The Villains(29)

8.1K 343 5
                                    

Hii gais udah ada yang tidur belum nih???

Jangan lupa pencet bintang du bawah...

maaf semisal ada yang typoo ya

Happy reading <3

"Sialan, dia memblokirku?"beo Mark, tangannya memegang erat ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sialan, dia memblokirku?"beo Mark, tangannya memegang erat ponselnya. Lalu matanya beralih pada layar laptop yang menampilkan Jessie disana, dengan raut takut dan khawatir menjadi satu. Mark sedikit menyungingkan senyum, tidak masalah nomornya di blokir, terpenting ia masih bisa melihat kegiatan apapun yang di lakukan gadis pemberaninya.

Click

Suara pintu kamarnya yang terbuka membuat Mark mengalihkan perhatian. Ia tersenyum mana kala melihat calon istrinya sedang berdiri di ambang pintu, dengan segera ia menutup laptopnya dan menghampiri Laura.

"Ada apa lagi?" tanya Mark.

"Aku ingin tidur denganmu" jawab Laura santai, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ranjang. Lalu Mark kembali menutup pintu kamarnya. Setelah menutup pintu Mark mengikuti langkah Laura.

"Aku akan mandi sebentar, istirahatlah"

Setelah mendapat anggukan dari Laura, ia segera menuju ke arah kamar mandi.

Laura mengerutkan keningnya ketika melihat laptop kerja Mark di atas ranjang, kedua tangannya terulur untuk mengambil laptop tersebut lalu membukanya. Laura semakin bingung, mendapati seorang perempuan yang muncul di layar laptop tersebut.

"Siapa?"gumam Laura pada dirinya sendiri. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya , siapa perempuan yang sedang di awasi oleh Mark? kini mata Laura beralih pada ponsel Mark yang terletak di nakas, dengan sigap tangannya mengambil ponsel tersebut. Laura tersenyum ketika mendapati ponsel Mark yang tidak terkunci. Laura mengepalkan tangannya, ketika melihat Mark mengirim beberapa pesan manis ke pada perempuan yang kontaknya di namai Jessie. Kini Laura teringat sesuatu, sepertinya ia pernah tahu siapa perempuan ini, kalau tidak salah adiknya pernah bercerita tentangnya. Apakah benar itu adalah Jessie yang diceritakan adiknya, atau bukan?

Laura segera mengembalikan laptop dan ponsel Mark pada tempat masing-masing. Sepertinya Mark sudah selesai dengan kegiatan mandinya.

"Kau ingin makan apa?" tanya Mark yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Laura menatap Mark dari atas hingga bawah, lalu tersenyum. "Aku sudah makan" jawab Laura singkat."Umm...Sayang, kau benar-benar akan menikahi ku kan" lanjut Laura.

Mark menaikkan sebelah alisnya, kenapa pacarnya menanyakan hal itu lagi? tentu saja mereka akan menikah, namun apa yang membuat Laura ragu? tapi bukan kah itu hal yang bagus?, Setelah di fikir-fikir Laura tidak pantas denganya.

"Ya, kita akan menikah. Kenapa kau menanyakan hal itu lagi? kau ragu denganku?" tanya Mark penuh dengan ke alibian.

Dengan cepat Laura menggelengkan kepalanya"Tidak, aku sangat yakin padamu. Aku hanya memastikan saja"

"Bagus, kau ingin bercinta malam ini?" kalimat yang di ucapkan Mark sepontan membuat Laura mengembangkan senyum lebar.

"Tentu saja"

"Aku hanya bertanya, jangan harap bercinta denganku malam ini"

"Hah?apa maksudmu sayang?" tanya Laura heran, ia kira Mark mengajaknya untuk bercinta malam ini.

"Tubuhmu sudah dipakai banyak orang, jadi rasanya seperti hambar ketika aku bercinta denganmu" ucap Mark jujur membuat Laura terdiam seribu bahasa.

"Aku tahu semua apa pun yang kau lakukan di belakang ku" lanjut Mark.

Sebenarnya Mark masih menyukai Laura, tapi ada perasaan menganjal atau ketidaknyamanan lagi ketika dekat dengan Laura. Kini ia malah terus memikirkan Jessie. Apakah rasa sukanya kini berpindah pada gadis pemberani itu?tidak mungkin, Mark selalu menepis pikiran tersebut. Ia harus ingat jika Jessie adalah tawanannya.

"Kau, ucapan mu sangat tidak sopan!"

"Tapi itu kenyantaan kan?" ucap Mark seraya memakai kaos polos berwarna hitam, siap untuk tidur.

"Pasti gara-gara perempuan itu, kau jadi berani bilang seperti ini padaku!" ucap Laura dengan nada tidak sukanya, Mark menoleh mendengar perkataan perempuan itu siapa yang di maksud Laura? Jessie?

"Siapa yang kau maksud?"tanya Mark dengan raut wajah datar.

"Jessie?.... Apa tebakan ku benar, sayang?" Laura berjalan mendekat ke arah Mark, ia menatap dalam mata pria di hadapannya sekarang.

Masih dengan wajah santai, Mark tidak khawatir tentang hal itu. "Itu bukan urusanmu, tidurlah"

"Jika kau masih suka menghubungi perempuan itu, aku akan melakukannya juga dengan Rido" cicit Laura penuh percaya diri.

"Terserahmu, Lakukan apapun yang kau inginkan. Ternyata aku sudah malas untuk menanggapimu. Aku juga sudah malas karena selalu berpura-pura tersenyum di depan mu!" ucap Mark panjang lebar. Siapa yang mau mempunyai calon istri jalang? tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Laura cinta pertamanya. Jadi ia tidak boleh terlalu kasar ucapannya dengan Laura, karena Laura pernah menjadi tempat bahagianya, walau sementara dan sedikit.    

____.  

Jessie tidak bisa menidurkan tubuhnya dengan tenang, sedari tadi ia hanya membolak-balikkan badannya. Karena kamera tersembunyi membuatnya seperti di awasi oleh Mark langsung. Jessie juga memikirkan apakah di dalam kamar mandinya juga ada kamera tersembunyi? jika memang ada, itu sangat menakutkan. Privasinya sangat terganggu. Ia jadi takut untuk melakukan apapun. Dan sejak kapan Mark memasang kamera tersembunyi itu? jika sudah lama, berarti selama ini ketika ia mandi sudah di awasi. Sialan, ini akan menjadi senjata baru Mark untuk mengancamnya. Bisa saja Mark merekam dirinya ketika mandi, dan disebarkan videonya ketika dirinya tidak mau menuruti keinginan pria gila itu. Licik, selalu ada cara apapun untuk melumpuhkannya.

"Aku harus bagaimana ini!!" ucap Jessie penuh kekhawatiran. Apa ia harus pindah ke apartemen? tapi bukanya itu percuma? Mark masih akan mengikutinya lagi kan? Jessie selalu berfikir dimana tempat teraman untuknya agar terhindar dari si Pria gila, sinting, licik itu. Jessie menghembuskan nafas kasar, ia menyibak selimut kasar, lalu menurunkan kaki jenjangnya agar menyentuh ubin yang dingin. Ia berjalan menuju arah kaca meja rias. lalu mendudukkan bokongnya, ia mulai menatap wajahnya intens, raut frustasi terlihat begitu jelas. Lingkaran mata yang mulai menghitam, beberapa jerawat yang ada di dahinya. Ia terlalu setres memikirkan Mark, sampai tidak sempat untuk mengurus wajahnya. Tapi daripada itu, lebih penting kesehatan mentalnya.

____

Cek cek sound
1
2
3

Gaes jan lupa baca prolog cerita baru aku ya...

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang