Archie benar benar tidak tahu cara keluar dari semua masalah yang ada di kehidupannya sekarang, tidak ada jalan lagi. Semua nya sudah buntu.
Ia hanya mengetahui bagaimana cara menarik pelatuk pistol yang berada si genggaman tangan nya sekarang dan meledakkan isi kepala nya.
Semua orang terdiam. Mereka seperti berjaga untuk mencari cari saat yang tepat mengambil alih pistol yg berada di tangan anak itu.
Mereka tahu, dan sangat paham bahwa Archie adalah orang yang nekat. Jika tidak berhati hati mungkin malam ini memang hari terakhir mereka melihat wajah anak itu disini.
"Ar- chie... dengarkan papa" Abbelard meremat beberapa foto yang di bawa Archie tadi di telapak tangan nya.
Archie menahan nafas nya sebentar mencoba menetralkan suara nya yang terasa sangat serak untuk di keluarkan.
"Apa lagi yang kau ingin kan Abbelard?" Nada kecil dengan suara yang sangat kacau itu menusuk semua pendengaran orang yang berada di sana.
Darrel menahan urat urat amarah nya sedari tadi, melihat raut keputus asaan dari wajah anak itu seraya menodongkan pistol ke kepala nya sendiri sudah cukup membuat Darrel ingin menghempaskan Archie ke dalam kamar nya dan mengunci anak itu agar dia tenang.
"Archie ini papa... papa menyayangi mu lebih dari apapun." Usaha Abbelard "tolong hentikan apa pun yang ada dalam kepala mu sekarang"Abbelard melangkah kan kaki nya mendekati Archie
Sungguh hanya kali ini ia pernah merasakan bagaimana situasi yang membuat badan gemetar dan telapak tangan nya terasa sangat dingin.
Archie tetap menertawakan perkataan Abbelard yang mulai berdengung di gendang telinga nya.
"Pa..." sebuah kalimat yang keluar dari mulut Archie menghentikan langkah Abbelard
Ia ingat bahwa beberapa saat lalu anak itu berhenti memanggilnya dengan sebutan itu tapi dengan nama asli dirinya.
Archie nengambil nafas untuk berbicara walaupun getar dari suara nya masih terdengar jelas "apa kau pernah berpikir bahwa seorang papa membunuh seluruh orang yang berada di sekitar anak nya?" Ujar Archie
"Arch-" perkataan Abbelard terpotong
"Ti- tidak tidak pa.. kali ini kau harus diam shhh.." ringis Archie dengan suara nya yang bergetar
Sungguh ia hanya ingin berbicara untuk dirinya sendiri, bagaimanapun sekarang lah akhir dari semua penderitaan lelucon nya .
Abbelard tambah merasa sangat bersalah membuat Archie berada dalam kondisi tidak stabil dari pada remaja seumurannya.
"Apakah juga seorang papa memukuli anak nya sendiri? Apa benar begitu hal wajar yang sebenarnya ada?" Air mata Archie mengalir dari mata nya tanpa isakan sedikitpun
"Setiap hari Archie tetap berusaha mencoba menganggap semua ini wajar... berusaha menggangap tidak ada yang salah selama ini" Archie berhenti dan menggulung lengan piyama tidurnya yang sudah penuh corak merah.
" apa kau lihat ini pa??" Archie menunjukkan lengan nya yang sudah melupakan warna kulit nya "hanya luka luka ini yang membuatku tetap sadar dan kembali ke kenyataan. Archie tidak bisa menahan nya lagi pa ..." suara Archie berubah menjadi sangat serak
"Semua luka ini sangat sakit..." ringis Archie " tapi jika Archie menghentikkan melakukannya,kepala Archie terasa sangat sakit. Semua lebah seperti mendekati kepala Archie. mereka berdengung dengan keras. Itu berisik dan menyakit kan..."
Abbelard terpaku mendengar Archie mengeluarkan segala kesakitannya, dan ia benar benar tidak tahu itu semua. Abbelard bodoh, ia mengira Archie juga senang dengan kegiatannya yang sudah ia atur dan beberapa bumbu bahwa ia menganggu keluarga anak itu sebagai balasan bagi mereka.
"Aku ingin keluar dari semua ini... haha iya aku akan keluar dari rantai yang menjijikan ini" Archie mulai tertawa dan mengangkat kepalanya. Menatap mata Abbelard dengan kedua mata nya yang mulai memerah.
"ARGGGH DIAM KAU SIALAN..." Archie berteriak mengarah pada daun pintu.pastinya disana tidak ada orang yang berdiri dan lebih lagi semua orang di dalam ruangan ini bahkan tidak mengeluarkan sepata kata pun.
"Archie..." Abbelard merasa sangat terpukul jika melihat Archie seperti ini di depan kedua matanya. Ia akan menenangkan anak ini.
"Aku sudah muak untuk tetap menjadi obsesi menjijikan dirimu Abbelard sialan..." Archie memundurkan badan nya beberapa langkah memberi jarak yang lumayan antara dirinya dan Abbelard
"Hari ini kau akan melihat ku mati di depan kedua mata mu sendiri. Jangan berpaling saat kepalaku meledak" ujar Archie dengan sebuah seringai dari mulutnya
Archie terlihat seperti orang yang berbeda,ia menjadi kepribadian berbeda.
Archie mulai menutup matanya dengan mantap dan menarik pelatuk pistol. Abbelard berlari dengan seluruh kekuatan nya tapi jarak dirinya dan pistol itu memiliki perbedaan yang sangat jauh.
Abbelard membelalakan kedua matanya saat melihat Archie benar benar menembakkan pistol itu kekepala nya sendiri dengan tenang
Satu langkah sangat berarti sekarang. tapi langkah itulah yang membuat Abbelard merasa kalah dengan Archie
DOR
◇
Tbc :)
Sekuat tenaga memasukkan ini ke kepala di antara materi materi mapel pts besokk T~T
Jangan lupa vote
See u ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Your Bless
Teen Fiction[Sequel Blind Affection ] Kala hari pemakaman orang tua nya yang terakhir di hari yang mendung. Archie sendirian menunggu salah satu dari saudara nya untuk merundingkan kemana dia akan dipindah asuh kan. Dan pada detik itu semua kehidupannya beruba...