BAB 50

30.1K 4.8K 1.1K
                                    

Rafan tidak membawa Ara pulang kerumah melainkan membawa Ara apartemen miliknya. Bukan tanpa alasan Rafan membawa Ara ke apartemen miliknya, membuat Ara menyerngit bingung karena arah jalan yang mereka lalui tidak kearah rumahnya.

"Fan kita mau kemana?" tanya Ara menepuk bahu Rafan.

"ke apartemen gue" jawab Rafan.

"Ngapain? eh jangan macam - macam lo" ucap Ara dengan segala pikiran negatifnya.

"berisik" balas Rafan menatap Ara dari kaca spion.

Menempuh perjalanan dengan motor vespa yang Ara pinjam, kini keduanya sampai di kawasan apartemen milik Rafan. Ara yang memang belum pernah melihat dan masuk kedalam apartemen dibuat kagum dengan bangunan menjulang tinggi tersebut. Katakan saja dirinya norak atau lebay tetapi memang itu kenyataannya. Saat jadi Anne mana pernah dia masuk ke apartemen, dia tidak sekaya itu. Teman - temannya juga tidak ada yang punya apartemen, jika diwattpad atau novel yang ia baca para tokoh novel punya apartemen yang biasa dijadikan tempat bermain bersama teman - temannya. Berbalik dengan Ara, jika saat menjadi Anne dia dan teman - temannya akan bermain atau kumpul - kumpul di warung sambil ngutang es teh.

"Wow, keren sekali" gumam Ara.

Rafan menarik tangan Ara, membawa Ara ke unit apartemen miliknya. Dirinya menatap Ara jengkel yang seperti orang baru melihat apartemen, padahal orang tua Ara orang kaya. Hal seperti ini seharusnya sudah menjadi hal biasa. Rafan membawa Ara masuk kedalam apartemen Rafan.

"WOW. Keren banget Fan" ucap Ara dengan mulut terbuka lebar.

"Interiornya kece parah, pasti mahal" lanjut Ara lagi.

"Fan, lo kan sudah kaya bisalah lo beli satu buat gue. Astaga andai saja ini didunia nyata sudah gue nikahin lo Fan biar ketularan kaya" lanjut Ara lagi

Rafan yang mendengar perkataan Ara menatap Ara lalu berjalan mendekat kearahnya. Rafan menatap intens Ara yang tengah mengagumi apartemen miliknya.

"Ra" panggil Rafan.

"Ada apa kawan?" tanya Ara tetapi ia masih tetap setia menatap kagum setiap sudut apartemen Rafan

"Ayo nikah" ucap Rafan lagi.

Ara menatap Rafan bingung, ia heran dengan ucapan tiba - tiba yang keluar dari mulut Rafan. Ini sudah yang kedua kalinya Rafan mengajak Ara menikah.

"Ngebet sekali kawan ini mau nikah" ucap Ara menatap Rafan

"Tadi lo yang bilang" jawab Rafan

"Tapi gue bilang andai saja didunia nyata. Lo kan cuman tokoh novel" ucap Ara menjawab perkataan Rafan

"Kalian semua itu gak nyata" ucap Ara lagi

"Jadi menurut lo, cuman lo yang nyata?" tanya Rafan menatap Ara tajam

"Iya dong, gue disini cuman sementara. Tapi gue penasaran kalau gue balik kira - kira kalian bakal lenyap atau bagaimana ya?" tanya Ara berpikir

"Udalah malas mikir. Nambah beban hidup aja" lanjut Ara lagi sembari berjalan melihat - lihat interior apartemen Rafan.

Rafan menatap Ara dengan pandangan rumit, menghela napas kasar Rafan memilih mendudukkan dirinya disofa yang ada disana.

"Fan lo laper gak?" Tanya Ara menatap Rafan yang tengah memejamkan matanya

"Gue kan tamu, masakin gue sana. Putri cantik, imut, manis ini tidak boleh lapar" ucap Ara mendudukkan dirinya disamping Rafan

"Lo nggak bisa masak?" tanya Rafan menatap Ara

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang