BAB 40

35.7K 5.1K 467
                                    

Rafan mengantar Ara kekelasnya, Ara sedari tadi hanya diam. Dirinya masih kesal pada Rafan yang tiba - tiba mengajak menikah. Dikira nikah mainan harga seribuan. Nikah itu butuh kesiapan jiwa, raga, batin dan juga mental.

Ara masuk kedalam kelasnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Rafan. Rafan hanya menatap Ara sebentar lalu berbalik kembali kekelasnya.

" Ra nanti nongki yuk pulang sekolah" tawar Arkan padanya

" sebenarnya gue mau tapi gue malas Ar, kapan - kapan aja ya. Kasur gue posesif banget" ucap Ara

" yaudah deh kalau begitu. Asyik aja gitu kalau ada lo" ucap Arkan pada Ara

" sadar diri kok gue, kalau gue itu ngangenin" ucap Ara dengan senyuman manisnya

" najis jamet" Arkan menatap jijik pada Ara.

Ara melewati meja black boba tanpa melihat mereka, Ara seakan tidak pernah mengenal mereka. Membuat Dadang, Rafael dan Regan menghela nafas kecewa. Mereka terlalu bodoh, padahal mereka yang dulu mengatakan bahwa mereka lebih tahu sifat Ara dari siapapun tapi malah mereka yang mengecewakan Ara.

Ara mendudukkan dirinya dibangku miliknya, ia membuka surat cinta yang tidak sempat ia berikan. Mungkin nanti pulang sekolah Ara akan mencari pria tampan tersebut.

Ara melihat teman sekelasnya yang asyik dengan kegiatannya masing - masing. Mengambil novel yang ia bawa dari rumah, Ara membacanya mengurangi rasa bosannya. Guru yang mengajar untuk mata pelajaran biologi tidak hadir.

Ara jadi merindukan jam kosong didunianya, biasanya ia bersama Asep dan Udin akan membuat keributan. Kalau tidak adu jotos ya konser. Semenyebalkan apapun Asep tetapi ia tetap menjadi teman seperjuangan Ara.

" Kangen rumah" gumam Ara

" Kangen masakan mama juga" gumam Ara lagi

Ara tidak lagi melanjutkan membaca novel miliknya, entah kenapa ia ingin menggalau tapi tidak tahu apa yang akan ia galaukan.

Ara merebahkan kepalanya diatas meja miliknya, Ara sangat bosan tapi ingin melakukan sesuatu ia malas. Ara mulai menghalu dirinya dikelilingi banyak cogan, menghalu kalau bukan dia lagi yang mencari cogan tetapi cogan yang mencarinya. Ia juga menghalu menjadi assisten artis lalu karna sering bersama benih - benih cinta muncul, mereka akhinya saling mencintai. Sungguh sangat sempurna. Ara senyum - senyum sendiri terbawa suasana dalam halunya. Hingga suara Liona memanggil Rafan menghancurkan halunya.

" Rafan?" ucap Liona melihat Rafan yang berjalan kearahanya

Ara menatap kedua orang itu dengan pandangan suram, halunya menjadi hancur. Membuat mood Ara kembali turun.

" ck, ganggu aja" gumam Ara

Ara kembali merebahkan kepalanya diatas meja miliknya, menatap kosong tepat kesamping. Menghela napas kasar, Ara memejamkan matanya. Tidak perduli lagi pada sekitarnya, Ara hanya ingin pulang kerumah lalu rebahan. Tetapi sebelum itu ia ingin menyampaikan surat cintanya terlebih dahulu.

Merasakan usapan dikepalanya Ara membuka matanya, menatap siapa orang yang mengusap kepalanya tersebut. Ara mendongak melihat sang pelaku yang ternyata adalah Rafan. Rasa malas yang menyelimuti Ara membuatnya tidak berkutip dan malah merebahkan kepalanya lagi.

Rafan menyerngit bingung dengan tingkah Ara, biasanya Ara tidak bisa diam.

" kenapa hm?" tanya Rafan sambil mengusap kepala Ara

" don't talk to me" ucap Ara tanpa mengubah posisinya

" kenapa?" tanya Rafan lagi

" gue lagi nggak mood buat ngapa - apa, jadi jangan ganggu" ucap Ara

Dengan tiba - tiba Ara mengubah posisinya, menegakkan badannya,.

" gue baru ingat"ucap Ara sembari mengobrak - abrik tasnya mencari sesuatu

" gue punya cemilan yang belum habis" ucap Ara tersenyum menunjukkan cemilannya pada Rafan.

Rafan menatap Ara bingung, semudah itu mood Ara berubah. Rafan memperhatikan semua pergerakan Ara, dia dibuat gemas dengan Ara.

" mau nggak lo?" tawar Ara pada Rafan

Rafan mengambil cemilan yang ditawarkan Ara dan memakannya.

" btw lo jamkos juga ya?" tanya Ara yang diangguki Rafan.

" lo nggak sama Liona? biasanya gitu" tanya Ara santai sembari menatap Liona yang duduk didepannya membelakangi dirinya.

" gue maunya sama lo" ucap Rafan

" Gimana  ya Fan, bukannya sombong tapi begitulah. Gue memang cantik" ucap Ara

Rafan berdiri dan menghampiri Liona

" nanti pulang bareng gue" ucap Rafan pada Liona yang dibalas senyuman manis dan anggukan dari Liona

Ara yang mendengar itupun tidak perduli, toh tidak ada juga pengaruhnya dengan dia. Rafan keluar dari kelas 11 IPA 3, menatap Ara sebentar lalu keluar.

Liona membalikkan tubuhnya menatap Ara

" mereka akan selalu memihak gue Ara" ucap Liona tersenyum sinis menatap Ara

" memang ya bilang mihak gue siapa Lon?" ucap Ara santai

" cie yang takut kalah saing sama aku, cie lonte cie . Kiw kiw lonte takut kalah saing, hahaha" lanjut Ara sambil tertawa menanggapi perkataan Liona

" kita lihat aja nanti" ucap Liona

" HEH. mam noh perhatian, dasar jablay cap kaki tiga" ucap Ara menatap sinis Liona

" mau gue jambak lagi lo" ucap Ara sambil memajukan tangannya seperti ingin menjambak Liona

Liona membalikkan badannya tidak lagi menatap Ara.

" dasar cepu, makanya sekali - kali main sama gue. Biar gue cakar - cakar lo " ucap Ara yang masih dapat didengar oleh Liona

" hello Queen drama, tobat yuks" ucap Ara lagi

Tadi saat bel pulng berbunyi Ara dengan cepat keluar dari kelasnya, mencari sang cogan yang ia temui digerbang. Kini Ara sudah berdiri cantik didepan gedung kelas 10. Mencari cogan yang ia lihat tadi, mengedarkan matanya keseluruh penjuru, Ara langsung bisa menemukan sosok yang ia cari - cari. Ara memang sangat cekatan dalam mendeteksi cogan.

Hendak menyusul cogan tersebut tangan Ara dicekal, Ara menatap sang pelaku yang tak lain adalah Rafan. Ara berdecak kesal menatap Rafan.

Rafan mengambil surat yang berada ditangan Ara, menatap Ara sebentar lalu Rafan pergi meninggalkan Ara, membuat Ara kesal pada Rafan

" bajingan" umpat Ara melihat cogan yang ia cari - cari tidak ada lagi disana.

" huh, sia - sia perjuanganku. Oke Ara sabar, mari mencari mangsa lain" ucap Ara menenangkan dirinya sendiri.

Sedangakn Rafan yang mengantar Liona pulang, bukannya mengantar kerumahnya tetapi Rafan malah membawa Liona kearah yang berlawanan dengan rumahnya.

" loh Fan ini kan bukan kerumah aku" ucap Liona pada Rafan yang mengendarai motornya

" kita akan bermain - main" ucap Rafan

" Main apa Fan?" Tanya Liona lagi

" Permainan yang akan sangat menyenangkan" ucap Rafan tersenyum miring dibalik helm full face miliknya

Follow + vote bisalah kawan.

Mau bilang apa ke Liona??

Mari berikan komentarmu kawan.

Spam komen yukk

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang