The Villains (5)

16.8K 535 2
                                    

Terik matahari perlahan menyorot melalui celah jendela kamar Jessie.Gadis itu terbangun dengan perasaan gundah.Ia segera turun dari tempat tidurnya dan menatap pantulan cermin.Tangan Jessie terulur memegang pipinya yang membiru.Ia berdecak kesal, bagaimana nanti jika kedua orang tuanya tahu ini?apakah akan terjadi permusuhan?atau konflik?
Jessie memijat pangkal hidungnya, ia harus mencari cara agar bekas tamparan Mark tidak terlihat.Ia membuka lemari mencari foundation dan conseler miliknya.Ia tersenyum tak kala menemukan yang ia cari.

Gadis itu segera masuk ke dalam kamar mandi, selesai mandi Jessie memoles wajahnya, mengenakan concleare dan foundation.Tidak perduli dengan penampilan menornya hari ini, terpenting bekas tamparan tersebut tidak terlihat.Setelah selesai mengaplikasikan dua barang tersebut, Jessie menambahkan blush-on di pipinya.Ia tersenyum, karena berhasil menyamarkan lebam biru dipipinya.Segera ia turun dan menuju ruang makan.

Savore menyadari ke anehan putri bungsunya, ia mengerutkan dahi."Sayang, kenapa penampilan mu hari ini begitu menor.Tidak seperti biasanya?"tanya Savore mengundang tatapan Brams.

"Mungkin anak kita sedang jatuh cinta sayang"ucap Brams membuat Savore terkekeh.

"Ahh Dad, jangan bercanda"kini Jessie membuka suara, diikuti senyum palsunya.Savore menjulurkan roti berisi selai nanas di hadapan Jessie.

"Tapi anak mom tetap terlihat cantik"ucap Savore seraya mendudukkan bokongnya.
"Dad mu tidak salah cara membuatnya"lanjut Savore diikuti kekehannya.

Jessie memutar bola mata malas"Iya Mom, Dad" lalu melanjutkan makannya.

"Oh iya Jes, hari ini Dad tidak melihat mobilmu"

Seketika Jessie teringat, jika mobilnya masih terparkir di Universitasnya."Kemarin aku pergi dengan temanku Dad, sampai lupa jika aku membawa mobil"

"Lalu mobil mu dimana?"

"Masih terparkir mulus di universitas Mom"Savore menggelengkan kepala, bagaimana putrinya bisa lupa.

"Yasudah, hari ini kamu berangkat bersama Dad"Jessie hanya mengangguk, selesai makan ia meneguk susu hingga tandas, lalu berdiri menghampiri Mom nya dan mencium pipinya.

"Mom aku berangkat dulu, ayo Dad"

"Iya sebentar, masa cuma kamu yang cium Mom.Dad kan juga mau"

"Yayaya Dad, aku tunggu di depan"

Brams mengecup bibir Savore, lalu mencium keningnya"Aku kerja dulu, jaga diri baik-baik, jika ada sesuatu.Cepat hubungi aku"Savore tersenyum lalu mengangguk.

----

Alfred menyapa Jessie, namun ia sedikit merasa ada yang berbeda dari gadis di sampingnya ini.Jessie terlihat menor kali ini.

"Jess, tidak biasanya kau menggunakan make up selengkap ini?biasanya aku melihatmu hanya memakai liptin saja"

Gadis tersebut menoleh, lalu berusaha tersenyum"Hanya ingin"jawabnya singkat.

Alfred mengangguk paham, lalu kembali melangkahkan kakinya.Namun ditengah perjalanan, Jessie mendadak berhenti, membuat Alfred ikut berhenti.

"Ada apa?"Alfred menatap ke depan, ternyata Mark ada didepan mereka berdua.

"Al, ternyata kau kenal gadis ini?"

Alfred tampak tersenyum dan mengangguk"Iya, dia kekasihku"Jessie yang mendengar itu langsung menolehkan kepala. Lalu Alfred tersenyum menatap Jessie.
Gadis itu tidak ambil pusing, ia mengambil jalan lain untuk menghindari laki-laki kejam di depannya.Mark melirik Jessie lalu tersenyum smirk.

Mark mendekatkan kepala, menatap Alfred datar"Lepaskan gadis itu, atau kau akan mendapat konsekuensinya juga"setelah mengucapkan kalimat tersebut, Mark meninggalkan Alfred sendiri disana.Dan Alfred menghembuskan nafas gusar.

----

Tok tok tok

Suara ketukan diluar membuat Mark sedikit terusik, ia mengeluarkan kata Masuk, agar seseorang di luar sana masuk ke dalam.setelah Zack masuk, ia segera menyerahkan sekumpulan data.Membuat Mark tersenyum miring.

"Kerja mu sangat bagus"ucap Mark seraya membuka satu persatu data tersebut.

"Jessie Andrews Collins, nama yang bagus"beberapa menit Mark membacanya lalu menyimpan berkas tersebut dalam lemari.Ia begitu puas dengan kerja Zack.

"Ambil itu, tambahan uang untukmu"Zack segera mengambil uang tersebut dan keluar dari ruangan itu.

Setelah suasana kembali hening dan sepi,Mark tersenyum devil"Tunggu aku gadis pemberani"

----

"Jess, kau harus berhati-hati lagi"gadis itu berhenti mengaduk minumannya, ia mendongakkan kepala dan menatap Alfred.

"Iya, aku tau Al.Lagi pula ini juga kesalahan ku.Jadi aku harus terima konsekuensi nya nanti"ucap Jessie pasrah."Harusnya waktu itu mulutku bisa terkontrol"Alfred memegang tangan Jessie ,berharap menyalurkan kekuatan, lalu ia tersenyum.

"Sebisa mungkin aku akan membantumu Jess"

"Tidak perlu Al, aku tidak ingin kau tersangkut dalam masalahku ini"Alfred menghembuskan nafas pelan."Jess, kumohon"manik mata mereka berdua saling bertabrakan, tatapan Alfred begitu hangat dan lembut.Jessie merasa nyaman lalu ia tersenyum dan mengangguk.

Alfred menampilkan gigi putihnya, lalu ia mengacak rambut Jessie.Membua si empu mengerucutkan bibirnya.

"Aku sudah menatanya dengan baik Al"kesal Jessie.

"Hahaha, maafkan aku"cubit Alfred di pipi Jessie, semakin membuat gadis itu kesal.  

----

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang