Malam sudah bertambah larut saat Archie sampai di kediaman Abbelard. Benar.Lagi lagi ia tidak memperbolehkan Archie untuk di rawat ke rumah sakit bahkan setelah kondisi badan anak itu sudah sangat parah.
Hari ini Abbelard sengaja untuk tidak memanggi Edgar untuk datang. Ia memanggil dokter lain, yang tentunya tidak akan disukai Archie jika ia sadar.
Tapi Abbelard lebih memilih meneguhkan pendirian nya daripada berpikir bagaimana perasaan Archie nanti. Alasan Abbelard untuk tidak memanggil Edgar sudah sangat jelas. Yaitu karena ia tidak ingin orang itu menanyai keadaan Archie terus menerus, apalagi malam ini ia akan melakukan kegiatan yang ia suka.
Abbelard ingin meninggalkan Archie di kamarnya setelah segerombolan dokter dan perawat yang ia panggil khusus datang. Ia tidak bisa melakukan apa apa lagi, selagi Archie masih bernafas dan masih berada di sekitarnya saja ia sudah bersyukur dan bernafas lega.
Genggaman erat dari tanggannya yang tentunya hanya sepihak itu di lepas perlahan oleh Abbelard sembari mengusap rambut hitam Archie agar tidak menutupi wajahnya. Abbelard mecium kening Archie tipis dengan sangat lembut "papa pasti akan membuat mereka merasakan yang lebih parah dari apa yang Archie rasakan" bisik Abbelard
Abbelard mengurai bisikan itu dari telinga Archie, ia beralih mengusap setetes air mata yang mulai mengalir dari mata Archie "tidak apa apa, semua ini bukan kesalahan mu" ujar Abbelard
Beberapa perawat dan dokter yang sudah berdiri sedari tadi di hadapan mereka, hanya bisa berdiri canggung sambil mencoba memahami apa yang terjadi.
Segala perlakuan dan perkataan yang di keluarkan oleh Abbelard begitu aneh. Seperti berbicara dengan patung tapi patung itu menunjukkan respon pada apa yang dikatakan Abbelard.
Beberapa saat kemudian pandangan Abbelard yang lembut tadi tiba tiba berubah sangat datar dan mengerikan. Ia menatap dokter dan perawat perawat itu dengan tajam. Dokter yang sudah berusia 30 an itu akhirnya memberikan salam tapi langsung dihentikan oleh Abbelard.
Alhasil Dokter itu kembali berdiri dengan canggung. Sayup sayup gertakan gigi dari Abbelard terdengar saat ia mengotak atik handpone di genggamannya.
Abbelard berdiri dan menghampiri dokter itu, satu tangan meremas dengan kuat bahu kanan dokter yang seumuran dengan dirinya
"Kalian tahu kan apa alasan kalian dipaggil kesini?" Tanya Abbelard dengan memutar pandangan nya pada perawat perawat itu lalu pada dokter
"Ya kami sudah tahu dengan baik tuan" jawab Dokter yang sudah terintimidasi karenanya
"Sebaiknya kalian bekerja saja dengan baik,rawat luka anak yang disana dan jangan sekalipun memandang matanya jika ia sadar atau mengatakan satu patah kata pun"ujar Abbelard lagi lagi melirik Archie yang berada di atas kasur luas miliknya
"Pasti tuan" balas dokter itu dengan kikuk
Abbelard sudah melangkahkan kakinya untuk meninggalkam kamar, tapi langkahnya terjeda saat dua langkah baru berjarak dari sana "ah iya aku melupakan sesuatu" ia kembali berdiri di hadapan perawat dan dokter itu
"Hm aku berharap kalian mengabaikan segala suara dari lantai bawah. Mau itu teriakan,dentuman bahkan suara tembakan, ok?"Abbelard mengucapkannya dengan biasa seperti membicarakan apa sebaiknya makan siang nanti
Para perawat dan dokter itu mengganguk cepat sebagai jawaban Abbelard. Bukannya mereka tidak tahu Abbelard ini siapa, tapi hanya mencoba menjaga umur mereka agar lebih lama
Abbelard menepuk dada dokter itu pelan dua kali sebagai tanda bahwa ia mempercayakan Archie pada dirinya.
Akhirnya para perawat dan dokter itu bisa bernafas dengan baik sesaat Abbelard melangkah keluar dari kamar. Mereka melanjutkan pekerjaan yang harus mereka lakukan dengan diam
Jika bukan milik Abbelard yang berada di tangan mereka sekarang . Pasti nya mereka sudah membicarakan kondisi anak itu dengan rusuh.
Bekas bekas yang berada di badan Archie tidak normal. Bekas itu tidak seharusnya berada di badan seorang anak laki laki berusia 16 tahun.
Seorang perawat muda tidak bisa menahan tangisnya saat membersihkan lengan Archie dengan kain basah. Mungkin karena ia baru beberapa tahun dalam bidang ini,tapi tetap saja ia tidak pernah bertemu dengan kondisi seperti ini.
Beberapa temannya hanya melirik nya dengan diam dan tidak ada sesi mengobrol dan berbincang jika disini. bahkan perawat muda itu menahan tangis nya sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun
Setiap usapan kain lembab yang bersentuhan dengan kulit Archie terlihat sangat menyakitkan. Lengan yang seperti akan patah itu memiliki banyak ukiran indah tarpahat disana. Bahkan ruam merah akibat rantai yang melilit tangan nya meninggalkan bekas yang mulai membiru.
Dokter memegang pergelangan tangan Archie berusaha mendengarkan denyut nadinya, setelah itu sebuah infus ditancapkan pada punggung tangan kurus anak itu. Biasanya yang merasakan sakit adalah pasien nya tapi entah kenapa dokter itu meringis seolah olah merasakan apa yg di rasakan oleh Archie.
Berselang setengah jam dokter dan perawat perawat itu tidak ada yang beranjak keluar dari kamar Abbelard dimana mereka menangani Archie.
Lengkingan suara teriakan rontaan juga suara suara yang putus asa memohon dan ledakan yang keluar dari setiap peluru pistol menggema sampai ke lantai dua bahkan mereka tidak bisa membayangkan betapa kerasnya suara teriakan rontaan itu jika berada di lantai satu jika gema nya saja sudah sekeras ini.
Badan para perawat perempuan itu mulai gemetar karena takut bahkan dokter yang sudah berumur tidak luput dari rasa takut akan mati
Mata Archie mulai terbuka ia mengerjapkan beberap kali mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Satu satunya yang ia rasakan adalah rasa sakit di kepala nya yang terasa semakin hari sepertinya semakin memparah
Haus. Ia merasa sangat haus, tiba tiba saja seorang perawat membawakan air putih dan membatu Archie untuk duduk.
Suara hempasan keras dari bawah disusul dengan ringisan keras membuat Archie merinding ia memang sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Tapi tetap saja, sepertinya janji yang Abbelard buat dengan dirinya sama sekali tidak ada arti
Akhirnya Archie sudah sangat sadar bahwa kehadirannya memang tidak ada arti apapun.
Ia memang hanya sebuah boneka yang bisa dimainkan oleh Abbelard. Ia tidak akan pernah menjadi sebuah keluarga, memang seharusnya seperti itu
Bahkan Archie bersyukur jika Abbelard tidak mengurus untuk pengadopsiannya, biarkan ia menjadi seorang anak yang telah ia culik dari jalanan.
Para perawat itu terlihat sangat ketakutan saat ini bahkan tangan perawat yang memberikan air putih padanya ini saja sangat gemetaran.
Archie yang sudah meneguk air nya meletakkan gelas bekas di atas nakas "tidak apa apa kak, papa tidak akan memasukkan orang yg tidak bersalah pada kemarahannya" ujar Archie mencoba menenangkan
◇
TBC :/
Aku lelah
Semoga chap ini membalas kerinduan kalian pada Archie :)
Jangan lupa vote
See u ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Your Bless
Genç Kurgu[Sequel Blind Affection ] Kala hari pemakaman orang tua nya yang terakhir di hari yang mendung. Archie sendirian menunggu salah satu dari saudara nya untuk merundingkan kemana dia akan dipindah asuh kan. Dan pada detik itu semua kehidupannya beruba...