The Villains(43)

9.4K 400 28
                                    

HALLO GUISS, AKU SENENG+ NGAKAK BACA KOMEN" KALIAN TUHHH😭LUCU LUCU BANGETT, GATAU KENAPA, APA MUNGKIN HUMOR AKU YANG RENDAH YAAA😭

JANGAN LUPA PENCET BINTANG DI BAWAH

HAPPY READING <3



Setelah melakukan ritual di pagi hari, Jessie bersemu malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melakukan ritual di pagi hari, Jessie bersemu malu. Sedari tadi ia menunduk, ingatannya kembali pada kegiatan tadi. Ia mengangkat kepalanya menatap teh hangat yang telah disiapkan oleh Mark dan ada 2 roti berselai coklat. Mark sudah berangkat kerja, walau terlambat. Itu bukan jadi masalah untuknya, karena itu perusahan miliknya sendiri. Jessie menghembuskan nafas panjang, lalu tangannya terulur mengambil cangkir berisi teh itu, ia mulai menempelkan bibirnya pada ujung cangkir dan mulai meminumnya perlahan. Rasanya pas. Jessie tersenyum, kemudian ia mengambil satu helai roti selainya, lalu memakannya.

Namun pikirannya kembali pada sosok wanita yang kemarin menampar pipinya, yaitu calon istri Mark. Ia tidak boleh seperti ini, tapi bagaimana caranya? Ia tidak tahu harus bagaimana. Minta tolong pada keluarganya? rasanya ia malas untuk menghubungi mereka. Atau ia harus minta tolong pada Alfred? tapi apa Alfred bisa melakukan itu?

Jessie bangkit dari duduknya, ia setengah berlari menuju kamar, untuk mengambil ponselnya dan akan menghubungi Alfred. Itu jalan satu-satunya. Namun kenapa dalam hati sedikit tidak rela jika dirinya akan menjauh dari Mark?

Tangan Jessie masih bergerak mencari nama Alfred di kontak ponselnya. Namun ia tidak menemukannya sama sekali. Jessie berfikir apakah ia menghapus nomor Alfred? atau ia lupa menyimpan nomor laki-laki itu?

"Kenapa tidak ada?"gumam Jessie. Ia segera membuka Instagram untuk mengirim pesan lewat DM.

Ia kaget ketika melihat banyak DM dari Alfred, kenapa dirinya baru hari ini membuka Instagram?

"Al? maaf baru membalas pesanmu"

Selama 1 jam Jessie menunggu balasan dari Alfred namun belum ada juga. Ia kesal, lalu melempar ponselnya begitu saja di sofa.

Ia berbalik, kembali menuju kamar. Menganti pakaiannya. Hari ini ia akan menjernihkan pikirannya sebentar.

__

Alfred mengucek matanya pelan, matanya menyipit melihat jam beker di atas nakas lalu menghembuskan nafas panjang. Ia masih berusaha merenggangkan otot ototnya yang terasa kaku, setelah itu menurunkan kedua kakinya di lantai. Ia berjalan gontai keluar kamar, aktivitasnya terhenti ketika melihat kedua orang tuannya bertengkar di depan matanya. Matanya seketika menjadi segar, apa yang dipermasalahkan pagi-pagi seperti ini?

"Papaa, mamaa... what's going on?"

Mereka berdua menoleh, menatap tajam Alfred yang tidak tahu apa-apa. Membuat Alfred terdiam bingung ketakutan. Apa dirinya membuat kesalahan? mengapa sebenarnya kedua orang tuanya...

Tidak ingin terlibat pertengkaran orang tuanya, ia lebih baik masuk ke dalam kamarnya lagi. Namun suara bariton besar memanggil namanya.

"Iya Paa??"

"Dimana kakakmu?" suara dengan intonasi datar membuat bulu kuduk Alfred berdiri. Ini suasana yang sangat menegangkan.

Alfred menggeleng, berusaha berbohong namun ia tidak pandai dalam hal itu. Akhirnya ia mendapat jitakan maut dari ayahnya.

"Aduhh" desis Alfred, ia mengusap-usap kepalanya.

"Cari kakakmu, ada hal penting yang harus dibicarakan!" tegas George pada anaknya. Lalu meninggalkan Alfred berdiri sendiri di depan pintu kamarnya. Kemudian ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia segera berbalik masuk menuju dalam kamar, kemudian mencari ponselnya untuk menghubungi kakaknya. Ia sangat malas jika harus mencari ke sana kesini hanya untuk Laura , kakaknya yang sedikit tidak jelas itu.

Sorak sorai dalam hati, Alfred tersenyum senang mendapati notifikasi dari Jessie yang sangat ia tunggu-tunggu. Tanpa pikir panjang ia segera membalas pesan tersebut. Sampai lupa apa tujuan awalnya. Alfred mendudukkan bokongnya di ujung tempat tidur. Jari jemarinya menari di layar ponsel.

"Huh, akhirnya kau membalas juga. Aku sangat menanti balasan darimu. Kenapa nomor WhatsApp mu tidak bisa dihubungi? apa kau menganti nomormu? Kau tahu tidak! Aku sangat merindukanmu, aku khawatir terjadi sesuatu denganmu..!"

Alfred menunggu balasan tersebut dengan sabar, sampai ia memandangi room chatnya dengan Jessie.

Mengetik ...

Lagi-lagi Alfred melebarkan senyumnya. Ia segera menegakkan tubuhnya. Namun, senyumnya berubah menjadi tanda tanya.

"Berhenti menghubungi gadisku."

Perasaan khawatir kembali menyelimuti diri Alfred, apakah Jessie sekarang baik-baik saja? Apa Jessie berbohong padanya? Bukankah Jessie pernah bilang bahwa Mark sudah tidak menganggunya lagi? Atau Jessie sudah memiliki pacar baru?

Alfred tidak berhenti disitu, tangannya mulai menari lagi, menuliskan beberapa kata.

"Kau pacarnya?"

Setelah mengirim pesan tersebut, Alfred kembali mengingat tujuan awalnya. Ia segera menghubungi nomor ponsel kakanya.

"Sial, kenapa tidak di angkat" geram Alfred.

nomor ponsel yang anda hubungi.... TUT

Ting!

Pesan yang baru saja Alfred terima, membuat dirinya terkejut setengah mati. Kapan Jessie sudah menentukan calon suaminya? Kenapa Jessie tidak memberitahunya? Alfred merasa dirinya dicampakkan, namun dari awal mereka berdua tidak menjalin hubungan apapun. Jadi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya ikhlas yang bisa ia lakukan. Tapi jika ia mau, kemungkinan besar ia bisa mengambil Jessie lagi ke dalam pelukannya. Karena mereka berdua belum sah menjadi suami istri, hanya calon . Alfred berpikir-pikir lagi. Masih tidak menyangka bahwa akan berakhir seperti ini.

___

"Sweetie, kau dimana?" ucap Mark sedikit berteriak.

Ia sengaja pulang cepat hanya karena merindukan wanitanya itu. Tapi sekarang dimana dia?

Mark melangkah menuju arah kamar. Sampainya di sana tanganya segera membuka pintu, namun nihil tidak mendapati Jessie disana. Kemudian ia berbalik, berjalan menuju ruang makan, namun sama. Siluet Jessie pun tidak terlihat. Mark segera berjalan kembali ke arah kamar, ia mencari laptopnya untuk melihat CCTV agar mengetahui dimana calon istrinya itu.

Wajah Mark menjadi datar, ketika mendapati Jessie keluar begitu saja tanpa dirinya dan tanpa seizin darinya. Apalagi ketika ponselnya ditinggal begitu saja di sofa serta notifikasi dari Alfred.

"Dasar gadis nakal" desis Mark.

"Aku akan menghukummu nanti!" Mark bangkit dari duduknya, berniat mencari Jessie. Takut jika nanti gadis itu ternyata melarikan diri darinya. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

___

HAYOO JAN LUPA DU LIKE, SORI GUIS KALO ADA KATA TYPO ATAU YANG GA NYAMBUNG YAAAWW

TENGKYUU <3

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang