20.fakta

109 7 0
                                        

Malam ini menjadi malam yang sangat buruk diantara malam yang pernah ia lewati,bahkan dengan Abbelard sekalipun lebih bagus daripada menghadapi situasi mencukam ini.

Terlihat jelas siluet seorang Darrel yang menahan amarah serta rasa terkejutnya di depan pintu. Archie segera mati rasa, luka yang ia ukir di tangannya tidak terasa sakit bahkan darah yang keluar berceceran di lantai.

Darrel berjalan dengan menggebu gebu ke arah Archie ia segera merenggut belahan kaca yang masih dipegang erat oleh anak itu dengan kasar

"Akhhh" rintihan itu jelas keluar akibat perlakuan Darrel

Mata nya menyalang menyorot mata Archie yang sudah kurang fokus,tangan anak itu gemetar seiring cengkraman Darrel melilit pergelangan tangan Archie yang luka.

"Archie..." suara Darrel terdengar halus dan berat . Ia mencoba melihat wajah Archie yang sedari tadi menatap lantai

Memang semua ketakutan yang menghantui kepala nya tadi hilang,tapi entah kenapa Darrel malahan menangkap ia melakukan kegiatan yang paling ia sukai

Suara Darrel tidak pernah seperti ini sebelum nya,yang pernah ia dengar hanyalah nada datar bukan tenang dan mencukam seperti sekarang

"Kak... maaf, Archie minta maaf kak Darrel. Maaf... tapi itu, maaf... Archie bukan ingin sepenuhnya, maaf kak Darrel" perkataan yang keluar dari mulut Archie sepenuhya hancur dan hanya terdengar permintaan maaf yang jelas

Tes

Tes

Tes

Darah dari lengan anak itu mengalir ke lengan Darrel yang sedari tadi diam mengamati gerak gerik Archie

Archie yang menyadari itu langsung mengerakkan lengan nya yang bebas untuk mengelap tangan Darrel dengan gemetar

Entah apa yang dipikirkan Darrel sekarang ia hanya melihat Archie tanpa melepaskan lilitan tangannya pada pergelangan tangan Archie

"Maaf kak Darrel..." Archie mengangkat kepalanya untuk melirik mata Darrel ia sedikit takut melihat mata Darrel yang tidak bisa ia artikan sekarang.

Saat baju rumah sakit Archie menyentuh lengan Darrel tiba tiba saja ia tertarik kepada badan Darrel.

Sebenarnya Darrel lah yang melakukan ini,ia tidak sanggup lagi melihat Archie yang tidak bisa melihat keadaan fisiknya yang sudah lebih hancur daripada darah yang mengalir pada lengan ia sendiri.

Archie sudah sepenuhnya kehilangan jiwa nya sendiri ia terlihat tidak memiliki kehidupan sedikitpun di dalam matanya,dan goresan luka itu membuktikan bahwa anak yang sedang berada di rengkuhan nya sekarang sudah depresi.

Ia memang tidak pernah mengurus Archie selayaknya pandangan bagai adik dan kakak seharusnya, karena apa?. Benar itu semua karena Darrel tidak menggap Archie sebagai adik kandungnya ataupun bergelut dengan darah keluarga.

Tapi hari ini semuanya tampak tidak masuk akal lagi untuk menghiraukan kondisi mental dan fisik Archie. Walaupun ia bukan lah adik sepenuhnya setidaknya ia harus bersikap seperti saudara yang lebih besar untuk Archie.

Badan anak yang berada di rengkuhan nya sekarang  tidak bergerak lagi,suara nafas yang memburu sedari tadi sudah mulai menghilang,gemetar tangan yang tetap dicengkram oleh Darrel menjadi berhenti,Archie terkesan sudah tidak berada disisi Darrel lagi beberapa saat.

"Archie..." satu tepukan di bahu Archie sampai dari tangan Darrel

Darrel mulai panik mendengar tidak ada sedikitpun respon dari badan Archie ia segera mengangkat badan anak itu lalu meletakkan nya di bankar.

Bunyi bel darurat yang sedari tadi di tekan oleh Darrel terdengar jelas di ruangan kosong ini.

Tidak ada pilihan lagi selain menelpon Edgar karena tidak ada satupun Dokter yang bisa datang dengan cepat pada lokasi ruang rawat Archie yang lumayan jauh.

"Om Edgar" panggilan itu langsung diangkat oleh penerimanya

"Arch-"


Comeback ~~~

Kuingin menamatkan Archie tapi mulai buntu dan kehilangan semangat :)

Pokoknya stay tune aja ya

Jangan lupa vote

See u ♡

Counting Your Bless Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang