The Villains (52)++

8.3K 335 18
                                    

Heyyaa,

jangan lupa pencet tombol bintang di bawah, komen juga boleh, apa aja boleh deh...

heppi reading yaa 😍

salam kenal buat pembaca baruu♥️




Jam menunjukan pukul 8 malam, Jessie mengerjapkan mata beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam menunjukan pukul 8 malam, Jessie mengerjapkan mata beberapa kali. Ia menyipit menyesuaikan cahaya di dalam ruangan. Ia menoleh, tidak ada siapa-siapa disampingnya, lalu meregangkan tubuhnya nikmat. Kemudian ia mulai bangun dari tidurnya, sebentar menyandarkan punggungnya pada Headboard tempat tidur, salah satu tangannya mengambil ponsel miliknya di atas nakas, lalu mengecek beberapa media sosialnya, dan tidak ada yang spesial. Ia jadi teringat sesuatu, hembusan nafas berat keluar dari hidungnya. Sudah lama dirinya tidak mengetahui kabar kedua orang tuanya, namun Jessie ditampar kenyataan. Sampai sekarang ini pun kedua orang tuanya tidak mencari dirinya atau apapun itu. Jadi, Jessie tidak perlu tahu juga bagaimana keadaan mereka berdua. Namun tetap saja ia rindu setengah mati.

"Sweetie, kau sudah bangun?" suara Mark mengalihkan perhatian Jessie, ia menoleh mendapati Mark yang baru saja selesai mandi, terlihat dari tubuhnya yang masih basah dan handuk yang melilit di pinggangnya.

Jessie hanya diam, ia tak menanggapi ucapan Mark. Dirinya malah melenggang keluar kamar. Tenggorokannya terasa kering, jadi ia ingin minum susu dingin segelas.

Mark mengekor Jessie dari belakang, apa yang akan dilakukan oleh Jessie?

"Kenapa mengikuti ku, pakai bajumu" ucap Jessie yang menyadari Mark berada di belakangnya.

Yang ditanya tak menjawab, ia malah memeluk Jessie dari belakang. Menelusupkan kepalanya pada leher Jessie. Membuat Si empu berdecak.

"Ck, kau ini."

"Kau tadi berjanji padaku" cicit Mark, mulai membahas mengenai janji Jessie padanya.

Tangan Jessie tertunda ketika ingin membuka lemari pendingin, alisnya bertaut, ia lupa. Apa yang dirinya janjikan pada Mark?

"Huh? aku menjanjikan apa?"

Mark membalik tubuh Jessie mudah, kemudian mendorongnya ke belakang hingga punggung Jessie bersentuhan dengan lemari pendingin. "Astaga kau lupa?" tanya Mark dengan wajah sok sedihnya.

Tak butuh basa basi lagi Mark menagih janjinya. Ia mulai mencium bibir Jessie lembut, tak ada pemberontakkan disana membuat Mark sedikit lega dan melancarkan aksinya. Sebelum turun ke leher Mark menatap dalam mata Jessie terlebih dahulu, lalu ia tersenyum, bukan manis melainkan senyum miring seperti biasanya.

Tangan Mark meraih rambut Jessie agar tidak menutupi leher putih itu, ia mulai mendekatkan bibirnya dan mengecupnya pelan. Aroma vanilla menyeruak indra penciumannya. Mark menggigit-gigit kecil leher Jessie, membuat si empu sedikit mengerang.

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang