The Villains (38)

8.1K 324 1
                                    

HALLO gaes...
Lama ga ketemu nich wkwk...

Kalo ada yang typo atau gimana gitohhh bisa kalian komennn, nanti kedepannya biar bisa lebih bagus ceritanya...

Jangan lupa pencet bintang di bawah yaaaa :*

HAPPY READING GAES <3





Laura mengikuti langkah kaki Mark, ia bersedekap dada menatap sinis wanita yang berada dalam gendongan Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Laura mengikuti langkah kaki Mark, ia bersedekap dada menatap sinis wanita yang berada dalam gendongan Mark. Kenapa wanita setepos dan sejelek itu bisa merebut hati Mark? Sebenarnya apa yang di cari Mark. Menyebalkan .

"Jangan mengikutiku" Kaki jenjang Laura berhenti mendengar penuturan Mark, ia mendengus kesal lalu berjalan ke arah sofa. Ia akan menunggu Mark disini saja.

"Nghh mm" Jessie mengucek matanya, ia merasa terganggu dengan suara Mark. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya.

"Sudah sampai?" tanya Jessie dengan suara serak khas bangun tidur.

Mark mengangguk mengiyakan, tetap berjalan menuju kamar. Ia tidak mau Jessie dan Laura bertengkar di depannya.

"Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri"

"Sayang sstt, jangan memerintahku" ucap Mark seraya mendekatkan wajahnya.

Jessie mengrenyit heran, lalu menggedikkan bahu. Ia menyenderkan kepalanya pada dada bidang Mark. Dan berusaha memejamkan matanya lagi. Mark berhenti sejenak tepat di depan pintu kamarnya, ia menatap Jessie lalu tangannya terangkat untuk membelai rambut gadis pemberaninya. Mark tersenyum sekilas.

"Kau masih membenciku?" tanya Mark.

Tidak ada sautan sama sekalipun dari Jessie, entah ia sudah tidur atau hanya pura-pura tidur?

"Hmmm"dehem Mark, kemudian ia masuk ke dalam kamar.

___

Laura memainkan kukunya, lalu melirik ke arah samping di mana tempat kopernya berada. Tatapannya beralih ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Laura langsung berdiri dari duduknya, dengan sigap tangannya terangkat untuk menampar pipi Mark.

PLAK

Mark masih diam, ia menatap datar Laura.

"Jadi ini yang kau maksut menyelesaikan pekerjaan? berselingkuh dengan wanita lain? iya?"cicit Laura, matanya memanas. Suaranya sedikit bergetar.

Mark mengalihkan pandangan, tidak tega melihat Laura membendung air matanya.
"Bukannya kau begitu juga?"

Diam, Laura terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Ia begitu karena Mark memiliki sedikit waktu untuknya. Jadi jangan salahkan dirinya. Ini semua karna salah Mark. Benar kan??

Mark kembali menatap Laura, ia berjalan mendekat, kemudian tangannya meraih tangan Laura. "Kita akhiri disini saja"

"HAH?" Laura menghempas kuat tangan Mark. Ia terkejut setengah mati, Apa ini benar? Ia tidak jadi menikah dengan Mark? Ia pasti salah dengar? Mana mungkin Mark berani berkata seperti ini??

"Kau bercanda kan?"teriak Laura. Jessie yang ada di dalam kamar tidak sengaja keluar. Melihat pertengkaran Mark entah dengan siapa.Ia keluar dari kamar karena haus, ingin mengisi tenggorokannya dengan air dingin.

"HANYA KARENA WANITA JALANG ITU, KAU TIDAK JADI MENIKAHIKU? SIALAN!" Jessie terdiam, membatu di anak tangga. Ia menutup mulutnya. Siapa yang di maksud wanita jalang itu? apa dirinya? Dan siapa wanita itu? calon istri Mark?
Yang pernah muncul di berita?

Laura menoleh ketika melihat Jessie dari ujung matanya. Menatap Jessie penuh dengan amarah. Mark pun ikut menoleh.

Laura berlari menghampiri Jessie, sementara Mark masih diam. Ingin melihat apa yang akan dilakukan Laura pada Jessie, apa ini akan menjadi pertengkaran yang hebat?

Jessie diam, membatu sampai Laura menampar pipinya.

PLAK 

Deru nafas terengah-engah terdengar begitu jelas, rasa emosinya memuncak. Laura mengepalkan tangan kuat.

"Ternyata kau wanita jalang itu" tangan Laura terangkat memegang dagu Jessie.

Kepala Jessie terasa pusing, pipinya memerah merasakan panas sampai kebas. Tanganya terulur untuk mendorong Laura kuat. Dan yah berhasil, ia sudah berpengalaman dalam hal dorong mendorong.

"Apa maksutmu, aku tidak mengenalmu" ucap Jessie, namun sekilas ia seperti melihat seseorang dalam diri wanita di depannya. Tapi siapa? otaknya masih berputar.

Laura mengepal tangan kuat, hendak menjambak rambut Jessie. Mark menghalanginya. Kenapa pria ini tiba-tiba ada di sampingnya?

"Kau ini gila? dia baru keluar dari rumah sakit!!"

"Kau yang gila" ucap Laura frustasi, melihat tingkah Mark yang memeluk Jessie erat. Seperti yang Mark lakukan padanya dulu, pelukan yang menandakan tidak ingin kehilangan sama sekalipun. Sekarang hilang direnggut wanita lain. Ia merindukan pelukan itu, hatinya begitu hancur. Tanganya memegang dadanya yang terasa begitu sesak. Nafasnya semakin tidak teratur.

"Lepas"ucap Jessie pelan, ia tidak tega dengan wanita di depannya. Tapi sumpah demi tuhan. Ia sama sekali tidak berniat untuk merebut Mark dari dirinya. Ia malah ingin lepas dari mark namun tidak bisa. Bagaimana caranya mengatakan hal ini?

Laura pergi begitu saja, meninggalkan keheningan di antara Mark dan Jessie. Mark menelusupkan wajahnya pada leher Jessie.

"Lepaskan aku, kejar calon istrimu bodoh" caci Jessie, ia meronta minta dilepaskan pelukannya.

"Kau yang calon istriku"

"Jangan pergi, tetap seperti ini! sebentar saja"

Jessie diam, tidak tahu harus bagaimana. Suara lelah terdengar jelas dari Mark. Hembusan hangat terasa begitu menggelikan di leher Jessie. Ia semakin pusing memikirkan bagaimana nasib dirinya ke depan. Kemungkinan akan semakin hancur, ia tahu. Memang takdirnya seperti ini kan?

____

Laura menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, sia-sia dirinya menghampiri Mark. Ia berhenti di club. Turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam. Ia ingin meredakan emosinya. Mencari solusi agar Mark mau menikahinya lagi. Ia akan mencari cara juga untuk menyingkirkan wanita itu, pasti ia bisa. Tidak ada yang tidak bisa, semua bisa ia lakukan.

"Akh sialan"


The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang