The Villains (19)

15.3K 438 6
                                    

HUHUHUU AKU TERHARU BANGET NIH YA SAMA KALIANN, AKU SUKA BANGET BACA" KOMEN DARI KALIAN, AKU JADI SEMANGAT BUAT UPDATE....
TERIMAKASIH BANYAKK POKOKNYA BUAT YANG UDAH KASI VOTE SAMA KOMEN, HUHU TERHARU NIH AKU GUISS......
MAAF JUGA KARENA AKU UPDATENYA GA BERATURAN HEHEHE..... KARENA AKU NUNGGU WAKTU LUANG YANG AKU PUNYA, MAAF NIH YAA SEKALI LAGII....



HAPPY READING GUIS, I LOVE YOUUUU♥️

••••

Suara isak tangis memenuhi ruangan hitam putih bernuansa monokrom itu. Seorang gadis meringkuk memeluk tubuhnya, sedari tadi air matanya sulit untuk berhenti. Kejadian yang ia alami begitu membuatnya tak habis pikir, ia memukul-mukul kepalanya, kesal karena dirinya tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis.

Mahkota yang selama ini ia jaga hilang begitu saja, bagaimana jika kedua orangtuanya tau tentang hal ini? apakah mereka akan kecewa? Gadis itu, Jessie semakin mengeraskan suara tangisnya, rasanya ia ingin berteriak sekencang mungkin untuk menghilangkan rasa sakit.

"Pria brengsek" lirih Jessie, ia begitu membenci Mark. Pria yang sudah berhasil dengan mudah merebut mahkota yang ia jaga sebisa mungkin. Ia tau, awal dari semua ini karena kesalahannya sendiri, seandainya waktu itu ia bisa menjaga sifat dan cara bicaranya mungkin ia tidak akan berakhir hidup seperti ini. Seandainya ia juga tau waktu itu siapa yang ia hadapi, mungkin sekarang ia sudah tersenyum tertawa bersama keluarga nya di rumah, tanpa takut terjadi hal yang selama ini ia alami, namun kini semua hanya sebuah penyesalan, ia tidak dapat memutar waktu dan memperbaiki semuanya di awal.

Jessie bangkit dari posisi meringkuknya menjadi duduk, kedua kakinya menapak turun pada ubin yang terasa begitu dingin. Rasa nyeri tepat di area vaginanya membuat ia meringis.Sekarang ia benar-benar menjadi lemah, tidak seperti Jessie yang dulu. Ia bangkit dari duduknya perlahan, berjalan menuju kamar mandi.

Sampainya di kamar mandi, ia menatap dirinya pada pantulan cermin. Terlihat begitu berantakan dan menyedihkan. Jessie menundukkan wajahnya, ia menghela nafas pelan. Lalu kembali menangis, ia tidak tahu dirinya harus melakukan apa selain menangis, walaupun ia tau menangis bukan solusi yang baik untuk sekarang. Dengan cepat ia mengusap kasar pipinya yang basah karna air mata, Jessie mulai membasuh wajahnya dengan air yang mengucur keluar dari kran.

Jessie memejamkan mata, ia sedikit merasa aman atau bisa dibilang beruntung, karena Mark tidak mengeluarkan spermanya di dalam. Tapi tetap saja, itu bukan jadi alasan Jessie untuk memaafkan pria gila itu.

_____

"Sayang, kenapa kau harus pindah ke Sydney?"

Mark mencium bibir kekasihnya lembut, lalu melepaskan tautan tersebut dan tersenyum. Kini tangannya terulur untuk membelai wajah kekasihnya itu."Aku tidak pindah sayang, hanya saja ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan di sana. Setelah pekerjaan selesai, aku akan pulang dan kita menikah"

Hal tersebut tentu saja membuat Laura, kekasihnya tersenyum senang. Karena sebentar lagi ia akan menjadi terikat dengan Mark.

"You promise?" tanya Laura, ia sudah menyiapkan jari kelingkingnya agar disambut oleh pria di depannya ini. Mark menyambut dengan senang hati jari kekasihnya, ia tersenyum simpul lalu mencium bibir Laura lagi.

Semakin lama ciuman semakin panas, begitu juga dengan Mark yang semakin liar. Namun ia merasa ada perbedaan. Rasanya begitu beda antara Laura kekasihnya dengan Jessie, gadis pemberani. Jika sekarang, bibir Laura terasa begitu hambar berbeda dengan bibir Jessie yang selalu manis ketika ia cium. Padahal gadis itu sering ia cium juga, tapi mengapa rasanya berbeda? Mark menggelengkan kepala, ia tidak boleh memikirkan orang lain ketika sedang berciuman dengan kekasihnya. Laura yang mengetahui itu melepaskan tautannya, ia menatap heran Mark.

"Kenapa?"

Mark mengerutkan dahi bingung, ia memegang kedua bahu Laura lalu menidurkan tubuhnya diranjang, diikuti dengan Mark yang tidur disampingnya. Laura pun semakin bingung, kenapa kegiatan yang tadi tidak dilanjutkan?

"Kau... kenapa honey? kenapa tidak dilanjut? kau sudah membuatku terangsang! kau harus tanggung jawab sayang!" rengek Laura.

"Aku lelah, bisa kita lanjut besok?"

Laura menaikkan sebelah alisnya, ia memanyukna bibir kesal."Sudah dua kali kau menolakku honey, kenapa?"

Mark menoleh menatap wajah Laura datar"Aku lelah, kau mengerti... sayang?"

Laura benar-benar tidak perduli dengan ucapan Mark, kedua tangannya kini sudah berada di atas milik Mark, mengelusnya perlahan berusaha membangunkannya. Setelah itu ia membuka perlahan resleting celana Mark perlahan. Si empu yang mengetahui itu hanya terdiam melihat ke agresifan kekasihnya. Tidak ada alasan lain, entah mengapa Mark melakukan itu, hanya karena ia sedang memikirkan gadis pemberaninya.

HAII JAM SEGINI MASIH ADA YANG BELUM TIDUR? DUH MAAF NIH DARI KEMARIN UPDATE NYA MALEM TERUS....

JANGAN LUPA PENCET BINTANG DI BAWAH YAA...
KALIAN JUGA BOLEH KASIH SARAN LOH, SEMISAL ADA KATA YANG GA NYAMBUNG ATAU TYPO, ATAU YANG LAIN.


The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang