

Senyum Mark mengembang, Jessie menyebut namanya.


The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang