BAB 49

32.1K 4.8K 516
                                    

Hola kawann,

Selamat membaca✨

Pulang dari mini market kini Ara berakhir dikamarnya memandangi satu persatu merchandise idola kesukaanya. Mulai dari album, lighstick, photo card, dan juga perintilan lainnya tertata rapi didalam kamarnya.

"Sehun ganteng banget, kamu manusia bukan sih?" Ara berbicara pada photo card yang ada ditagannya.

"Ganteng banget sih kalian semua, huhuhu" ucap Ara menatap semua photo card yang dia punya

"Kalau gue nanti pulang, gue nggak bakal bisa punya barang seperti ini. Gimanaya bakso kantin sekolah aku terlalu sayang untuk dilewatkan. Sehingga keinginan hati untuk menabung harus tertunda terus" Monolog Ara sembari mengusap lembut photocard sang idola.

"Kalau aku pulang nanti pasti aku bakal kangen banget sama black boba, sama Angga, Agam, Daniel, ayang Jeffry, bang Arsen dan bang Allard, Rafan juga. Mungkin kalau mereka hidup didunia gue, mereka nggak bakal mau temenan sama gue. Nggak selevel" ucap Ara lagi

"Jadi selagi diberi kesempatan, mari bersenang - senang" Ara tersenyum manis mengucapkan kalimat tersebut.

"Yang disukai Rafan kan Ara bukan Anne, jadi tidak perlu berharap. Ok" ucap Ara lagi mengepalkan tangannya menyemangati dirinya sendiri

"Rafan kan buaya cap kaki tiga, paling juga nanti ada yang cakep dia langsung kesem - sem. Mending aku cari sumber refrensi untuk pencarian cogan" gumam Ara.

Ara berjalan menuju kasurnya merbahkan dirinya dikasur miliknya.

"Lembutnya, selembut hatiku" ucap Ara memegang selimutnya

"Besok aku mau jalan - jalan" ucap Ara lalu tertidur.

Sedangkan Rafan, kini tengah berada didalam kamarnya. Setelah pulang dari mini market dirinya langsung pulang kerumahnya. Rafan menatap keluar dari jendela kamarnya. Menghela napas kasar lalu menghisap rokok yang ada ditangannya. Banyak hal yang terpendam namun tidak bisa diucapkan oleh kata - kata. Dan akan lebih baik bila dipendam selamanya namun itu menyakitkan.

Rafan itu bagai iblis, itu benar. Rafan itu bajingan maka itu benar juga, tidak ada yang salah dengan perkataan itu. Dirinya juga mengetahui akan hal itu. Ada satu hal yang mengganjal didalam hati Rafan.

"tokoh novel?" gumam Rafan

"Jadi selama ini gue hidup sebagai tokoh novel?" lanjut Rafan lagi

"Bodoh" ucap Rafan dengan senyum miringnya. Rafan kembali menghisap rokok yang ia pegang, menatap kearah luar. Mata tajamnya menyipit mencoba mengingat sesuatu.

"Jadi saat lo kembali, bagaimana dengan gue? Setelah semuanya lo bakal pergi. Tidak akan" gumam Rafan

Kembali menghela napas kasar, Rafan mematikan rokoknya dan membuangnya begitu saja. Malam ini sepertinya dia butuh hiburan. Rafan mengambil jaket dan kunci motornya lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Ara bangun dari tidurnya, melihat jam yang ada diponselnya. Cukup lama ia tertidur, terbukti dari sekarang yang sudah pukul tujuh malam. Ara bangun dari kasurnya dan menatap pantulan dirinya dicermin.

"Ara cantik banget" ucap Ara menatap pantulan dirinya

"Muka kami sama, tapi Ara jauh lebih cantik. Ara memakai skincare mahal, sedangkan Ara? mana pernah ia menggunakan skincare. Memang benar Ara tidak mengerti perihal merawat wajah agar cantik, dan juga tentang make up. Tapi faktor lain yang membuat Ara semakin malas berurusan dengan skincare adalah uang, dirinya masih punya rasa malu untuk meminta duit pada mamanya. Disekolahkan saja Ara sudah bersyukur.

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang