BAB 3

78.3K 10.1K 900
                                    

Menempuh perjalanan lima belas menit dari sekolah kini Angga dan Ara sampai ditujuan dengan selamat sentosa. Rumah mewah dengan pilar - pilar besar yang menjulang tinggi kini berdiri kokoh dihadapan kedua orang tersebut. Ara yang melihat itu tidak bisa menyembunyikan wajah kolotnya. Mulut ternganga lebar mata membesar ingin keluar melihat kemegahan rumah tersebut. Maklum saat menajdi Anne ia hanya melihat rumah tersebut di tv, kalaupun didunia nyata ada paling cuman lewat doang. Sungguh kehidupan yang sempurna akan harta batin Ara.

"Ini benarkan kan fren? lo nggak lagi jual gue ke mafia kan?" tanya Ara penuh selidik pada Angga.

"Najis, gue jual lo laku berapa. Tepos gini mana laku. kagak ada yang nafsu" kesal Angga melihat Ara yang mencuriagainya.

"Ck, gini - gini gue kembarannya Lisa Blekping fren. Gue bukannya tepos tapi masih pubertas fren" jawab Ara sambil menepuk - nepuk pundak Angga.

"Mau mampir nggak fren?" tawar Ara.

"Kagak dah, gue sibuk banyak job soalnya" tolak Angga

"Job apaan? open bo ya lo" ucap Ara yang mendapat tatapan membunuh dari Angga.

"Cangkemnya pliss. Gue sibuk pokoknya bye." jawab Angga lalu pergi dengan scoopy miliknya meninggalkan Ara yang cengo menatap bangunan yang akan menjadi rumahnya mulai sekarang. Berjalan memasuki halaman rumah dengan pandangan takjub dan berbinar. Kini Ara sudah masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum yorobun, eh typo gue kan Kristen njirr. Akibat kebanyakan bergaul sama Asep ini gue" Ara berbicara sendiri sambil planga plongo melihat rumah mewah.

"Njirr gila rumahnya keren bingitss. Ini kaya rumah yang gue liat diwattpad. Ini mah mansion njirr. Fix gue bakal seneng tinggal disini, bayar listrik sebulan kira - kira berapa ya. Rumah segede ini pasti pembantunya banyak" Ara tak henti - hentinya mengagumi setiapsudut dari rumah ini. Aksinya terhenti karena sahutan dari belakangnya.

"Eh Ara sudah sampe ya?" Tanya seorang gadis dari belakang Ara, mendengar pertanyaan tersebut Ara membalikkan badannya dan melihat sang protagonis wanita berdiri dihadapannya.

"Iya. lo ngapain disini?" tanya Ara menatap Liona.

"Eh anu Rafandra sama yang lainnya main disini jadi aku ikut" jelas Liona menjawab pertanyaan Ara.

"Oh" Sebenarnya Ara ingin segera pergi dari hadapan Liona, malas berurusan dengan parah tokoh utama novel, tetapi ia tidak tahu dimana letak kamar Ara. Melihat pelayan yang lewat Ara langsung memiliki ide yang akan menyelamatkannya dari situasi ini.

"Eh, bi bawain tas aku kekamar dong. Cape bat huhuhu" ucap Ara sambil menyerahkan tasnya untuk dibawa sang pelayan. Sang pelayan yang mendengar perintah Ara pun langsung mengangguk dan menjalankan tugasnya. Tanpa babibu Ara langsung mengikuti sang pelayanan.

"Ehm, cek 1 2 my name is Ara. Bibi Ara mau tanya dongs" ucap Ara membuka topik percakapan dengan sang pelayanan

"Tanya apa ya non?" ucap pelayanan tersebut bingung.

"Jadi gini tadi Ara kena lempar bola terus pingsan, nah nggak tahu kenapa otak Ara rada menurun begitu fungsinya dan ingatan Ara sedikit bermasalah" ucap Ara dengan dramatis dibumbuhi dengan dusta.

"Nona apa perlu kita kerumah sakit?, apa mana yang sakit? kita harus segera beritahu nyonya dan tuan" Panik sang pelayanan mendengar ucapan Ara.

"Eh gak usah bi. Bibi cuman perlu beritahu Ara tentang semua kehidupan Ara dirumah, hubungan Ara sama keluarga Ara gimana" pinta Ara kepada pelayanan tersebut.

"Baik nona. Nah sudah sampai ini kamar nona" ucap pelayanan tersebut.

"Makasi bibi, masuk bi ceritain semuanya sama Ara" Ara mengajak masuk pelayanan tersebut.

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang