The Villains (25)

9.6K 341 8
                                    

Hii guiss, maaf baru balik lagi , akhir-akhir ini aku sibukk banget sampek ga sempet buat cerita huhuhu....

Maaf post nya malam jugaa, masih ada yang belum tidur??

jangan lupa pencet bintang di bawah yaww <3

Kasih saran juga boleh, semisal ada yang typo atau kalimat yang ga jelas hehehe.....

Happy reading guys <3




Jessie mengatur nafasnya yang terengah-engah, ia menjatuhkan tubuhnya di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jessie mengatur nafasnya yang terengah-engah, ia menjatuhkan tubuhnya di lantai. Energinya terkuras habis karena baru saja lari, lalu ia memijat pangkal hidungnya. Hembusan nafas lelah lolos begitu saja dari indra penciuman Jessie. Ia memejamkan mata sebentar, lalu membuka matanya. Ia menoleh ke belakang, menatap lurus pintu rumahnya.

Masih dalam tatapan kosong, Jessie sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia menerka-nerka mana tempat yang aman untuk terhindar dari Pria gila itu? namun seperti mustahil ada tempat aman untuknya. Karena Mark tidak akan melepaskannya begitu saja, pasti ia sekarang masih diawasi oleh beberapa bawahan Mark. Jessie benar-benar bingung, kenapa malah semakin runyam penderitaannya.

"Akhhhh" teriak Jessie frustasi. Kini ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tidak perduli Mark akan datang lagi atau tidak. Percuma dirinya menghindar, pasti Mark akan menemukannya juga.

____

Mark melangkahkan kaki cepat, wajah datar dan tatapan dinginnya membuat siapapun enggan untuk menyapa atau sekedar melihatnya.

"Sayang?" suara tersebut membuat langkah kaki Mark terhenti, ia menoleh ke belakang mendapati Laura yang berdiri tepat di belakangnya, dengan mata memerah seperti habis menangis. Mark benar-benar tidak bisa melihat keadaan Laura yang seperti ini, rasa marahnya hilang entah kemana. Ia melangkahkan kaki mendekat, lalu memeluk Laura erat. Kemudian ia mengecup kening wanita tersebut.

"Kenapa kau melakukan ini, hm?"tanya Mark dengan suara lembut. Laura tidak menjawabnya, ia menanggis lalu memeluk Mark erat, seakan-akan tidak ingin kehilangan laki-laki yang menjadi pacarnya sejak Sekolah Menengah.

"Maaf"

Mark hanya mengangguk, ia tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan Laura. Ia juga tidak ingin kehilangan Laura begitu saja. Biarkan itu berlalu, Mark tidak akan memusingkan hal tersebut, ia akan tetap bertahan jika Laura tidak mengulangi kesalahannya lagi.

"Kau harus berjanji padaku" ucapan Mark membuat Laura mendongakkan kepalanya.

"Berjanji tentang apa?"

"Kau tidak akan mengulangi kesalahanmu lagi, kau paham?"

Laura terdiam sejenak, lalu ia tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia mendekatkan wajahnya agar bisa mencium bibir Mark yang sangat ia rindukan. Namun Mark tanpa sadar menolak ciuman dari Laura, membuat si empu mengerutkan keningnya.

"Kenapa? kau masih marah padaku?"

"Ah maksudku jangan disini, di dalam ruangan! Ya.. di dalam ruangan. Aku juga akan memberimu beberapa hukuman untuk membayar ke salahanmu honey" alibi Mark.

Laura tersenyum senang lalu menggerlingkan mata menggoda. "Aku akan membayarnya sekarang juga"

Kemudian Mark membopong tubuh Laura, ke dalam kamar. Ia tersenyum manis ketika melihat Laura meraba dada bidangnya manja. Namun mengapa dalam pikirannya hanya terbesit raut wajah dari Jessie gadis pemberaninya. Ia teringat bagaimana ekspresi takut yang ditunjukkan oleh Jessie yang membuatnya bahagia. Ia juga teringat bagaimana ekspresi wajah Jessie ketika berhubungan badan dengannya waktu kemarin, begitu seksi dan menimbulkan kepuasan tersendiri. Desahan seksi Jessie pun sampai sekarang masih terngiang-ngiang di indra pendengarannya. Ia jadi merindukan Jessie.

"Sayang, kau kenapa?" pertanyaan dari Laura membuat Mark tersadar dari lamunannya.

"Aku merindukan tubuhmu" ucap Mark seraya menidurkan tubuh Laura di tempat tidur. Mark mulai mengukung tubuh seksi milik Laura. Tangan kanannya menyentuh halus pipi Laura kemudian turun ke arah bibir. Mark mendekatkan wajahnya ke arah bibir lalu menciumnya dengan lembut. Lagi-lagi yang muncul dalam pikirannya hanyalah Jessie, bukan Laura lagi. Ia membayangkan bahwa yang berada di bawah kukunganya adalah Jessie. Namun ia harus sadar, jika Laura yang ada di bawahnya bukan Jessie.

Tangan Mark tidak tinggal diam, ia mulai meremas payudara Laura menimbulkan desahan lirih keluar dari bibir Laura. Tidak seseksi desahan milik Jessie, pikir Mark. Ciuman Mark mulai turun ke arah leher, ia menciptakan beberapa tanda kebiruan di sana. Menandakan bahwa Laura adalah miliknya, namun Mark menghentikan kegiatannya seketika, ia melihat beberapa tanda merah juga yang ada di sana. Ia menatap tak suka tanda tersebut. Namun Laura tiba-tiba mencium bibirnya agresif membuat Mark sedikit kewalahan.

Sekarang Laura yang ada di atas Mark, wanita itu mulai melepas satu persatu kancing kemeja Mark. Setelah kemeja terlepas Laura segera mendekatkan wajahnya dan menjilati tubuh atletis Mark. Mark memejamkan matanya, menikmati apa yang dilakukan pacarnya itu. Laura begitu agresif berbeda dengan Jessie. Hah, lagi-lagi jessie.

Kini mereka sudah telanjang bulat, Laura memasukkan milik Mark ke dalam mulutnya. Ia mulai memaju mundurkan wajahnya. Milik Mark begitu besar, membuat ia sedikit kesulitan namun tentu saja itu bukan masalah besar. Laura menyukai itu. Laura menghentikan aktivitasnya, kini ia mulai menindih Mark, berganti memasukkan milik Mark ke dalam vaginanya. Mark hanya diam, mengikuti permainan Laura.

"Ngghh.. milikmu sangat besar" ucap Laura seraya menghentakkan pinggulnya maju mundur. Kedua tangannya memilin payudaranya sendiri, kini ia mendekatkan wajahnya ke wajah Mark. Ia mulai menciumi bibir Mark.

Mark kini tidak ingin diam saja, ia membalikkan tubuh Laura. Yang tadinya berada di atas kini bergantian. Mark mulai memaju mundurkan miliknya. Ia memejamkan matanya, merasakan kenikmatan.

"Ahh nghh ahh ahh fasterh"

Mark semakin mempercepat hentakan di pinggulnya, ia menatap wajah Laura yang merem melek. Membuat dirinya gemas sendiri. Kedua tangan Mark mulai meremas-remas gemas payudara Laura. Memilinnya membuat si empu menggelinjang kegelian. Mark mendekatkan wajahnya ke arah payudara Laura, menyesap puting Laura yang tegang. Laura mendesah berkali-kali menyebut nama Mark. Mark hanya tersenyum dalam kegiatannya.

___

maaf nih kalo pendek, bener-bener lagi ga ada ide ternyata 😭 sedih bangetttt akuu

harap bersabar para pembacaa hueee, janji dehh nanti bakal panjang

doain semoga kesibukan akuu cepet selesaii... tugas-tugas aku yang bikin sibukkkkk!!!

makasih yang udah komen + like, i love uuu

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang