The Villains (34)

8.4K 363 20
                                    

Gess sori baru up nih, btw kucingg kuu ilang gess, gatau kemana huhuhuhuhuu

Kalo ada penulisan yang salahh, diingetin gapapa lo iniiii.... biar nanti kedepannya lebih baik lg.

Seperti biasa jangan lupa pencet tombol bintang di bawahhh.....

Happy reading<3 .

Suasana terasa begitu dingin menusuk tulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana terasa begitu dingin menusuk tulang. Dalam lamunannya Jessie bergeming entah apa. Pikirannya kacau balau, melayang entah kemana. Ia memandang lurus ke arah depan, menatap kosong dinding yang terlihat suram. Lagi, air matanya turun begitu saja. Rasa sedih sangat kuat menghantam perasaannya. Ingin berteriak namun tak ada tenaga, hanya menangis yang ia bisa. Jessie memejamkan mata, membiarkan air matanya mengalir deras di pipi. Kenyataan buruk yang tiba-tiba ia terima , terasa seperti tidak nyata. Apakah ia hanya bermimpi?

Jessie mengepalkan tangannya kuat, kenapa ini terjadi pada dirinya? dan sekarang Jessie tahu, alasan lebih jelas Mark membuat hidupnya berantakan. Kini Jessie menarik-narik rambutnya, rasa pening sedari tadi masih belum reda. Ia menoleh ke arah pintu, terkunci. Ya, Mark menguncinya di kamar sialan ini.

Kedua kaki jenjang Jessie turun menyentuh ubin yang terasa 2x lipat lebih dingin. Ia berjalan menuju ke arah pintu, dan berusaha membukanya. Ia tahu usahanya akan sia sia, tapi Jessie masih berusaha. Siapa tahu, sekarang Tuhan berpihak padanya.
Jessie terkulai lemas di depan pintu, ia menyadarkan kepalanya. Masih dengan isak tangis yang menemaninya.

"Haa Tuhan, hiks hiks hiks" Jessie semakin mengencangkan suara tangisnya. Namun seperti tidak ada kelegaan sama sekali. Masih terasa sakit, hingga tubuhnya pun ikut sakit.

Kini Jessie merangkak ke arah nakas. Di atasnya terdapat vas bunga yang terbuat dari kaca, begitu berkilauan di gelapnya kamar tersebut. Tangan Jessie berusaha mengapai benda itu, ia tersenyum ketika vas bunga tersebut sudah berada di tangannya. Jessie mendekatkan wajahnya, dan mencium bau bunga yang ada di vas bunga tersebut, tangannya membelai lembut daun-daunya. Dengan pikiran yang kalang kabut, tanpa pikir panjang Jessie memukul kepalanya dengan vas bunga cukup keras, membuat dirinya tak sadarkan diri waktu itu juga.

___

M

ark terkejut dengan apa yang ia lihat dari kamera CCTV. Dengan nekatnya gadis pemberaninya itu membahayakan nyawanya sendiri. Ia segera bangkit dari tempat duduknya, berlari menuju dimana tempat Jessie berusaha mengakhiri hidupnya. Ketika sudah berada di depan kamarnya, dengan sigap Mark segera membuka pintu tersebut. Darah berceceran di sekitar tubuh Jessie. Ia berjalan mendekat ke arah Jessie, lalu membopongnya dan akan membawa Jessie ke rumah sakit.

"Kau ingin mati hm?"bisik Mark yang tahu bahwa Jessie tidak akan mendengarnya. Ada sedikit rasa takut dalam benak Mark sekarang. Apa ini yang dinamakan khawatir?

"Bertahanlah sweetie, penderitaanmu belum selesai"

___

Laura begitu gelisah, ketika Mark tidak bisa ia hubungi. Biasanya Mark yang akan mengiriminya kabar, atau sekedar basa-basi. Tapi kali ini, Mark benar-benar tidak ada kabar, membuatnya sangat khawatir. Apakah sekarang Mark sedang berkencan dengan wanita barunya? Apakah wanita baru Mark lebih cantik darinya? Apakah lebih seksi darinya?

Laura menghentakkan kakinya kesal, memikirkannya saja sudah membuat darah tingginya naik. Ia tidak akan membiarkan kegelisahannya terjadi. Ia harus mencari tahu dulu, siapa wanita baru Mark. Setelah tahu, ia akan menghabisi orang tersebut dengan tangannya sendiri. Salah siapa sudah berani menggoda calon suaminya?

"Jalang sialan" desis Laura.

"Kau ini bicara dengan siapa sih?" Laura menoleh mendapati Alfred sudah berada di sampingnya. Ia melihat adiknya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Lalu ia tersenyum, rasa kesalnya harus ia lampiaskan.

Ia semakin mendekatkan tubuhnya dengan Alfred, membuat si empu kebingungan. Apa yang sedang di lakukan kakaknya? tanpa aba-aba Laura mencium bibir Alfred, ia tahu ini salah. Tapi masa bodoh, toh pasti nanti pada akhirnya Alfred akan tergoda juga.

"Hmpp ka u gi la?" ucap Alfred terputus-putus karena Laura sama sekali tidak memberikan kesempatan Alfred untuk berbicara.

Laura melepaskan ciumannya, ia menoleh ke kanan kiri. Takut apa yang barusan ia lakukan tertangkap basah oleh kedua orang tuanya. "Ayo lakukan dengan ku sekarang, aku tak masalah walaupun kau adikku"

Alfred terdiam, masih menetralkan detak jantungnya yang berdegup begitu kencang. Namun kedua tangan Alfred dipaksa untuk memegang dua gundukan disana. Alfred menelan saliva susah, siapa yang tidak tergoda? apalagi melihat tubuh kakaknya yang sukarela boleh di jamah. Alfred segera membopong tubuh kakaknya tanpa basa-basi menuju kamarnya. Ia hilang kendali sekarang.

Sampainya di kamar Alfred segera menidurkan kakaknya, ia segera menempati posisi di atas. Ia mulai menciumi leher dan bibir Laura perlahan. Memberi tanda kebiruan di beberapa tempat.
Rasanya sudah lama ia tidak melakukan hal seperti ini, membuat tubuhnya terasa begitu panas membara.

Alfred mulai melepas bajunya, kini ia terlihat seperti anjing kelaparan. Tidak sabar untuk melahap habis makanan yang sedang tersaji di depannya.

Kedua tangan Alfred meremas kuat, payudara Laura. Lenguhan lembut dari bibir Laura yang spontan keluar membuat Alfred ingin mendengar seterusnya.

tok tok tok

"Al kau ada di dalam?" Laura segera menutup mulutnya yang baru saja mendesah, ia memberi kode pada Alfred agar turun dari atasnya.

Laura dengan cepat segera berlari menuju kamar mandi. Sedangkan Alfred segera berjalan menuju arah suara.

"Ya mam, ada apa?"

"Kau bisa bantu mami sebentar?"

clik , Alfred membuka pintu perlahan, ia tersenyum ketika mendapati ibunya. Namun rasa takut masih menyelimutinya.

"Ayo, antarkan mami belanja bulanan"

"Oh? okay mom. Aku akan mengganti bajuku sebentar. Tunggu saja di depan mam"

Setelah mengucapkan itu Alfred segera masuk ke dalam kamarnya, ia berjalan menghampiri Laura yang masih bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia menarik kasar lengan Laura, lalu tangannya memegang kuat rahang kakaknya itu.

"Jangan kabur, kita lanjut nanti" 

___

Mata Mark menatap Jessie yang masih menutup matanya. Tangannya membelai lembut pipi Jessie, rasa khawatirnya berkurang ketika Jessie masih bisa di selamatkan. Ia mengambil ponselnya yang ada di saku, melihat beberapa notifikasi dari Laura, yang kini masi berstatus sebagai calon istirnya. Ia tidak perduli, kembali memasukkan ponsel ke dalam saku. Yang terpenting sekarang adalah gadis pemberaninya. Jessie harus sembuh dan menyelesaikan semua penderitanya. 

____

Cek son 123
mari di bacaaa...

ngrasa pendek ga sih ges ini😭

Hari selasa bakal up 2x tenang aja

The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang