The Villains (31)

8.5K 374 19
                                    

Pagii temen-temen....

seperti biasa ya jangan lupa pencet tombol bintang di bawah...

Happy reading <3

Disinilah Jessie sekarang, tidur meringkuk membelakangi Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Disinilah Jessie sekarang, tidur meringkuk membelakangi Mark. Pandangannya kosong menatap tembok. Pikirannya berkelana entah kemana. Rasanya ia ingin kembali ke masa lalu, tidak ada masalah apapun dengan hidupnya. Menjadi dewasa adalah hal yang sangat sulit. Rasanya ingin menyerah saja.

"Sweetie"tangan Mark terulur untuk merengkuh tubuh kecil Jessie yang ada di sampingnya. Beberapa kali ia mencium bahu Jessie yang terbuka.
Rasa puas menguasai Mark sekarang, ia tersenyum simpul. Ia akan selalu menang.

"Kau marah denganku, hmm?" tidak ada jawaban sama sekalipun yang keluar dari bibir Jessie, semakin membuat Mark yakin bahwa Jessie benar-benar takut dan akan patuh dengannya.

Entah kapan air matanya turun lagi, sekarang ia sudah benar-benar menjadi jalang untuk pria gila. Bagaimana jika kedua orang tuanya tahu tentang hal ini? apakah mereka akan kecewa dengannya?

"Lepas"ucap Jessie pada akhirnya. Mark yang mendengar itu menurutinya. Ia melepas rengkuhannya.

Setelah Mark melepas pelukannya, Jessie bangkit dari tidurnya. Ia sama sekali tidak sudi untuk melihat Mark yang ada di sampingnya. Ia turun dari atas ranjang tanpa menggunakan sehelai baju , tidak perduli lagi dengan Mark. Ia terus melangkah kan kakinya menuju kamar mandi. Ingin membersihkan tubuhnya, setelah itu ia akan tidur. Ia sangat lelah hari ini.

Ketika Jessie berada di dalam kamar mandi, ponsel wanita tersebut berbunyi membuat tidur Mark terganggu. Mark mengambil kasar ponsel Jessie yang berada di atas nakas, matanya menyipit membaca nama yang tertera di notifikasi Jessie.
Ada 2 notifikasi pesan masuk yang membuat suasana mood Mark sedikit memburuk. Disana tertera nama Alfred dan Edgar. Tanpa pikir panjang Mark segera memblokir dan menghapus kedua nomor laki-laki yang mengirimkan pesan pada gadisnya. Tidak ada laki-laki yang boleh berinteraksi dengan gadisnya kecuali dirinya.

Setelah itu Mark segera mengembalikan posisi ponsel Jessie seperti awal. Kini Mark menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup, sebenarnya ia tadi ingin sekali untuk mandi bersama, namun dirinya masih sangat mengantuk. Tiba-tiba Mark menyungingkan senyum ketika mengingat kejadian tadi. Rasanya ia ingin melakukan hal itu lagi, milik Jessie begitu kuat mencengkram miliknya. Mengingat hal tersebut saja sudah membuat dirinya kembali tegang.

Pintu kamar mandi terbuka membuyarkan lamunannya, menampilkan Jessie dengan rambut yang masih basah. Mark bangkit dari duduknya menghampiri gadis pemberaninya. Jessie yang dihampiri hanya diam saja, tidak tahu harus bereaksi seperti apa? apa dirinya harus berteriak atau menghindar, hanya menghabiskan tenaga saja, percuma semua itu ia lakukan, tidak ada gunanya sama sekali!

"Kau terlihat murung" tangan Mark terulur meraih rahang gadis pemberaninya. Ia memajukan wajahnya dan mulai mencium bibir Jessie yang diam. Namun kali ini Jessie dikejutkan dengan ciuman Mark yang begitu lembut, tidak ada tuntutan sama sekali.

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang