Benar, sudah banyak hari yang berlalu di rumah sakit. Tidak ada tampak perubahan pada Archie selama ia di rumah sakit.
Walau Edgar sudah mengawasi anak itu 24 jam tapi tetap saja lebih banyak hal yang bisa menggangu Archie termasuk lebih dari yang bisa diawasi, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Edgar.
Setelah kunjungan Abbelard beberapa hari lalu, Archie terus menerus drop ia tidak bisa tenang sekalipun. Itu membuat Edgar muak dan melarang Abbelard dengan keras untuk mengunjungi Archie barang sekalipun sampai ia sembuh.
Archie sedikit demi sedikit terus kehilangan kesadaran nya setiap saat meskipun ini sudah jelas ruangan kosong di mata orang lain tapi di mata Archie ruangan edgar sangat berisik dan membuat frustasi.
Siang ini Archie sadar dari bius yang di beri oleh Edgar pagi tadi karena ia lagi lagi kehilangan dirinya sendiri. Archie merasa sangat bosan di ruangan kosong berwarna putih ini ia butuh seseorang yang bisa ia bawak mengobrol. apakah seharusnya ia menelpon Darrel kesini? Yang benar saja terakhir kali kakak nya itu datang hanya menghempaskan barang bawaan nya dan duduk di sebuah kursi di samping nya dan memainkan handpone.
Apakah ia marah atau kesal Archie tidak bisa membedakan nya sekalipun, karena seperti itulah Darrel. Dia cukup menatap dan menanyakan hal hal penting seperti apa yg ia rasakan saat ini juga sudah makan atau belum. Pertanyaan itu berakhir dengan tidak ada kesempatan menjawab padahal belum tentu yang ia pertanyakan itu benar atau salah.
Darrel juga tipe orang yang membuat Frustasi seperti Abbelard walaupun memang niatnya baik. Tapi tetap saja melelahkan.
Cklek
Pintu bercat putih itu terbuka menampakkan Edgar yang langsung tersenyum melihat Archie sudah sadar.
"Bagaimana perasaan mu?" Tanya Edgar dengan mendudukan badan nya di kursi
"Baik" jawab Archie dengan senyum yang tampak terpaksa
"Masih pusing? Archie jika ada yang mengganjal atau menggangu mu tolong beritahu paman ya. Abbelard juga tidak akan datang ke sini dalam beberapa waktu dekat " ujar Edgar membuat Archie sedikit tersentak dari lamunannya
"A-apa? Kenapa papa tidak datang paman? Papa marah dengan Archie lagi? Atau papa akan membuang Archie setelah ini? Paman..." pertayaan desakan Archie beruntun pada Edgar. Anak itu menggengam tangan Edgar, air mata entah kenapa sudah mengalir tanpa isakan sedikitpun.
Edgar sudah tidak bisa memahami jalan pikir Archie,memang tinggal di kelilingi oleh lingkungan yang di buat oleh Abbelard sepenuhnya membuat Archie tidak pernah bisa mengontrol emosi ataupun perasaan nya sendiri.
"Tenanglah Archie, Abbe- maksudku papa mu tidak marah atau akan membuang mu. Dia hanya sibuk dengan pekerjaan akhir akhir ini" Edgar menenangkan Archie
"Papa tidak pernah akan sibuk dengan pekerjaan nya. Ia selalu mengawasi ku setiap saat. Pasti ada yang salah dengan papa tidak tidak tidak pasti aku membuat kesalahan pada papa tapi apa? Karna les piano sudah terlewat karena 2 hari di rumah sakit? Atau nilai ku turun karna tidak datang ke sekolah ? Apa karna aku sudah tidak datang ke akademi atau tutor pribadi dengan Mr.Bryan terbuang sia sia karna aku disini?" Gumam Archie seraya mengigiti kuku ibu jari nya dengan keras dan gemetar
Edgar seperti sudah hilang dari pikiran Archie, sedari tadi ia sudah memanggil nama anak itu berkali kali tapi tidak ada tampak respon sedikitpun atas apapun yg ia lakukan
Merasa sudah cukup muak Edgar merenggut tanggan kanan Archie yang sedari tadi jadi tumpuan untuk gigitan akibat aktivitas gumaman nya yang tidak jelas itu. Alhasil daging di sudut ibu jari Archie robek karna direnggut dengan kasar
"ARCHIE!!! SADARLAH KAU SAKIT. tidak ada satupun yang penting dari hal hal kecil itu selain kesehatan mu sendiri. Sampai kapan kau akan gemetar seperti ini setiap mendengar nama Abbelard?" Edgar menghela nafas sejenak sungguh berbicara dengan Archie memerlukan tenaga ekstra
"Sesungguhnya Abbelard itu sangat sayang pada Archie ia tidak akan melakukan hal yang melewati batas, paman yakin itu.jadi tolong juga pikirkan dirimu sendiri paman sangat tidak suka jika Archie merugikan diri sendiri lagi." Sambung Edgar
Mata Archie sudah tenang karna sedari tadi Egar memaksanya untuk tidak melihat yang lain mau itu dinding ataupun jendela. Ia harus menatap mata Edgar agar hal hal lain yang bisa dilihat oleh anak itu sendiri tidak menggangu nya lagi.
"Maaf paman" ujar Archie
Edgar menghela nafas lega karna kali ini ia bisa menenangkan Archie tanpa obat bius setidaknya ia tidak tertidur dengan paksaan lagi. Mulai sekarang ia tidak akan pernah menyebutkan nama Abbelard di depan Archie jika nama saja membuat reaksi Archie seperti itu, ia tidak bisa membayangkan betapa frustasinya Archie setiap Abbelard berada di sampingnya.
Robek kan akibat gigitan Archie tadi mulai mengeluarkan darah, Edgar segera memberikan perban dan merawat luka Archie setelah ini ia akan melakukan sebuah operasi bukan operasi yang susah hanya sekitar 3 jam.
Tapi ia tidak akan bisa meninggalkan Archie sendirian di ruangan ini dengan segala pikiran nya yang kadang bisa gila, jika sebentar saja anak ini melamun ia akan melukai dirinya lagi. Harus ada orang yang berada di sekitarnya
Edgar beranjak keluar dari ruangan Archie setelah memberi peringatan agar dia tidur atau membaca buku yang ia berikan jangan kalut dengan pikiran nya lagi. Walaupun sudah berkali kali Edgar mengulang nya tapi ia tetap saja ragu
Dilobi rumah sakit ia baru teringat jika ada seseorang yang bisa menjaga Archie.ia mengeluarkan hp dari saku jas nya lalu menghunbungi seseorang.
"Achille kau bisa datang ke rumah sakit sekarang ?"
◇
Holla
Maaf lama up, padahal janjinya kemaren malam T_T
Tugas ku membuat jiwa dan raga lelah _-
Ada yang mau meluk Archie nggak T~T aku jg sedih ngeliat Archie :((
Segitu aja chap ini dulu
See u ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Your Bless
Dla nastolatków[Sequel Blind Affection ] Kala hari pemakaman orang tua nya yang terakhir di hari yang mendung. Archie sendirian menunggu salah satu dari saudara nya untuk merundingkan kemana dia akan dipindah asuh kan. Dan pada detik itu semua kehidupannya beruba...